Mengenal Rip Current, Fenomena Arus Laut yang Berbahaya
29 January 2025 |
15:48 WIB
Pantai-pantai di selatan Daerah Istimewa Yogyakarta telah lama dikenal akan pesona panoramanya yang memikat. Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat bahaya rip current yang mengancam keselamatan nyawa para wisatawan.
Baru-baru ini, fenomena rip current juga menjadi penyebab utama puluhan siswa SMP tenggelam dan terseret arus di Pantai Drini, Yogyakarta. Fenomena ini mesti menjadi pelajaran yang berharga untuk semua orang.
Baca juga: Mengenal Skema 20-20-20 dalam Mitigasi Gempa Megathrust di Indonesia
Meski memiliki pemandangan indah, perlu diingat pantai-pantai di Yogyakarta itu langsung menghadap ke Samudera Hindia. Hal ini membuat pantai selatan kerap kali memiliki gelombang besar, struktur dasar laut yang curam, dan pola ombak yang mendukung terbentuknya arus balik kuat.
Dengan kondisi geologis tersebut, tak mengherankan bila fenomena rip current kerap muncul di pantai-pantai selatan Yogyakarta. Rip current adalah fenomena arus kuat dari air laut yang bergerak menjauh dari pantai.
Arus kuat tersebut punya daya yang besar, bahkan bisa tetap berbahaya bagi perenang profesional sekali pun. Arus kuat ini akan memaksa siapa saja untuk terseret ke tengah laut.
Menurut BMKG, rip current disebabkan oleh adanya ombak yang sejajar dengan garis pantai. Hal itu menyebabkan arus balik dengan kecepatan arus yang tinggi. Kecepatan arusnya bisa bervariasi tergantung pada gelombang, pasang surut air, dan bentuk pantai.
Sementara itu, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) melaporkan tarikan arus balik ke arah laut akibat rip current punya pola bervariasi. Terkadang arus balik berakhir tepat di luar garis gelombang yang pecah, tetapi pada waktu lain arus balik terus mendorong ratusan meter ke lepas pantai.
Proses terjadinya cukup panjang. Arus balik terbentuk saat gelombang datang (lihat gambar 1) mendorong air ke arah garis pantai (lihat gambar 2). Hal ini yang menciptakan ketidakseimbangan air yang menumpuk di zona ombak.
Untuk tetap seimbang, air mencari jalur dengan hambatan paling kecil kembali melalui ombak, yang biasanya berupa patahan di gundukan pasir (lihat gambar 3). Di sinilah arus balik akan terasa lebih kuat. Setelah air yang mengalir melewati celah sempit, ia mulai menyebar (lihat gambar 4), yang secara signifikan melemahkan kecepatan dan kekuatan sirkulasi arus balik.
"Rip current sering disebut sebagai mesin penenggelam oleh penjaga pantai dan merupakan penyebab utama orang-orang terseret ombak," tulis NOAA
Kecepatan arus deras biasanya 1-2 kaki per detik, tetapi kecepatannya pernah mencapai 8 kaki per detik. Itu lebih cepat daripada kecepatan perenang Olimpiade.
Umumnya, kematian akibat tenggelam terjadi ketika orang-orang yang ditarik menjauh dari garis pantai tidak dapat mempertahankan diri mereka untuk tetap mengapung dan berenang ke pantai. Hal ini dapat disebabkan oleh kombinasi antara rasa takut, panik, kelelahan, atau kurangnya keterampilan berenang
Sejauh ini, tanda-tanda adanya rip current terkadang hanya terlihat samar. Bagi awam, alangkah baik untuk melihat papan petunjuk dan aturan di pantai sebelum berenang.
Kemudian, ketika sedang di pantai, waspadai celah sempit, air yang tampak lebih gelap dan tenang, yang diapit oleh area ombak pecah dan air deras. Perhatikan juga jika ada air yang berputar dan berbeda dari sekitar.
Perhatikan pula warna air yang dapat menjadi penanda awal. Sebab, air keruh bisa jadi akibat sedimen dan pasir yang terbawa dari pantai. Perhatikan pula area konsisten dari buih atau rumput laut yang terbawa oleh ombak.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Baru-baru ini, fenomena rip current juga menjadi penyebab utama puluhan siswa SMP tenggelam dan terseret arus di Pantai Drini, Yogyakarta. Fenomena ini mesti menjadi pelajaran yang berharga untuk semua orang.
Baca juga: Mengenal Skema 20-20-20 dalam Mitigasi Gempa Megathrust di Indonesia
Meski memiliki pemandangan indah, perlu diingat pantai-pantai di Yogyakarta itu langsung menghadap ke Samudera Hindia. Hal ini membuat pantai selatan kerap kali memiliki gelombang besar, struktur dasar laut yang curam, dan pola ombak yang mendukung terbentuknya arus balik kuat.
Dengan kondisi geologis tersebut, tak mengherankan bila fenomena rip current kerap muncul di pantai-pantai selatan Yogyakarta. Rip current adalah fenomena arus kuat dari air laut yang bergerak menjauh dari pantai.
Arus kuat tersebut punya daya yang besar, bahkan bisa tetap berbahaya bagi perenang profesional sekali pun. Arus kuat ini akan memaksa siapa saja untuk terseret ke tengah laut.
Menurut BMKG, rip current disebabkan oleh adanya ombak yang sejajar dengan garis pantai. Hal itu menyebabkan arus balik dengan kecepatan arus yang tinggi. Kecepatan arusnya bisa bervariasi tergantung pada gelombang, pasang surut air, dan bentuk pantai.
Sementara itu, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA) melaporkan tarikan arus balik ke arah laut akibat rip current punya pola bervariasi. Terkadang arus balik berakhir tepat di luar garis gelombang yang pecah, tetapi pada waktu lain arus balik terus mendorong ratusan meter ke lepas pantai.
Anatomi Rip Current (Sumber: Website NOAA)
Proses terjadinya cukup panjang. Arus balik terbentuk saat gelombang datang (lihat gambar 1) mendorong air ke arah garis pantai (lihat gambar 2). Hal ini yang menciptakan ketidakseimbangan air yang menumpuk di zona ombak.
Untuk tetap seimbang, air mencari jalur dengan hambatan paling kecil kembali melalui ombak, yang biasanya berupa patahan di gundukan pasir (lihat gambar 3). Di sinilah arus balik akan terasa lebih kuat. Setelah air yang mengalir melewati celah sempit, ia mulai menyebar (lihat gambar 4), yang secara signifikan melemahkan kecepatan dan kekuatan sirkulasi arus balik.
"Rip current sering disebut sebagai mesin penenggelam oleh penjaga pantai dan merupakan penyebab utama orang-orang terseret ombak," tulis NOAA
Kecepatan arus deras biasanya 1-2 kaki per detik, tetapi kecepatannya pernah mencapai 8 kaki per detik. Itu lebih cepat daripada kecepatan perenang Olimpiade.
Umumnya, kematian akibat tenggelam terjadi ketika orang-orang yang ditarik menjauh dari garis pantai tidak dapat mempertahankan diri mereka untuk tetap mengapung dan berenang ke pantai. Hal ini dapat disebabkan oleh kombinasi antara rasa takut, panik, kelelahan, atau kurangnya keterampilan berenang
Sejauh ini, tanda-tanda adanya rip current terkadang hanya terlihat samar. Bagi awam, alangkah baik untuk melihat papan petunjuk dan aturan di pantai sebelum berenang.
Kemudian, ketika sedang di pantai, waspadai celah sempit, air yang tampak lebih gelap dan tenang, yang diapit oleh area ombak pecah dan air deras. Perhatikan juga jika ada air yang berputar dan berbeda dari sekitar.
Perhatikan pula warna air yang dapat menjadi penanda awal. Sebab, air keruh bisa jadi akibat sedimen dan pasir yang terbawa dari pantai. Perhatikan pula area konsisten dari buih atau rumput laut yang terbawa oleh ombak.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.