Ilustrasi orang yang memberi barang kerajinan. (Sumber gambar: Kemenparekraf)

Punya Pesona Alam & Budaya yang Wah, 5 Desa Wisata Indah Ini Wajib Dikunjungi

28 July 2023   |   14:00 WIB
Image
Gita Carla Hypeabis.id

Like
Bosan dengan healing yang itu-itu saja? Sesekali cobalah piknik ke desa wisata. Ciri khas wisata ini mengapresiasi kearifan lokal yang menyuguhkan experience berbeda kehidupan asli pedesaan, mulai dari tema sosial budaya dan ekonomi, adat istiadat, kegiatan keseharian hingga daya tarik bangunan tradisional.

Desa wisata dikelola aktif oleh masyarakat setempat sesuai kemampuan desa dan manfaatnya bagi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Untuk jadi desa wisata tidak sembarang desa bisa, lho. Ada yang namanya Sapta Pesona yang menjadi fondasi konsep sadar wisata. Apa saja itu? Aman, Tertib, Bersih, sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan.

Baca juga: Intip 5 Desa Wisata yang Pas Buat Healing

Sadar wisata diprakarsai Kementerian Pariwisata  dan  Ekonomi   Kreatif lewat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri pariwisata pada 2009, lalu berkembang dan berhasil mencapai 569 desa wisata pada akhir 2011, hingga terus menanjak sampai saat ini.


1. Desa Panglipuran, Bali

 

Acara adat di Desa Panglipuran, Bali (Sumber gambar: Unsplash/Ruben Hutabarat)

Acara adat di Desa Panglipuran, Bali (Sumber gambar: Unsplash/Ruben Hutabarat)

Salah satunya desa wisata yang terkenal berada di Panglipuran. Desa adat di Kabupaten Bangli, Bali ini secara tata letak memiliki keistimewaan berada tepat di titik tengah Pulau Bali. Di sana kalian akan temui kehidupan original pedesaan karena budaya tradisional Bali masih dilestarikan dalam kegiatan sehari-hari.

Rancang bangunan dan pengolahan lahan masih menganut konsep Tri Hita Karana, yakni filosofi keseimbangan hubungan antara Tuhan, manusia, dan lingkungan. Tanpa menghilangkan budaya dan tradisi, desa ini sukses membangun dan mengembangkan pariwisata yang menguntungkan bagi masyarakatnya.

Desa Penglipuran berhasil memperoleh penghargaan Kalpataru Pemerintah Indonesia pada 1995 atas upaya melindungi hutan bambu di ekosistem lokal mereka yang menjadi destinasi wisata pula. Suasana desa yang resik, asri, dan jauh dari modernisasi membuahkan predikat desa terbersih dunia yang diberikan TripAdvisor pula pada 2016, bersama desa terapung Giethoorn di Overijssel Belanda dan desa Mawlynnong di India.

Tak hanya itu, sadar wisata pada masyarakat lokal Desa Panglipuran juga merespons kebutuhan wisatawan dengan menyediakan, antara lain kebutuhan amenitas, akses, dan sumber daya manusia yang layak.

Di desa seluas 75 hektar ini kita dilarang membuang sampah dan merokok sembarangan. Motor dan mobil dilarang masuk ke dalam desa, jadi cukup diparkir di garasi belakang rumah dengan jalur masuk berbeda.

Sejuknya udara Desa Panglipuran terletaknya di antara dataran tinggi Kintamani dan dataran rendah Pantai Lebih, cocok jika ditemani dengan minuman tradisional yang dikenal dengan nama Loloh Cemcem. Loloh Cemcem terbuat dari air kelapa muda yang dicampur dengan perasan daun hijau pohon cemcem, lalu dicampur lagi dengan bahan penikmat natural lain.


2. Desa Pujon Kidul, Kabupaten Malang

 

Keindahan Desa Pujon Kidul, Malang (Sumber gambar: Kemenparekraf)

Keindahan Desa Pujon Kidul, Malang (Sumber gambar: Kemenparekraf)

Pada 2017 desa ini meraih  penghargaan  dari  Kementerian  Pariwisata  dengan  kategori  Pokdarwis  Mandiri Peringkat  Terbaik  I  untuk  Kegiatan  Usaha  Masyarakat Bidang Pariwisata. Sebagai desa  agraris,  desa yang memiliki luas  330.000  hektar ini 50 persen nya merupakan  sawah  dan  ladang.

Desa Pujon berbatasan  langsung  dengan  destinasi wisata Kota  Batu  dan wilayah  Perhutani  yang  berfungsi  sebagai  hutan  konservasi  dan  produksi  tanaman  komoditas  berupa  rumput  gajah  dan  pinus. 

Lantaran kondisi panen  yang  fluktuatif dan  proses  distribusi yang berliku, para  pengurus  desa  dan  sebagian  masyarakat  peduli  wisata lalu bersemangat memajukan ekonomi desa lewat  potensi  pariwisata dengan membentuk rintisan awal Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Capung  Alas,  Desa Pujon Kidul.

Di sana di antaranya kalian bisa relaks menikmati secangkir kopi sambil menikmati view gunung dan sawah yang bikin mata fresh, salah satunya ditawarkan Cafe Sawah Desa Wisata Pujon Kidul. Sederet saung dirancang untuk membuat wisatawan bisa bercengkerama dengan alam di tengah lahan persawahan.

Selain menikmati santapan sambil memandang aktivitas pak tani di sawah, tampak tanaman palawija siap panen, bahkan ada yang dibuat di atas kolam dengan ikan-ikan siap dipancing kapan saja. Mau pilih kegiatan agro wisata yang mana? Petik buah apel, stroberi, cabe, bawang, atau ragam buah lain, atau tangkap ikan? Kalian  bisa bebas pilih, tapi tidak gratis, ya, sebab layanan itu bagian dari paket wisata yang dijual di kawasan kafe dan desa.


3. Desa Pentingsari, Yogyakarta

 

Kegiatan di Desa Pentingsari (Sumber gambar: Desa Pentingsari)

Kegiatan di Desa Pentingsari (Sumber gambar: Desa Pentingsari)

Desa ini tepatnya terletak di Kelurahan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Salah satu desa unggulan Indonesia ini telah memperoleh berbagai penghargaan nasional dan internasional, tetapi itu bukanlah hal mudah karena bagaimanapun kondisi pasang surut membuka diri bagi wisatawan sudah mereka alami.

Uniknya berwisata ke desa ini mengusung konsep live in. Wisatawan diajak menikmati langsung pengalaman hidup bersama masyarakat lokal lewat kegiatan lokal, mulai dari eksplorasi alam desa, seni budaya, dan ekonomi desa. Ada pula teknik story telling yang mengemas wisata kearifan lokal.

Keandalan pemandu wisata menyampaikan cerita-cerita di suatu situs tentu menjadi sangat menarik dan bernilai jual tinggi. Sebagai contoh, mitos membasuh muka atau meminum air di mata air suci Sendangsari yang diyakini sebagai tempat bertemunya Dewi Nawang Wulan dan Joko Tarup, bisa membuat awet muda dan menyembuhkan ragam penyakit.

Teknik story telling juga dipraktikkan warga ketika demo membuat produk dan mengajak wisatawan berpartisipasi. Dari pengalaman pribadi wisatawan membuat kopi, misalnya, akan timbul kesan tersendiri pada produk, seperti ekspresi kelompok tani Harapan dengan nama-nama kopi inovatif Kopi Lanang Merapi dan Kopi Anggur Merapi yang dibumbui cerita menarik.

Kopi Lanang Merapi diyakini bisa meningkatkan vitalitas bagi pasangan suami istri. Intinya, story telling menjadi strategi marketing menarik yang telah dikemas dengan baik oleh Desa Pentingsari.
 

4. Desa Kete Kesu’, Toraja Utara

 

Desa Kete Kesu', Toraja (Sumber gambar Kemenparekraf)

Desa Kete Kesu', Toraja (Sumber gambar Kemenparekraf)

Yang terakhir, kita healing yang lebih jauh. Yuk, ke  Desa Kete Kesu’, Toraja Utara. Desa berluas sekitar 3.570 meter persegi ini terletak berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja di sebelah selatan. Pada 8 Januari 2010, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Desa Kete Kesu’ menjadi cagar budaya hingga menjadi destinasi wisata budaya.

Sebagai desa wisata, desa ini sangat merespons kebutuhan amenitas wisatawan, seperti akomodasi, food and beverage, tempat hiburan, dan retailing. Jarak rata-rata antara penginapan sekitar Kecamatan Kesu menuju lokasi Kampung Adat Kete Kesu’ hanya sejauh 3,5 km dengan waktu tempuh tidak lebih dari 10 menit.

Bahkan ada hotel bintang empat, Hotel Misiliana, terletak di dalam wilayah administrasi Kecamatan Kesu. Kondisi jalan menuju Desa Kete Kesu’ pun sudah diaspal. Tak heran jika kebutuhan wisatawan sudah sangat dipikirkan oleh Desa Kete Kesu’ karena pengelolaan wisata secara profesional telah dipegang sebuah yayasan berbadan hukum. 

Delapan rumah adat Tongkonan berusia lebih dari 300 tahun yang berjajar rapi dan upacara adat rambu solo yang merupakan upacara kematian, menjadi pemandangan berbeda di Desa Kete Kesu’. Rumah bagi keluarga berdarah bangsawan ini tercatat dibuat perdana pada abad ke-17.

Rumah Tongkonan diperkirakan ditempati sekitar 20 keluarga, dihiasi tanduk kerbau dan ukiran indah sebagai penanda status pemilik rumah dengan desain atap seperti perahu. Proses pembuatan rumah biasanya dibantu oleh semua anggota keluarga.

Salah satu rumah adat Tongkonan di Desa Kete Kesu telah diubah menjadi museum yang berisi benda-benda bersejarah, keramik Tiongkok, belati, parang, patung, dan bendera pertama yang pernah dikibarkan di Toraja. Di museum inilah workshop untuk wisatawan tersedia untuk berlatih keterampilan membuat kriya dari bambu bagi yang berminat.

Baca juga: 5 Destinasi Wisata Tana Toraja, Eksplorasi Budaya Khas Sulawesi Selatan

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Hidup Tak Lagi Sama Ketika Indonesia Hasilkan 48 Juta Ton Sampah Makanan Per Tahun

BERIKUTNYA

Menggali Pilihan Menjadi Single, Bukan Sekadar Takut Komitmen

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: