Melihat Peluang Cuan Investasi Menuju Tahun Pemilu
07 August 2023 |
12:24 WIB
1
Like
Like
Like
Kinerja investasi cukup berbuah manis di semester pertama tahun ini. Statistik mencatat investasi pasar modal telah digandrungi 10 juta investor hingga akhir 2022. Memang, angka ini masih terbilang setengah jalan dari target pengembangan pasar modal Indonesia yang diproyeksikan akan mencapai di atas 20 juta pada 2027.
Data Kementerian Investasi/BKPM mencatat pertumbuhan 16,5 persen (yeor on year) dengan realisasi investasi mencapai Rp328,9 triliun pada triwulan I 2023. Sementara Indonesia masih memiliki target dana kelolaan industri pengelolaan investasi di angka Rp1.000 triliun dalam 4 tahun mendatang.
Tren pergerakan ini menjadi sebuah angin segar untuk arah perkembangan investasi Indonesia menjelang tahun Pemilu.
Baca juga: Genhype, Begini Kiat Menyesuaikan Portofolio Investasi Sesuai Profil Risiko
Pengamat Investasi & Direktur Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan ada kenaikan ten pada instrumen obligasi karena euphoria potensi penurunan tingkat suku bunga. Namun, tak dapat dipungkiri jika kondisi pasar saham terlihat kurang bergairah di semester I 2023.
“Pada semester I, fundamental Indonesia yang kuat dan fiskal yang berjalan sehat menjadi daya tarik investor terhadap pasar Indonesia. Tapi kita tidak bisa tutup mata ada tekanan ketidakpastian juga di pasar global,” kata Nico.
Menariknya, investor pasar modal didominasi usia di bawah 30 tahun. Sekitar 57,8 persen investor pasar modal datang dari kalangan generasi milenial dan Gen Z. Besarnya demografi investasi pasar modal terus berpacu seiring dengan menjelangnya tahun Pemilu. Pesta Pemilu di awal 2024 dianggap mampu membawa sentimen investasi di semester II/2023 ini.
Menurut Nico, bagaimana konteks bursa calon presiden dan calon wakil presiden bisa saja dukungan kuat bagi kenaikan kondisi pasar. Prediksi mengarah pada fokus pelaku pasar terhadap bursa Pemilu. Secara umum, pesta Pemilu ini akan meningkatkan belanja pemerintah, partai politik, serta konsumsi dan daya beli.
Geliat jelang Pemilu justru bisa menjadi ladang menarik bagi para investor. Lepas dari Semester I/2023, investor mulai memutar otak untuk mengatur strategi pengemasan portofolio di semester baru. Sebetulnya, investasi tetap berakar ada tiga aspek yang sama yaitu tujuan investasi, durasi investasi, dan profil risiko.
“Secara baku, investasi durasi di bawah satu tahun lebih tepat kepada deposito atau pasar uang. Untuk jangka 1-3 tahun lebih cocok di obligasi, kalau di atas 3 tahun itu saham. Tapi tidak menutup kemungkinan saham bisa digunakan dalam jangka pendek juga,” jelas Nico.
Investor harus pandai menyesuaikan tujuan dan durasi investasinya, lalu mencocokkan dengan profil risikonya. Sebab, profil risiko tiap investor berbeda dan tidak bisa dipukul rata. Investor dengan ketahanan terhadap volatilitas harga saham cenderung mengambil risiko besar untuk hasil yang besar. Biasanya, mereka bisa memasang porsi saham mencapai 70 persen dan sisanya dialihkan ke obligasi dan deposito.
Kesiapan melihat volatilitas harga saham ini tentu tidak sama dengan investor yang tidak berada di profil risiko serupa. Menurut Nico, investor bisa mengkombinasikan pilihan instrumen sesuai dengan tingkat risiko ini. Misalnya, 60 persen untuk obligasi, 20 persen untuk saham, dan 20 persen untuk deposito.
Membentuk portofolio investasi tentu memiliki nilai risiko tersendiri. Risiko ini tak bisa dihilangkan, tetapi bisa dikelola. Manajer Investasi Batavia Prosperindo AM, Eri Kusnadi mengatakan, arah investasi pasar modal ini semester II/2023 ini akan terbagi menjadi dua.
Kuartal 3 masih bertopang pada ketidakpastian dari puncak suku bunga di Amerika Serikat. Sementara kuartal 4 diprediksi akan mulai menampilkan arah pasar yang lebih cerah dan konstruktif.
“Pasar obligasi saat ini cenderung lebih kuat, kuat karena suku bunga diperkirakan sudah mencapai puncaknya. Pasar saham sedikit lebih volatile terkena sentimen global dan regional, tapi akan mulai cenderung membaik,” jelasnya.
Untuk merancang portofolio di semester II/2023, investor tetap harus berpegang pada perencanaan keuangan, strategi berdasarkan profil risiko, dan melihat perkembangan pasar jangka panjang, serta melakukan averaging.
Baca juga: Tak Perlu Panik, Begini Langkah Penting Bagi Investor Saham saat Nilai Investasinya Turun
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Data Kementerian Investasi/BKPM mencatat pertumbuhan 16,5 persen (yeor on year) dengan realisasi investasi mencapai Rp328,9 triliun pada triwulan I 2023. Sementara Indonesia masih memiliki target dana kelolaan industri pengelolaan investasi di angka Rp1.000 triliun dalam 4 tahun mendatang.
Tren pergerakan ini menjadi sebuah angin segar untuk arah perkembangan investasi Indonesia menjelang tahun Pemilu.
Baca juga: Genhype, Begini Kiat Menyesuaikan Portofolio Investasi Sesuai Profil Risiko
Pengamat Investasi & Direktur Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan ada kenaikan ten pada instrumen obligasi karena euphoria potensi penurunan tingkat suku bunga. Namun, tak dapat dipungkiri jika kondisi pasar saham terlihat kurang bergairah di semester I 2023.
“Pada semester I, fundamental Indonesia yang kuat dan fiskal yang berjalan sehat menjadi daya tarik investor terhadap pasar Indonesia. Tapi kita tidak bisa tutup mata ada tekanan ketidakpastian juga di pasar global,” kata Nico.
Menariknya, investor pasar modal didominasi usia di bawah 30 tahun. Sekitar 57,8 persen investor pasar modal datang dari kalangan generasi milenial dan Gen Z. Besarnya demografi investasi pasar modal terus berpacu seiring dengan menjelangnya tahun Pemilu. Pesta Pemilu di awal 2024 dianggap mampu membawa sentimen investasi di semester II/2023 ini.
Menurut Nico, bagaimana konteks bursa calon presiden dan calon wakil presiden bisa saja dukungan kuat bagi kenaikan kondisi pasar. Prediksi mengarah pada fokus pelaku pasar terhadap bursa Pemilu. Secara umum, pesta Pemilu ini akan meningkatkan belanja pemerintah, partai politik, serta konsumsi dan daya beli.
Geliat jelang Pemilu justru bisa menjadi ladang menarik bagi para investor. Lepas dari Semester I/2023, investor mulai memutar otak untuk mengatur strategi pengemasan portofolio di semester baru. Sebetulnya, investasi tetap berakar ada tiga aspek yang sama yaitu tujuan investasi, durasi investasi, dan profil risiko.
“Secara baku, investasi durasi di bawah satu tahun lebih tepat kepada deposito atau pasar uang. Untuk jangka 1-3 tahun lebih cocok di obligasi, kalau di atas 3 tahun itu saham. Tapi tidak menutup kemungkinan saham bisa digunakan dalam jangka pendek juga,” jelas Nico.
Investor harus pandai menyesuaikan tujuan dan durasi investasinya, lalu mencocokkan dengan profil risikonya. Sebab, profil risiko tiap investor berbeda dan tidak bisa dipukul rata. Investor dengan ketahanan terhadap volatilitas harga saham cenderung mengambil risiko besar untuk hasil yang besar. Biasanya, mereka bisa memasang porsi saham mencapai 70 persen dan sisanya dialihkan ke obligasi dan deposito.
Kesiapan melihat volatilitas harga saham ini tentu tidak sama dengan investor yang tidak berada di profil risiko serupa. Menurut Nico, investor bisa mengkombinasikan pilihan instrumen sesuai dengan tingkat risiko ini. Misalnya, 60 persen untuk obligasi, 20 persen untuk saham, dan 20 persen untuk deposito.
Membentuk portofolio investasi tentu memiliki nilai risiko tersendiri. Risiko ini tak bisa dihilangkan, tetapi bisa dikelola. Manajer Investasi Batavia Prosperindo AM, Eri Kusnadi mengatakan, arah investasi pasar modal ini semester II/2023 ini akan terbagi menjadi dua.
Kuartal 3 masih bertopang pada ketidakpastian dari puncak suku bunga di Amerika Serikat. Sementara kuartal 4 diprediksi akan mulai menampilkan arah pasar yang lebih cerah dan konstruktif.
“Pasar obligasi saat ini cenderung lebih kuat, kuat karena suku bunga diperkirakan sudah mencapai puncaknya. Pasar saham sedikit lebih volatile terkena sentimen global dan regional, tapi akan mulai cenderung membaik,” jelasnya.
Untuk merancang portofolio di semester II/2023, investor tetap harus berpegang pada perencanaan keuangan, strategi berdasarkan profil risiko, dan melihat perkembangan pasar jangka panjang, serta melakukan averaging.
Baca juga: Tak Perlu Panik, Begini Langkah Penting Bagi Investor Saham saat Nilai Investasinya Turun
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.