Tantangan yang Dihadapi Gen Z, Mulai dari Karier sampai Isu Kesehatan Mental
13 August 2023 |
07:30 WIB
Generasi Z selama ini dikenal sebagai generasi yang sangat dekat dengan teknologi. Mereka adalah individu yang lahir pada era 1997-2012 ketika teknologi berkembang dengan masif. Berdasarkan pemahaman tersebut, banyak orang menganggap Gen Z mendapatkan previlege dengan teknologi yang makin gampang diakses.
Saat ini populasi Gen Z sendiri sangat banyak di bandingkan generasi lainnya. Berdasarkan data sensus penduduk 2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah Gen Z sekitar 27,94 persen dari total populasi Indonesia, yakni sekitar 74,93 juta jiwa.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Gen Z Gampang Stress pada Masa Awal Karier
Tara de Thouars, Psikolog Klinis dan Remaja menjelaskan bahwa Gen Z sangat digital native, karena mereka tumbuh langsung bersamaan dengan perkembangan teknologi. Secara tidak langsung ini memberikan banyak kemudahan, tapi tantangannya pun tak kalah banyak dengan generasi sebelumnya.
"Gen Z akan menghadapi banyak tekanan dan tuntutan dari generasi millenial dan boomers, belum lagi tekanan dari dirinya sendiri dengan adanya persaingan dan kebutuhan hidup yang makin tinggi, katanya dalam acara konferensi pers Greenfields, Sabtu (12/8/2023).
Lebih lanjut dia mengatakan, banyaknya tekanan hidup membuat lebih dari separuh Gen Z mengalami bad mental health issue. Hal tersebut didukung dengan penelitian dari AXA 'Mind Health and Wellbeing 2023' yang menyebutkan bahwa 51 persen Gen Z di Asia memiliki kesehatan mental yang buruk.
"Lihat bagaimana beban mereka makin tinggi dari inner circle maupun media sosial, biaya hidup meningkat, dan kondisi lingkungan yang kian mengkhawatirkan," ujar Tara.
Dengan teknologi yang masih minim atau belum ada sama sekali, generasi millenial dan boomers melakukan semuanya dengan cara manual. Hal ini kemudian membuat Gen Z sering kali dipandang sebelah mata. Sering kali kita dengar sejumlah julukan yang identik dengan mereka seperti mager (malas gerak), agresif, impulsif, FOMO (fear of missing out), lembek, dan cuek.
"Yang membedakan Gen Z dengan generasi sebelumnya adalah value dan loyalitas, millenial dan boomers beranggapan bahwa setiap orang harus kerja keras dan loyal terhadap perusahaannya," kata Tara.
Sementara Gen Z, menurutnya adalah orang-orang yang menganggap pengalaman adalah segalanya. Karena itulah di dunia kerja, mereka sangat kreatif, inovatif, ambisius, dan terbuka dengan tantangan. Banyak penelitian menemukan bahwa mayoritas Gen Z merupakan orang-orang yang kritis, kreatif, inovatif, mandiri, dan ambisius dalam menjalani hidupnya.
Berdasarkan survei yang dilakukan The Deloitte Global 2023 bertajuk Gen Z and Millennial Survey menyebutkan bahwa saat ini ada sebanyak 62 persen Gen Z yang telah memulai atau ingin memulai bisnisnya sendiri. Selain itu 46 persen Gen Z juga punya pekerjaan sampingan untuk menambah pemasukan dan mengembangkan diri serta koneksinya.
"Meskipun para Gen Z ini ambisius, tapi mereka peduli dengan diri sendiri dan punya awareness terhadap kesehatan mental," jelasnya.
berdasarkan penelitian yang sama, alih-alih mengulang siklus orangtuanya, generasi millenial yang live to work atau hidup untuk bekerja, sebanyak 49 persen Gen Z lebih ingin memiliki work-life balance. Prinsip mereka menjadi bekerja cerdas ketimbang bekerja keras.
"Para Gen Z ini meskipun digempur stigma negatif, mereka tetap mau serba all out menghadapi berbagai tantangan dan di sisi lain tetap menyeimbangkan antara produktivitas, leisure, dan kesehatan mental,” jelas Tara.
Menurutnya Gen Z dengan segala karakternya yang unik, mereka tetap butuh dukungan untuk mengembangkan potensi dalam dirinya. Kuncinya adalah memiliki support system seperti keluarga dan teman yang bisa mendukung mereka untuk menjalani hidup penuh tekanan dan tuntutan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Saat ini populasi Gen Z sendiri sangat banyak di bandingkan generasi lainnya. Berdasarkan data sensus penduduk 2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah Gen Z sekitar 27,94 persen dari total populasi Indonesia, yakni sekitar 74,93 juta jiwa.
Baca juga: Ternyata Ini Alasan Gen Z Gampang Stress pada Masa Awal Karier
Tara de Thouars, Psikolog Klinis dan Remaja menjelaskan bahwa Gen Z sangat digital native, karena mereka tumbuh langsung bersamaan dengan perkembangan teknologi. Secara tidak langsung ini memberikan banyak kemudahan, tapi tantangannya pun tak kalah banyak dengan generasi sebelumnya.
"Gen Z akan menghadapi banyak tekanan dan tuntutan dari generasi millenial dan boomers, belum lagi tekanan dari dirinya sendiri dengan adanya persaingan dan kebutuhan hidup yang makin tinggi, katanya dalam acara konferensi pers Greenfields, Sabtu (12/8/2023).
Lebih lanjut dia mengatakan, banyaknya tekanan hidup membuat lebih dari separuh Gen Z mengalami bad mental health issue. Hal tersebut didukung dengan penelitian dari AXA 'Mind Health and Wellbeing 2023' yang menyebutkan bahwa 51 persen Gen Z di Asia memiliki kesehatan mental yang buruk.
"Lihat bagaimana beban mereka makin tinggi dari inner circle maupun media sosial, biaya hidup meningkat, dan kondisi lingkungan yang kian mengkhawatirkan," ujar Tara.
Dengan teknologi yang masih minim atau belum ada sama sekali, generasi millenial dan boomers melakukan semuanya dengan cara manual. Hal ini kemudian membuat Gen Z sering kali dipandang sebelah mata. Sering kali kita dengar sejumlah julukan yang identik dengan mereka seperti mager (malas gerak), agresif, impulsif, FOMO (fear of missing out), lembek, dan cuek.
"Yang membedakan Gen Z dengan generasi sebelumnya adalah value dan loyalitas, millenial dan boomers beranggapan bahwa setiap orang harus kerja keras dan loyal terhadap perusahaannya," kata Tara.
Sementara Gen Z, menurutnya adalah orang-orang yang menganggap pengalaman adalah segalanya. Karena itulah di dunia kerja, mereka sangat kreatif, inovatif, ambisius, dan terbuka dengan tantangan. Banyak penelitian menemukan bahwa mayoritas Gen Z merupakan orang-orang yang kritis, kreatif, inovatif, mandiri, dan ambisius dalam menjalani hidupnya.
Berdasarkan survei yang dilakukan The Deloitte Global 2023 bertajuk Gen Z and Millennial Survey menyebutkan bahwa saat ini ada sebanyak 62 persen Gen Z yang telah memulai atau ingin memulai bisnisnya sendiri. Selain itu 46 persen Gen Z juga punya pekerjaan sampingan untuk menambah pemasukan dan mengembangkan diri serta koneksinya.
"Meskipun para Gen Z ini ambisius, tapi mereka peduli dengan diri sendiri dan punya awareness terhadap kesehatan mental," jelasnya.
berdasarkan penelitian yang sama, alih-alih mengulang siklus orangtuanya, generasi millenial yang live to work atau hidup untuk bekerja, sebanyak 49 persen Gen Z lebih ingin memiliki work-life balance. Prinsip mereka menjadi bekerja cerdas ketimbang bekerja keras.
"Para Gen Z ini meskipun digempur stigma negatif, mereka tetap mau serba all out menghadapi berbagai tantangan dan di sisi lain tetap menyeimbangkan antara produktivitas, leisure, dan kesehatan mental,” jelas Tara.
Menurutnya Gen Z dengan segala karakternya yang unik, mereka tetap butuh dukungan untuk mengembangkan potensi dalam dirinya. Kuncinya adalah memiliki support system seperti keluarga dan teman yang bisa mendukung mereka untuk menjalani hidup penuh tekanan dan tuntutan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.