7 Karya Seni Instalasi yang Memukau di ARTJOG 2023
13 August 2023 |
16:19 WIB
5. Akah (I Made Djirna)
Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta
I Made Djirna adalah seniman asal Bali yang dikenal sebagai 'pemulung' obyek-obyek alam yang menarik perhatiannya dalam sembarang perjalanan ke mana saja yang sudah dilakukannya sejak 1980-an. Obyek-obyek temuannya terutama menandai semacam petualangan di alam, kemudian dikumpulkan di dalam studionya yang luas di desa Kadewatan, Ubud, Bali, tempat kelahirannya.
Secara metaforis, Djirna selalu ingin kembali—bersama obyek-obyek itu—kepada akah. Dalam bahasa Bali, kata akah bermakna asal-usul atau sumber. Akah terbentuk dari kata "ak" (aksara) dan "ah" (ibu). Penanda-penanda asal-usul atau sumber itu di mata Djirna seakan terus bertumbuh di dalam studionya sepanjang dia masih memulung dan berkarya seni.
Secara metaforis, Djirna selalu ingin kembali—bersama obyek-obyek itu—kepada akah. Dalam bahasa Bali, kata akah bermakna asal-usul atau sumber. Akah terbentuk dari kata "ak" (aksara) dan "ah" (ibu). Penanda-penanda asal-usul atau sumber itu di mata Djirna seakan terus bertumbuh di dalam studionya sepanjang dia masih memulung dan berkarya seni.
Karya-karya Djirna yang dipamerkan di Artjog adalah upaya memindahkan beberapa obyek hasil memulung selama kurang leboh 50 tahun terakhir ini. Obyek-obyek temuannya selama ini hanya dianggapnya sebagai medium, sesuatu yang belum menjadi karya seni karena belum ditangani oleh seniman. Unsur-unsur alam seperti batu, kayu, dan tanah menggambarkan muasal obyek-obyek itu. Bagi sang seniman, Akah yang melapuk dalam ruang dan waktu akan menghuni ruang ingatan bagi manusia yang memandangnya.
6. Blinded by the Light of Faith (Candrani Yulis)
Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta
Karya instalasi ini menggambarkan posisi Candrani Yulis sebagai perempuan yang tumbuh dalam latar religius yang ketat. Dia merujuk pada fikih, pengetahuan dalam hukum Islam yang tidak seperti Al-Qur'an dapat berubah dari waktu ke waktu. Fikih dapat terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman maupun dinamika sosial politik yang ada. Tatanan hukum yang secara khusus diacu Candrani adalah fikih yang mempromosikan pernikahan di bawah umur dan mengatur seksualitas perempuan di dalam perkawinan.
Bagi Candrani, fikih yang memajukan pernikahan bawah umur menghambat kesetaraan dan emansipasi perempuan karena praktik patriarki di dalam Islam. Cahaya pada karya instalasi ini menyiratkan suasana rumah atau cahaya iman, namun keredupannya menandai waktu untuk tidur atau hubungan seksual.
Sementara elemen tangan-tangan mengarah pada tindakan seksual sebagaimana dirujuk di dalam panduan Islami tentang pernikahan. Tempat tidur seukuran anak-anak dalam instalasi ini berasosiasi langsung pada pernikahan perempuan di bawah umur.
7. Membaca Alam Menjaga Hidup (Fitri DK)
Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta
Media utama instalasi karya seniman Fitri DK ini adalah cetakan dari cukil kayu. Instalasi ini menggabungkan karyanya dengan kelompok perempuan tentang perubahan lingkungan dan bacaannya tentang posisi Al-Qur'an tentang masalah lingkungan.
Dalam bentuk sajadah ini, Fitri mendokumentasikan sejumlah peristiwa gerakan perempuan dan masyarakat adat yang berjuang tanpa kenal lelah untuk menjaga kelestarian lingkungan, yang banyak terjadi di Indonesia belakangan ini. Pada saat yang sama, dia menempatkan tiga teks Al-Qur'an yang merujuk pada kepedulian terhadap lingkungan.
Sang seniman mencetak teks-teks pada tenda warna-warni. Warna-warna tersebut merupakan upayanya untuk memasukkan ide tentang keragaman dalam instalasinya. Baginya, meski merujuk pada Islam, lingkungan merupakan persoalan bagi semua kelompok etnis dan agama di Indonesia.
Editor: Fajar Sidik
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.