Dua Tahun Pandemi, Layar Industri Perfilman Indonesia Terkembang Lagi
08 November 2022 |
14:58 WIB
1
Like
Like
Like
Tahun ini boleh dibilang menjadi angin segar bagi industri perfilman Indonesia setelah sempat lesu akibat dihantam pandemi Covid-19. Terbukti, sederet judul film nasional mampu menarik minat penonton untuk kembali berbondong-bondong ke bioskop.
Beberapa film bahkan mampu menobatkan diri sebagai film lokal terlaris sepanjang masa dengan perolehan jumlah penonton yang fantastis.
Berdasarkan data dari filmindonesia.or.id, tiga dari sepuluh film Indonesia terlaris sepanjang masa merupakan film yang dirilis tahun ini. Bahkan, film horor KKN di Desa Penari mampu menobatkan diri sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan perolehan 9.233.847 penonton.
Pada posisi berikutnya, ada film horor Pengabdi Setan 2: Communion yang meraup 6.390.970 penonton, lalu disusul film drama Miracle in Cell No 7 dengan 5.836.463 penonton.
Baca juga: Genre Horor Dominasi Film Terlaris Indonesia 2022
Founder & CEO MD Entertainment, Manoj Punjabi, mengatakan sejak awal tahun 2022, dimulai dengan merilis film Kukira Kau Rumah, pihaknya sudah melihat animo masyarakat untuk kembali ke bioskop.
Untuk diketahui, film Kukira Kau Rumah berhasil meraup 2.219.233 penonton dan meraih penghargaan Rekor MURI sebagai film dengan penonton terbanyak di masa pandemi.
Puncaknya terjadi saat MD Pictures merilis film KKN di Desa Penari, yang menjadi bukti kuatnya industri perfilman nasional paska pandemi dimana masyarakat berbondong-bondong ke bioskop.
Menurut Manoj, pencapaian film KKN di Desa Penari yang ditonton lebih dari 9,2 juta penonton ini, memberikan semangat dan sinyal positif bagi industri perfilman Indonesia secara keseluruhan.
"Saya selalu menekankan bahwa kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ucapnya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Dia pun menambahkan jika mengamati tren penonton di bioskop tahun ini, jumlah penonton film Indonesia mampu mengungguli film-film mancanegara. Seperti misalnya penonton film KKN di Desa Penari yang mampu melampaui film Doctor Strange in the Multiverse of Madness.
"Untuk bersaing, kami akan senantiasa memproduksi konten yang berkualitas dengan menerapkan strategi marketing yang tepat sasaran," terangnya.
Kendati begitu, Manoj menilai tantangan terbesar dalam industri perfilman Indonesia saat ini adalah jumlah layar yang diberikan untuk film Indonesia. Jumlah film yang terus meningkat belum diimbangi dengan pertambahan jumlah layar, sehingga akses masyarakat terhadap perfilman belum tergarap maksimal.
Bicara soal isu resesi mulai mencuat, dia menegaskan bahwa roda industri perfilman harus tetap berputar. Menurut dia, masyarakat akan tetap membutuhkan hiburan, dan menonton film di bioskop adalah salah satu bentuk rekreasi yang cukup terjangkau.
"Selain itu, platform OTT yang masuk ke Indonesia pun semakin marak, dan kami akan terus produksi konten-konten berkualitas," imbuhnya.
Dampak positif itu juga diperkirakan akan terjadi dalam stimulus Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) subsektor film yang telah disalurkan pemerintah.
Dia menjelaskan bahwa dana sebesar Rp114,88 miliar yang telah digelontorkan pemerintah pada 2021 lalu, diperkirakan bisa menghasilkan pendapatan penjualan tiket bioskop hingga empat kali lipat atau sekitar Rp400 miliar.
"Ini menunjukkan sebenarnya kalau negara memberikan bantuan dengan nominal tertentu, maka di dua atau tiga tahun kemudian, direct economy-nya bisa empat kali lipat," imbuhnya.
Oleh karena itu, Amin menilai pemerintah perlu membuat semacam badan layanan umum (BLU) yang memungkinkan para kreator film bisa mendapatkan pendanaan secara reguler dan bukan hanya insidental, dengan mekanisme tertentu. Hal ini pun telah dilakukan oleh banyak negara dengan beberapa skema.
"Kita harus mencari pola atau skema yang tepat untuk kita sendiri," terangnya.
Baca juga: Begini Skema Pendanaan dari Pemerintah untuk Film-film di Festival Dunia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Beberapa film bahkan mampu menobatkan diri sebagai film lokal terlaris sepanjang masa dengan perolehan jumlah penonton yang fantastis.
Berdasarkan data dari filmindonesia.or.id, tiga dari sepuluh film Indonesia terlaris sepanjang masa merupakan film yang dirilis tahun ini. Bahkan, film horor KKN di Desa Penari mampu menobatkan diri sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan perolehan 9.233.847 penonton.
Pada posisi berikutnya, ada film horor Pengabdi Setan 2: Communion yang meraup 6.390.970 penonton, lalu disusul film drama Miracle in Cell No 7 dengan 5.836.463 penonton.
Baca juga: Genre Horor Dominasi Film Terlaris Indonesia 2022
Founder & CEO MD Entertainment, Manoj Punjabi, mengatakan sejak awal tahun 2022, dimulai dengan merilis film Kukira Kau Rumah, pihaknya sudah melihat animo masyarakat untuk kembali ke bioskop.
Untuk diketahui, film Kukira Kau Rumah berhasil meraup 2.219.233 penonton dan meraih penghargaan Rekor MURI sebagai film dengan penonton terbanyak di masa pandemi.
Puncaknya terjadi saat MD Pictures merilis film KKN di Desa Penari, yang menjadi bukti kuatnya industri perfilman nasional paska pandemi dimana masyarakat berbondong-bondong ke bioskop.
Menurut Manoj, pencapaian film KKN di Desa Penari yang ditonton lebih dari 9,2 juta penonton ini, memberikan semangat dan sinyal positif bagi industri perfilman Indonesia secara keseluruhan.
"Saya selalu menekankan bahwa kita harus menjadi tuan rumah di negeri sendiri," ucapnya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Dia pun menambahkan jika mengamati tren penonton di bioskop tahun ini, jumlah penonton film Indonesia mampu mengungguli film-film mancanegara. Seperti misalnya penonton film KKN di Desa Penari yang mampu melampaui film Doctor Strange in the Multiverse of Madness.
"Untuk bersaing, kami akan senantiasa memproduksi konten yang berkualitas dengan menerapkan strategi marketing yang tepat sasaran," terangnya.
Kendati begitu, Manoj menilai tantangan terbesar dalam industri perfilman Indonesia saat ini adalah jumlah layar yang diberikan untuk film Indonesia. Jumlah film yang terus meningkat belum diimbangi dengan pertambahan jumlah layar, sehingga akses masyarakat terhadap perfilman belum tergarap maksimal.
Bicara soal isu resesi mulai mencuat, dia menegaskan bahwa roda industri perfilman harus tetap berputar. Menurut dia, masyarakat akan tetap membutuhkan hiburan, dan menonton film di bioskop adalah salah satu bentuk rekreasi yang cukup terjangkau.
"Selain itu, platform OTT yang masuk ke Indonesia pun semakin marak, dan kami akan terus produksi konten-konten berkualitas," imbuhnya.
Stimulus Pendanaan
Direktur Musik, Film dan Animasi Kemenparekraf, Mohammad Amin Abdullah, mengatakan besarnya animo masyarakat untuk kembali menonton film di bioskop, menimbulkan semacam trickle down effect, sehingga kembali menggeliatkan usaha-usaha di dalam ekosistem tersebut termasuk penyerapan banyak tenaga kerja di dalamnya.Dampak positif itu juga diperkirakan akan terjadi dalam stimulus Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) subsektor film yang telah disalurkan pemerintah.
Dia menjelaskan bahwa dana sebesar Rp114,88 miliar yang telah digelontorkan pemerintah pada 2021 lalu, diperkirakan bisa menghasilkan pendapatan penjualan tiket bioskop hingga empat kali lipat atau sekitar Rp400 miliar.
"Ini menunjukkan sebenarnya kalau negara memberikan bantuan dengan nominal tertentu, maka di dua atau tiga tahun kemudian, direct economy-nya bisa empat kali lipat," imbuhnya.
Oleh karena itu, Amin menilai pemerintah perlu membuat semacam badan layanan umum (BLU) yang memungkinkan para kreator film bisa mendapatkan pendanaan secara reguler dan bukan hanya insidental, dengan mekanisme tertentu. Hal ini pun telah dilakukan oleh banyak negara dengan beberapa skema.
"Kita harus mencari pola atau skema yang tepat untuk kita sendiri," terangnya.
Baca juga: Begini Skema Pendanaan dari Pemerintah untuk Film-film di Festival Dunia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.