Studi : Pandemi Covid-19 Mengganggu Pemberian ASI Eksklusif
04 August 2021 |
16:12 WIB
Pandemi Covid-19 ternyata berpengaruh terhadap pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif pada bayi, lho. Padahal, ASI pada awal pertama kehidupan memberikan manfaat bagi kesehatan bayi seperti membentuk sistem kekebalan tubuh hingga, kecerdasan, hingga menurunkan risiko kanker.
Dalam penelitian yang dilakukan Founder & Chairman dari Health Collaborative Center (HCC) dr. Ray Wagiu Basrowi dan rekan-rekannya ditemukan fakta bahwa 62 persen tenaga kesehatan di layanan primer di Indonesia kesulitan mempertahankan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama masa pandemi.
Hal ini terjadi karena tidak tersedianya layanan antenatal care atau pemantauan kehamilan dan menyusui secara daring, sementara hampir 50 persen pasien ibu hamil dan menyusui memutuskan untuk mengurangi jumlah kunjungan ke posyandu dan puskesmas karena khawatir terpapar Covid-19.
Selain itu, 66 persen tenaga kesehatan di layanan primer ini ternyata tidak pernah mendapatkan pelatihan menyusui khusus manajemen laktasi untuk pandemi. Sebanyak 42 persen juga mengakui tidak ada ketersediaan informasi tentang menyusui yang aman selama masa pandemi di fasilitas kesehatan mereka bertugas.
Sedangkan 64 persen fasilitas kesehatan primer tidak punya fasilitas menyusui khusus pasien Covid-19.
“Bila aspek fasilitas antenatal care dan pelatihan tenaga kesehatan selama pandemi terlewatkan maka konsekuensinya adalah ancaman turunnya angka asi eksklusif Indonesia, dan ini adalah potensi risiko kesehatan jangka panjang," ujarnya.
Adapun penelitian ini dilakukan secara daring selama periode Februari-Mei 2021. Melibatkan 1.004 tenaga kesehatan. Mayoritas bidan serta dokter umum, dan 45?alah tenaga kesehatan layanan primer yang bekerja di puskesmas, serta 17 persen bidan praktik mandiri dari 22 provinsi di Indonesia.
Atas penelitian ini, Ray dan tim peneliti HCC menilai penting untuk melakukan sistem penjadwalan kunjungan yang telah disepakati ibu sebelumnya.
Opsi lain adalah melalui kunjungan rumah atau juga melalui konseling daring seperti WhatsApp, SMS, dan telepon.
Tim peneliti katanya juga menyarankan dibuatnya fasilitas telemedicine/konsultasi daring berupa aplikwsi yang mudah digunakan dan bebas biaya. Misalnya posyandu online, kelas ibu menyusui online, hingga kalender pengawasan ibu hamil dan menyusui.
Editor M R Purboyo
Dalam penelitian yang dilakukan Founder & Chairman dari Health Collaborative Center (HCC) dr. Ray Wagiu Basrowi dan rekan-rekannya ditemukan fakta bahwa 62 persen tenaga kesehatan di layanan primer di Indonesia kesulitan mempertahankan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama masa pandemi.
ilustrasi pemberian ASI
Hal ini terjadi karena tidak tersedianya layanan antenatal care atau pemantauan kehamilan dan menyusui secara daring, sementara hampir 50 persen pasien ibu hamil dan menyusui memutuskan untuk mengurangi jumlah kunjungan ke posyandu dan puskesmas karena khawatir terpapar Covid-19.
Selain itu, 66 persen tenaga kesehatan di layanan primer ini ternyata tidak pernah mendapatkan pelatihan menyusui khusus manajemen laktasi untuk pandemi. Sebanyak 42 persen juga mengakui tidak ada ketersediaan informasi tentang menyusui yang aman selama masa pandemi di fasilitas kesehatan mereka bertugas.
Sedangkan 64 persen fasilitas kesehatan primer tidak punya fasilitas menyusui khusus pasien Covid-19.
“Bila aspek fasilitas antenatal care dan pelatihan tenaga kesehatan selama pandemi terlewatkan maka konsekuensinya adalah ancaman turunnya angka asi eksklusif Indonesia, dan ini adalah potensi risiko kesehatan jangka panjang," ujarnya.
Adapun penelitian ini dilakukan secara daring selama periode Februari-Mei 2021. Melibatkan 1.004 tenaga kesehatan. Mayoritas bidan serta dokter umum, dan 45?alah tenaga kesehatan layanan primer yang bekerja di puskesmas, serta 17 persen bidan praktik mandiri dari 22 provinsi di Indonesia.
Atas penelitian ini, Ray dan tim peneliti HCC menilai penting untuk melakukan sistem penjadwalan kunjungan yang telah disepakati ibu sebelumnya.
Opsi lain adalah melalui kunjungan rumah atau juga melalui konseling daring seperti WhatsApp, SMS, dan telepon.
Tim peneliti katanya juga menyarankan dibuatnya fasilitas telemedicine/konsultasi daring berupa aplikwsi yang mudah digunakan dan bebas biaya. Misalnya posyandu online, kelas ibu menyusui online, hingga kalender pengawasan ibu hamil dan menyusui.
Editor M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.