Hunian milenial (ilustrasi: Tierra Mallorca/Unsplash)

Simak Saran REI Biar Milenial Cepat Punya Rumah

31 July 2023   |   21:04 WIB
Image
Fajar Sidik Hypeabis.id

Like
Generasi milenial, kelahiran antara 1981-1996, merupakan salah satu kelompok populasi yang menghadapi tantangan serius dalam perekonomian, termasuk masalah perumahan. Sejak lama, kelompok ini diprediksi bakal kesulitan memiliki hunian lantaran faktor gaya hidup.

Milenial cenderung memiliki preferensi hidup yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka lebih memilih fleksibilitas dan mobilitas, sehingga lebih suka menyewa daripada membeli rumah, atau mencari hunian yang sesuai dengan gaya hidupnya yang dinamis.

Baca juga: 7 Desain Rumah Anti Panas, Bisa Sejuk Sepanjang Hari Tanpa AC

Selain itu, tingginya harga properti, terutama di perkotaan, tidak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan yang membuat mereka sulit untuk membeli rumah atau apartemen. Kalaupun ada fasilitas kredit di perbankan, sebagiannya kesulitas untuk memenuhi persyaratan bank seperti besaran uang muka yang tinggi.

Berbagai solusi untuk memfasilitasi milenial memiliki hunian coba digulirkan oleh pemerintah, pengembang properti, dan perbankan untuk menjawab tantangan perumahan bagi milenial ini.

Namun, milenial sendiri perlu berupaya menyesuaikan kebiasaannya dalam mengelola keuangan agar dapat mencapai tujuannya memiliki rumah. Berikut saran dari ahli properti yang juga Sekjen Asosiasi Real Estat Indonesia, Hari Ganie dalam wawancaranya bersama bisnisindonesia.id.

Hari Ganie menjelaskan bahwa tren harga properti bergerak positif seusai pandemi, terutama untuk pasar rumah tapak di kota-kota besar, di mana pasar properti dengan harga di atas Rp1 miliar bergeliat lagi.

Pasar apartemen juga mulai bergerak naik dengan pangsa pasar sekitar 10 persen, terutama di Jabotabek. Pasokan apartemen ini sebagian besar merupakan proyek lama yang sudah bergulir sejak sebelum pagebluk sehingga sekarang sudah siap di pasar. Ada pula pengembang yang mulai menggenjot konstruksi proyeknya karena terikat komitmen dengan lembaga pembiayaan.

“Apartemen di pusat kota, seperti di CBD sekarang mulai ramai. Apalagi jalanan di Jakarta sekarang sudah macet lagi membuat warga yang tinggal di pinggiran Jakarta mobilitasnya berat. Jadi, sebagian memilih sewa atau beli apartemen,” jelasnya.

Menurutnya, memilih properti yang mudah diakses (accessible) di sekitar Jakarta menjadi pilihan tepat bagi milenial yang memiliki mobilitas tinggi. Kabar baiknya, harga apartemen saat ini cenderung stabil di mana kenaikannya setelah pandemi hanya sekitar 5 persen per tahun.

Dia memprediksi harga rumah dan properti bakal naik lebih tinggi pada 2024 didukung dengan kondisi makro ekonomi dan iklim politik yang stabil.  “Sekarang belum sepenuhnya normal dibandingkan dengan sebelum pandemi. Tapi, setelah 2024 optimistis jika tidak ada gangguan makro,” ujarnya.

Saat ini, harga properti yang bagus terjadi di kawasan mapan seperti di Serpong dengan luas 10.000 hektare yang dikelola para pengembang besar, memiliki added value yang tinggi. Pasalnya, segala fasilitas lingkungannya terus dibangun seperti mal, sekolah, hotel dan tempat wisata membuat kawasannya terbentuk dan harga properti naik tinggi.


Kawasan Berkembang

Untuk milenial yang menginginkan rumah tapak, beberapa kawasan baru bisa menjadi pilihan seperti di kawasan Cibubur-Cilengsi yang terus berkembang. Ada juga kawasan Cinere dan Sawangan, Depok yang berkembang luar biasa dan banyak properti baru yang dibangun sehingga pasarnya prospektif.

Opsi lainnya, bisa memilih hunian di sekitar kawasan TOD yang kenaikannya juga bagus dengan kemudahan akses ke stasiun. “Memang TOD baru di stasiun. Sebenarnya di sekitar itu bisa dikembangkan juga dengan lahan 800 m2 bisa dijadikan properti TOD.”

Soal perkiraan milenial bakal sulit punya rumah. Terdapat beberapa opsi untuk memfasilitasi mereka dapat memiliki hunian. Dia menyarankan agar milenial dapat mendisiplinkan keuangan dan mengatur prioritas berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan. Menurutnya, upaya itu harus dilakukan agar bisa menjaga pendapatan dan pengeluaran.

“Rasio 30 persen pendapatan untuk menabung rumah itu harus dijaga. Apalagi sekarang pendapatan milenial makin tidak terkejar dengan kenaikan harga rumah,” katanya.

Pengembang dan pemerintah (PUPR) pun berupaya menyediakan fasilitas untuk segmen milenial. Banyak skema yang ditawarkan. Misalnya uang muka ringan hingga skema rent to own sebagai salah satu pembiayaan perumahan yang digodok pemerintah untuk menyasar masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sektor informal.

Baca juga: 3 Kiat untuk Menciptakan Rumah yang Nyaman & Mengundang Ketenangan

Developer juga banyak membangun hunian berukuran kecil, baik di Ibu Kota maupun di kawasan penyangga. Tanah dan bangunan kecil ini dinilai lebih terjangkau dan banyak pembelinya. “Yang penting fasilitas lingkungannya ada. Buat nongkrong, ada taman dan common area,” ujarnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Apakah Rice Cooker Rendah Karbo Efektif? Begini Cara Kerjanya

BERIKUTNYA

Hypereport: Hak Cipta dan Royalti Masih Jadi Akar Polemik Para Musisi Tanah Air

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: