Kala Konser Taylor Swift hingga Fenomena Barbenheimer Dongkrak Perekonomian AS
08 August 2023 |
13:44 WIB
1
Like
Like
Like
Sejak pandemi berangsur mereda di seluruh dunia, industri hiburan seperti mendapatkan angin segar setelah sempat terpuruk selama pagebluk. Berbagai gelaran seni seperti konser musik, pertunjukan teater, hingga perilisan film mulai masif dilakukan di seluruh belahan dunia, seiring dengan pelonggaran mobilitas masyarakat.
Bahkan, geliat industri hiburan yang besar saat ini mampu memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi pendapatan suatu negara, seperti yang terjadi di Amerika Serikat.
Tur konser dunia Taylor Swift hingga perilisan film-film Hollywood yang dinantikan penggemar seperti Barbie, Oppenheimer, dan The Super Mario Bros. Movie, memberikan dampak positif pada perekonomian AS yang dibayangi resesi.
Baca juga: The Eras Tour Puncaki Tur Konser Terbesar 2023, Segini Raupan Cuan Taylor Swift
Menurut laporan Common Sense Institure, tur konser Taylor Swift bertajuk The Eras Tour meraup total pendapatan sebesar US$4,6 miliar atau sekitar Rp69 triliun. Konser yang digelar di 27 negara di seluruh dunia itu dilaporkan menyumbang kontribusi PDB AS lebih dari 35 persen.
Pencapaian ini membuat The Eras Tour didapuk sebagai tur konser dengan pendapatan tertinggi di Amerika dan global. Dalam setiap gelaran konsernya, Taylor Swift dilaporkan mampu meraup pendapatan hingga US$12 juta atau sekitar Rp182 miliar.
Dari angka tersebut, sang diva hanya mengeluarkan sebesar US$1.300 untuk biaya keperluan tur di satu tempat yang termasuk biaya perjalanan, akomodasi, dan pakaian.
Firma riset QuestionPro melaporkan bahwa gelaran konser The Eras Tour juga telah memberikan dampak perekonomian yang besar di wilayah yang menjadi venue konser. Di Chicago misalnya, konser ini mendongrak tingkat okupansi atau rata-rata keterisian kamar hotel hingga 96,8 persen selama Swift menggelar konser di sana selama tiga hari.
Begitu pula pada beberapa wilayah lain seperti Atlant, Philadelhia, dan Boston yang dilaporkan mengalami lonjakan pemesanan hotel dan pendapatkan terkait pariwisata lainnya. Dari seluruh pencapaian ini, Swift dikabarkan mampu mengantongi pendapatan sebesar US$10 juta atau sekitar Rp152 miliar per konser.
Tak hanya konser musik, film-film Hollywood juga memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian AS. Salah satu yang menjadi fenomena yakni Barbenheimer, istilah yang belakangan muncul karena film Barbie dan Oppenheimer yang dirilis secara bersamaan di bioskop di seluruh dunia.
Baca juga: Mengenal Istilah Barbenheimer yang Viral, Ketika Film Barbie & Oppenheimer Rilis Berbarengan
Bukan hanya dari segi penjualan tiket film di bioskop, kedua film itu juga telah mendorong pengeluaran konsumen yang lebih luas untuk tujuan hiburan. Wall Street Bank mencatat bahwa mayoritas nasabah mereka telah mengeluarkan uang menggunakan kartu 23,7 persen lebih banyak untuk kebutuhan hiburan dalam beberapa pekan hingga akhir Juli 2023.
Menurut laporan Box Office Mojo per 6 Agustus 2023, film Barbie telah meraup US$1,03 miliar di box office global. Sementara film Oppenheimer meraup pendapatan sebesar US$556 miliar di box office seluruh dunia.
Analis Media Senior Comscore Paul Dergarabedian mengatakan bahwa kesuksesan film Barbie tidak terlepas dari kampanye promosi besar-besaran yang dilakukan film tersebut, termasuk kepopuleran istilah Barbenheimer yang membuat banyak orang merasa bahwa kedua film tersebut menarik.
Menurutnya, hanya sekitar 50 film dalam sejarah yang bisa mencapai angka pendapatan miliaran dolar sehingga Barbenheimer menjadi fenomena yang tidak biasa. "Saya telah bermain di industri ini selama 30 tahun dan fenomena Barbie ataupun Barbenheimer belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak dapat diprediksi," katanya.
Sebelum Barbie dan Oppenheimer, film The Super Mario Bros. Movie telah lebih dulu menjadi sejarah karena meraih predikat film dengan pendapatan miliaran dolar pertama yang dirilis pada tahun ini. Film yang tayang pada awal April 2023 itu meraup pendapatan sebesar US$1,35 miliar atau sekitar Rp205 triliun secara global.
Pencapaian monumental ini berimbas dengan meningkatnya pendapatan perusahaan mainan Nintendo sebesar 50 persen menjadi US$3,2 miliar pada kuartal pertama tahun 2023, termasuk kenaikan laba bersih sebesar 52 persen.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira setuju jika industri konser musik dan film itu mengalami peningkatan yang cukup pesat saat ini.
Dia menjelaskan industri konser musik memang memiliki multiplier effect atau efek berganda yang sangat besar terhadap kegiatan ekonomi yang lain seperti perhotelan, restoran atau kafe, termasuk kegiatan wisata lainnya di sekitar tempat konser.
Begitupun dengan film. Kesuksesan sebuah film bisa memberikan efek berganda terhadap kegiatan ekonomi yang lain seperti iklan, makanan, dan merchandise. Misalnya, kepopuleran film Barbie membuat banyak merek fesyen mengeluarkan koleksi edisi Barbie yang digandrungi konsumen.
"Ini juga yang menjadi dorongan konsumsi khususnya masyarakat menengah atas yang ada di Amerika Serikat sehingga terjadi kenaikan geliat ekonomi yang cukup tinggi. Dengan begitu, bisa mendorong ekonomi dari sisi domestik karena pasar ekspor mereka sedang melandai," katanya saat dihubungi Hypeabis.id, Selasa (8/8/2023).
Bhima menilai hal semacam ini juga seharusnya bisa dikembangkan di dalam negeri mengingat Indonesia memiliki potensi industri hiburan lokal sekaligus pasar yang sangat besar. Indonesia seharusnya bisa berkaca dengan AS yang memiliki Hollywood, India yang memiliki Bollywood, serta Korea Selatan dengan Hallyu.
Sebaliknya, menurutnya, Indonesia saat ini masih lebih mengandalkan kehadiran para artis luar negeri untuk mendongrak pendapatan industri hiburan.
Oleh karena itu, diperlukan dukungan yang maksimal dari pemerintah agar industri hiburan dan kreatif mengalami peningkatan mulai dari pengelolaan industri kreatif yang tersistematis, kemudahaan perizinan hingga fasilitas pembiayaan.
Pada pemberitaan Hypeabis.id sebelumnya, CEO Visinema Angga Dwimas Sasongko mengatakan industri perfilman di Indonesia mencatatkan pendapatan yang menjanjikan pada tahun 2022 seiring kian kondusifnya pandemi Covid-19.
Dia memaparkan per November 2022, penjualan tiket bioskop di Indonesia telah mencapai 100 juta tiket. Jika rata-rata harga tiket bioskop seharga Rp40.000, maka nilai pendapatannya mencapai Rp4 triliun.
Hal ini pun membuat semacam trickle-down effect, sehingga kembali menggeliatkan usaha-usaha di dalam ekosistem tersebut termasuk penyerapan banyak tenaga kerja di dalamnya. Angga memperkirakan pendapatan dari penjualan makanan di bioskop mencapai 25 persen dari total tersebut atau sekitar Rp1 triliun.
"Ini uang yang sangat besar. Belum sama konten yang lain seperti streaming. Saya memprediksi tahun ini akan menyentuh Rp7 triliun untuk industri film saja," katanya.
Baca juga: Dua Tahun Pandemi, Layar Industri Perfilman Indonesia Terkembang Lagi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Bahkan, geliat industri hiburan yang besar saat ini mampu memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi pendapatan suatu negara, seperti yang terjadi di Amerika Serikat.
Tur konser dunia Taylor Swift hingga perilisan film-film Hollywood yang dinantikan penggemar seperti Barbie, Oppenheimer, dan The Super Mario Bros. Movie, memberikan dampak positif pada perekonomian AS yang dibayangi resesi.
Baca juga: The Eras Tour Puncaki Tur Konser Terbesar 2023, Segini Raupan Cuan Taylor Swift
Menurut laporan Common Sense Institure, tur konser Taylor Swift bertajuk The Eras Tour meraup total pendapatan sebesar US$4,6 miliar atau sekitar Rp69 triliun. Konser yang digelar di 27 negara di seluruh dunia itu dilaporkan menyumbang kontribusi PDB AS lebih dari 35 persen.
Pencapaian ini membuat The Eras Tour didapuk sebagai tur konser dengan pendapatan tertinggi di Amerika dan global. Dalam setiap gelaran konsernya, Taylor Swift dilaporkan mampu meraup pendapatan hingga US$12 juta atau sekitar Rp182 miliar.
Dari angka tersebut, sang diva hanya mengeluarkan sebesar US$1.300 untuk biaya keperluan tur di satu tempat yang termasuk biaya perjalanan, akomodasi, dan pakaian.
Firma riset QuestionPro melaporkan bahwa gelaran konser The Eras Tour juga telah memberikan dampak perekonomian yang besar di wilayah yang menjadi venue konser. Di Chicago misalnya, konser ini mendongrak tingkat okupansi atau rata-rata keterisian kamar hotel hingga 96,8 persen selama Swift menggelar konser di sana selama tiga hari.
Begitu pula pada beberapa wilayah lain seperti Atlant, Philadelhia, dan Boston yang dilaporkan mengalami lonjakan pemesanan hotel dan pendapatkan terkait pariwisata lainnya. Dari seluruh pencapaian ini, Swift dikabarkan mampu mengantongi pendapatan sebesar US$10 juta atau sekitar Rp152 miliar per konser.
Tak hanya konser musik, film-film Hollywood juga memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian AS. Salah satu yang menjadi fenomena yakni Barbenheimer, istilah yang belakangan muncul karena film Barbie dan Oppenheimer yang dirilis secara bersamaan di bioskop di seluruh dunia.
Baca juga: Mengenal Istilah Barbenheimer yang Viral, Ketika Film Barbie & Oppenheimer Rilis Berbarengan
Bukan hanya dari segi penjualan tiket film di bioskop, kedua film itu juga telah mendorong pengeluaran konsumen yang lebih luas untuk tujuan hiburan. Wall Street Bank mencatat bahwa mayoritas nasabah mereka telah mengeluarkan uang menggunakan kartu 23,7 persen lebih banyak untuk kebutuhan hiburan dalam beberapa pekan hingga akhir Juli 2023.
Menurut laporan Box Office Mojo per 6 Agustus 2023, film Barbie telah meraup US$1,03 miliar di box office global. Sementara film Oppenheimer meraup pendapatan sebesar US$556 miliar di box office seluruh dunia.
Analis Media Senior Comscore Paul Dergarabedian mengatakan bahwa kesuksesan film Barbie tidak terlepas dari kampanye promosi besar-besaran yang dilakukan film tersebut, termasuk kepopuleran istilah Barbenheimer yang membuat banyak orang merasa bahwa kedua film tersebut menarik.
Menurutnya, hanya sekitar 50 film dalam sejarah yang bisa mencapai angka pendapatan miliaran dolar sehingga Barbenheimer menjadi fenomena yang tidak biasa. "Saya telah bermain di industri ini selama 30 tahun dan fenomena Barbie ataupun Barbenheimer belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak dapat diprediksi," katanya.
Sebelum Barbie dan Oppenheimer, film The Super Mario Bros. Movie telah lebih dulu menjadi sejarah karena meraih predikat film dengan pendapatan miliaran dolar pertama yang dirilis pada tahun ini. Film yang tayang pada awal April 2023 itu meraup pendapatan sebesar US$1,35 miliar atau sekitar Rp205 triliun secara global.
Pencapaian monumental ini berimbas dengan meningkatnya pendapatan perusahaan mainan Nintendo sebesar 50 persen menjadi US$3,2 miliar pada kuartal pertama tahun 2023, termasuk kenaikan laba bersih sebesar 52 persen.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira setuju jika industri konser musik dan film itu mengalami peningkatan yang cukup pesat saat ini.
Dia menjelaskan industri konser musik memang memiliki multiplier effect atau efek berganda yang sangat besar terhadap kegiatan ekonomi yang lain seperti perhotelan, restoran atau kafe, termasuk kegiatan wisata lainnya di sekitar tempat konser.
Begitupun dengan film. Kesuksesan sebuah film bisa memberikan efek berganda terhadap kegiatan ekonomi yang lain seperti iklan, makanan, dan merchandise. Misalnya, kepopuleran film Barbie membuat banyak merek fesyen mengeluarkan koleksi edisi Barbie yang digandrungi konsumen.
"Ini juga yang menjadi dorongan konsumsi khususnya masyarakat menengah atas yang ada di Amerika Serikat sehingga terjadi kenaikan geliat ekonomi yang cukup tinggi. Dengan begitu, bisa mendorong ekonomi dari sisi domestik karena pasar ekspor mereka sedang melandai," katanya saat dihubungi Hypeabis.id, Selasa (8/8/2023).
Bhima menilai hal semacam ini juga seharusnya bisa dikembangkan di dalam negeri mengingat Indonesia memiliki potensi industri hiburan lokal sekaligus pasar yang sangat besar. Indonesia seharusnya bisa berkaca dengan AS yang memiliki Hollywood, India yang memiliki Bollywood, serta Korea Selatan dengan Hallyu.
Sebaliknya, menurutnya, Indonesia saat ini masih lebih mengandalkan kehadiran para artis luar negeri untuk mendongrak pendapatan industri hiburan.
Oleh karena itu, diperlukan dukungan yang maksimal dari pemerintah agar industri hiburan dan kreatif mengalami peningkatan mulai dari pengelolaan industri kreatif yang tersistematis, kemudahaan perizinan hingga fasilitas pembiayaan.
Pada pemberitaan Hypeabis.id sebelumnya, CEO Visinema Angga Dwimas Sasongko mengatakan industri perfilman di Indonesia mencatatkan pendapatan yang menjanjikan pada tahun 2022 seiring kian kondusifnya pandemi Covid-19.
Dia memaparkan per November 2022, penjualan tiket bioskop di Indonesia telah mencapai 100 juta tiket. Jika rata-rata harga tiket bioskop seharga Rp40.000, maka nilai pendapatannya mencapai Rp4 triliun.
Hal ini pun membuat semacam trickle-down effect, sehingga kembali menggeliatkan usaha-usaha di dalam ekosistem tersebut termasuk penyerapan banyak tenaga kerja di dalamnya. Angga memperkirakan pendapatan dari penjualan makanan di bioskop mencapai 25 persen dari total tersebut atau sekitar Rp1 triliun.
"Ini uang yang sangat besar. Belum sama konten yang lain seperti streaming. Saya memprediksi tahun ini akan menyentuh Rp7 triliun untuk industri film saja," katanya.
Baca juga: Dua Tahun Pandemi, Layar Industri Perfilman Indonesia Terkembang Lagi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.