Reseller Jadi Strategi Brand Lokal Memperbesar Skala Bisnis

Reseller punya peran sangat penting dalam rantai distribusi produk ke konsumen. Profesi ini berada di posisi yang strategis untuk membantu sebuah brand memperlebar skala bisnisnya. Sebab, produk yang dijualnya bisa dengan mudah meluas tanpa harus bikin cabang di mana-mana.

CEO Cessa Dennis Yonathan mengatakan bahwa skema reseller memang menguntungkan kedua belah pihak, baik brand maupun pelaku reseller itu sendiri. Cessa, brand minyak esensial bayi alami sudah sejak awal menerapkan skema ini untuk memperluas pasar.

Baca juga: Bikin Usaha Tanpa Ribet, Skema Bisnis Reseller Masih Menjanjikan di Indonesia

Pertama kali berdiri sejak 2018, Cessa terus berkembang dan menemukan momentum pada pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu. Bisnis Reseller Cessa kemudian bertumbuh hingga 3 kali lipat sejak akhir 2021.

Yonathan mengatakan bahwa basis bisnis reseller adalah jaringan komunitas. Masyarakat Indonesia sangat
menerima baik dengan skema bisnis tersebut. terlebih, skema ini juga membantu brand tumbuh secara organik sekaligus menjadi jalan bagi para entrepreneur Indonesia untuk memulai bisnis dengan modal terjangkau.

“Sejak awal bisnis, Cessa telah menerapkan Skema Reseller, karena kami yakin ini adalah strategi yang efektif dan efisien untuk menjangkau konsumen di Indonesia. Dan terbukti, dengan Skema Reseller ini, penjualan Cessa pun bertumbuh dengan sehat, dan menunjukkan dampak positif,” ungkapnya kepada Hypeabis.id.
 
Saat ini reseller Cessa telah tersebar di seluruh Indonesia dengan lebih dari 500 orang. Bagi Yonathan, mereka  merupakan partner bisnis yang sangat penting. Pihaknya selalu memperhatikan masukan yang diberikan reseller terhadap Cessa untuk kemajuan bersama.

Menurut dia, sangat penting bagi pemilik brand selaku pemasok untuk menjalin hubungan yang baik dengan reseller. Hal ini untuk memastikan kesinambungan agar kedua belah pihak sama-sama bisa berkembang dan mendapatkan manfaat bersama.

Baginya, skema ini memang sangat cocok bagi produk lokal yang ingin mencapai perputaran produk yang cepat, tetapi organik. Sebab, reseller bisa membantu membuat produknya menjangkau ke pasar-pasar yang jauh di berbagai daerah di Indonesia.

Namun, mengingat pentingnya rantai penjualan ini, pihaknya memberlakukan sejumlah seleksi sebelum memilih reseller. Hal ini guna memastikan keberlangsungan usaha antara brand dan reseller bisa berjalan dengan baik.

Meski prospeknya menjanjikan, nyatanya jumlah pelaku reseller di Indonesia masih naik turun. Dalam data BPS bertajuk Statistik E-Commerce, terlihat pelaku reseller di Indonesia pada 2019 baru 19,41 persen dari keseluruhan penjual yang ada di dalamnya.

Namun, angkanya terus menipis setiap tahun. Jumlah pelakunya menjadi 9,38 persen pada 2022. Dalam laporan McKinsey, reseller online saat ini memang tengah menghadapi beberapa kendala.

Misalnya, margin keuntungan yang kecil serta persaingan yang ketat di platform jual beli. Hal ini terjadi karena banyak orang menjual barang yang sama dalam satu platform.

Kemudian, pihak reseller juga kurang pengetahuan terhadap permintaan dan pengaruh harga. Hal ini terjadi karena reseller tidak memiliki data lengkap terkait permintaan pasar produk tersebut.

Di sisi lain, terjadi fluktuasi kinerja platform. Yakni, algoritma yang membuat engagement tidak konsisten dan itu memengaruhi penjualan di dalamnya.

Baca juga: Terapkan 5 Kiat Riset Produk Ini untuk Tingkatkan Omzet Penjualan Saat Jadi Reseller

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda