Moms, Ini Pentingnya Memberi Bayi ASI Eksklusif Pada 6 Bulan Pertama
07 August 2023 |
12:02 WIB
Seorang ibu memiliki peran penting dalam memantau perkembangan anak sejak bayi masih di dalam kandungan hingga menginjak dewasa. Saat masa awal kelahiran bayi, ibu memiliki peran yang lebih krusial dalam memperhatikan tumbuh kembang si kecil. Salah satu hal yang tak boleh luput adalah adalah pemberian ASI secara eksklusif untuk bayi selama enam bulan pertama sejak lahir.
ASI merupakan asupan penting selama enam bulan kehidupan pertama anak. Setelah enam bulan, ibu tetap bisa melanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun. Mulai usia enam bulan, ibu juga bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI sebagai asupan pendukung di luar ASI.
Baca juga: Mom, Begini Posisi Tepat Saat Menyusui & Hadirkan ASI Berkualitas Untuk Bayi
Sayangnya, UNICEF Indonesia mencatat penurunan angka menyusui ibu dari tahun ke tahun. Pada 2021, sekitar 28,6 persen bayi hanya disusui dalam satu jam pertama kehidupannya saja. Angka ini turun sebanyak 9,6 persen apabila dibandingkan pada 2018.
Ini artinya, kurang dari separuh bayi di Indonesia tidak mendapat peran lanjutan dalam hal menyusui. UNICEF Indonesia mencatat hanya 52,5 persen bayi yang mendapat ASI eksklusif dalam enam bulan pertama. Angka ini turun drastis apabila dibandingkan dengan catatan menyusui eksklusif pada 2018 sebesar 64,5 persen.
Angka ini turun sebanyak 9,6 persen apabila dibandingkan pada 2018. Dokter Anak RSIA Bunda Jakarta, I Gusti Ayu Nyoman Partiwi menyayangkan hal ini. Angka menyusui dapat berdampak besar pada angka kelahiran dan kematian bayi di awal masa kehidupannya.
The Lancet Breastfeeding Series mencatat pemberian ASI menurunkan angka kematian akibat infeksi sebanyak 88 persen. Menyusui juga menurunkan risiko stunting dan berbagai penyakit kronis yang dapat menyerang anak seiring pertumbuhannya.
“Menyusui ini berguna untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak di masa mendatang, dan tentunya mencegah kematian pada anak,” kata I Gusti Ayu Nyoman Partiwi. Menurut I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, niat yang kuat dapat membangkitkan semangat ibu untuk memberikan nutrisi terbaik bagi anaknya. “Ibu harus tahu persis kenapa ASI itu penting, kenapa menyusui itu penting, dan ini harus kita terus suarakan secara aktif,” tambahnya.
Ada beberapa faktor hambatan yang menyebabkan kesulitan pemberian ASI eksklusif di masa awal kehidupan anak. Hilangnya dukungan dari orang terdekat ibu menyusui merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Kemudian faktor lainnya adalah tenaga medis yang pasif dan tidak mendorong ibu melakukan pemberian ASI. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi mengatakan, tenaga medis memiliki peran krusial sekitar 3-5 hari pertama masa kehidupan anak.
Tenaga kesehatan juga berperan dalam mengedukasi ibu agar tidak stress dalam pemberian ASI. Misalnya pada awal masa menyusui, sekitar tiga hari pertama ASI ibu memang tidak bisa langsung terproduksi banyak.
“Ada namanya kolostrum, jadi tiga hari pertama mungkin berat badan anak akan turun, Kalau dengan sering menyusui maka dia akan mencapai berat lahir di 7 hari. Tenaga kesehatan tidak boleh pasif dalam memberikan pengetahuan semacam ini, jadi kita harus bantu kesulitannya," kata I Gusti Ayu Nyoman Partiwi.
Sementara faktor ketiga adalah kurangnya fasilitas dukungan dari lingkungan kantor bagi ibu menyusui yang berprofesi sebagai karyawan. Sebagian ibu menyusui dikatakan sulit melakukan pemberian ASI eksklusif karena terhalang aktivitas kerja.
Padahal, menurut I Gusti Ayu Nyoman Partiwi perusahaan bisa berperan proaktif dalam memberikan fasilitas sederhana, misalnya ruang privat untuk memerah ASI. Sehingga ibu dapat melakukan pemerahan pada jam-jam tertentu di ruang privat tersebut.
“Tempat bekerja yang mempekerjakan perempuan itu harus punya tempat memerah dan memberikan waktu pada mereka kalau memang dibutuhkan,” jelas I Gusti Ayu Nyoman Partiwi. Ada beragam cara yang dilakukan untuk terus mendorong edukasi mengenai pentingnya menyusui.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
ASI merupakan asupan penting selama enam bulan kehidupan pertama anak. Setelah enam bulan, ibu tetap bisa melanjutkan pemberian ASI hingga usia 2 tahun. Mulai usia enam bulan, ibu juga bisa memberikan makanan pendamping atau MPASI sebagai asupan pendukung di luar ASI.
Baca juga: Mom, Begini Posisi Tepat Saat Menyusui & Hadirkan ASI Berkualitas Untuk Bayi
Sayangnya, UNICEF Indonesia mencatat penurunan angka menyusui ibu dari tahun ke tahun. Pada 2021, sekitar 28,6 persen bayi hanya disusui dalam satu jam pertama kehidupannya saja. Angka ini turun sebanyak 9,6 persen apabila dibandingkan pada 2018.
Ini artinya, kurang dari separuh bayi di Indonesia tidak mendapat peran lanjutan dalam hal menyusui. UNICEF Indonesia mencatat hanya 52,5 persen bayi yang mendapat ASI eksklusif dalam enam bulan pertama. Angka ini turun drastis apabila dibandingkan dengan catatan menyusui eksklusif pada 2018 sebesar 64,5 persen.
Angka ini turun sebanyak 9,6 persen apabila dibandingkan pada 2018. Dokter Anak RSIA Bunda Jakarta, I Gusti Ayu Nyoman Partiwi menyayangkan hal ini. Angka menyusui dapat berdampak besar pada angka kelahiran dan kematian bayi di awal masa kehidupannya.
The Lancet Breastfeeding Series mencatat pemberian ASI menurunkan angka kematian akibat infeksi sebanyak 88 persen. Menyusui juga menurunkan risiko stunting dan berbagai penyakit kronis yang dapat menyerang anak seiring pertumbuhannya.
“Menyusui ini berguna untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak di masa mendatang, dan tentunya mencegah kematian pada anak,” kata I Gusti Ayu Nyoman Partiwi. Menurut I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, niat yang kuat dapat membangkitkan semangat ibu untuk memberikan nutrisi terbaik bagi anaknya. “Ibu harus tahu persis kenapa ASI itu penting, kenapa menyusui itu penting, dan ini harus kita terus suarakan secara aktif,” tambahnya.
Ada beberapa faktor hambatan yang menyebabkan kesulitan pemberian ASI eksklusif di masa awal kehidupan anak. Hilangnya dukungan dari orang terdekat ibu menyusui merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan pemberian ASI Eksklusif. Kemudian faktor lainnya adalah tenaga medis yang pasif dan tidak mendorong ibu melakukan pemberian ASI. I Gusti Ayu Nyoman Partiwi mengatakan, tenaga medis memiliki peran krusial sekitar 3-5 hari pertama masa kehidupan anak.
Tenaga kesehatan juga berperan dalam mengedukasi ibu agar tidak stress dalam pemberian ASI. Misalnya pada awal masa menyusui, sekitar tiga hari pertama ASI ibu memang tidak bisa langsung terproduksi banyak.
“Ada namanya kolostrum, jadi tiga hari pertama mungkin berat badan anak akan turun, Kalau dengan sering menyusui maka dia akan mencapai berat lahir di 7 hari. Tenaga kesehatan tidak boleh pasif dalam memberikan pengetahuan semacam ini, jadi kita harus bantu kesulitannya," kata I Gusti Ayu Nyoman Partiwi.
Sementara faktor ketiga adalah kurangnya fasilitas dukungan dari lingkungan kantor bagi ibu menyusui yang berprofesi sebagai karyawan. Sebagian ibu menyusui dikatakan sulit melakukan pemberian ASI eksklusif karena terhalang aktivitas kerja.
Padahal, menurut I Gusti Ayu Nyoman Partiwi perusahaan bisa berperan proaktif dalam memberikan fasilitas sederhana, misalnya ruang privat untuk memerah ASI. Sehingga ibu dapat melakukan pemerahan pada jam-jam tertentu di ruang privat tersebut.
“Tempat bekerja yang mempekerjakan perempuan itu harus punya tempat memerah dan memberikan waktu pada mereka kalau memang dibutuhkan,” jelas I Gusti Ayu Nyoman Partiwi. Ada beragam cara yang dilakukan untuk terus mendorong edukasi mengenai pentingnya menyusui.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.