Aktivitas industri jadi penyumbang gas rumah kaca. (Sumber gambar : Chriss Leboutillier/Unsplash)

Atasi Krisis Iklim, Teknologi Ini Bisa Tangkap Karbon Dioksida Si Penyumbang Panas Bumi

26 July 2023   |   19:00 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Dunia tengah dihadapkan dengan krisis iklim. Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang dirilis beberapa waktu lalu, kondisi ini menimbulkan cuaca ekstrem seperti gelombang panas, hujan lebat, kekeringan, hingga siklon tropis. 

Mengutip United Nation (UN) Indonesia, krisis iklim disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO2) yang menyelimuti Bumi dan menangkap panas matahari. Semua tidak lepas dari kegiatan yang dilakukan manusia, terutama sektor industri. 

Baca juga: Khawatir Bencana Iklim, ARMY Kirim Surat Terbuka ke Hyundai Minta Hal Ini

Menurut Badan Energi Internasional (IEA), industri berat menyumbang 20 persen dari emisi karbon dioksida (CO2) global saat ini. Akibatnya, industri diminta menemukan teknologi dan solusi yang dapat mengubah operasi mereka dengan mengurangi keluaran emisi GRK mereka. 

Staf Ahli Ketua SKK Migas Luky Yusgiantoro menerangkan Indonesia memiliki banyak sumber industri CO2, seperti pembangkit listrik tenaga batu bara, pengolahan gas alam, kilang minyak, dan pabrik kimia. Oleh karena itu, beberapa proyek untuk menangkap karbon dengan teknologi pun dibuat dan ditargetkan untuk mulai beroperasi sebelum 2030. 

Salah satu teknologi yang bisa menangkap karbon di sektor industri beremisi tinggi dihadirkan Honeywell. Dengan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS), industri dapat menangkap, memanfaatkan, dan menyimpan karbon, termasuk manajemen emisi dari hulu hingga hilir. 

Presiden Honeywell Asia Tenggara Steven Lien, menyampaikan teknologi Honeywell CCUS juga membantu pelaku industri mendeteksi, mengukur, memantau, dan memitigasi lebih dari 20 gas rumah kaca. Saat ini, perusahaan-perusahaan mancanegara yang menggunakan teknologi CCUS Honeywell sanggup menangkap 40 juta ton CO2 per tahun, atau setara dengan emisi lebih dari 8,6 juta mobil.

“Penangkapan karbon sebelum atau sesudah proses pembakaran industri dapat membantu mengurangi efek gas rumah kaca dan mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon,” tuturnya di Jakarta, dikutip Hypeabis.id, Rabu (26/7/2023).

Adapun teknologi CCUS di antaranya pelarut kimia seperti AmineGuard Process, AmineGuard FS Process, dan Benfield ACT-1. Teknologi ini menggunakan beragam pelarut seperti monoethanolamine yang mampu menangkap CO2.

Kemudian pelarut Selexol Process yang dapat menangkap CO2 dengan menggunakan material penyerap (adsorbent). Ada pula proses Kriogenik, dan penggunaan membrane seperti sistem Separex serta Fraksinasi CO2 Ortloff. 

Teknologi Kriogenik ini menangkap CO2 dengan mendinginkan dan mengeringkan gas buangan di corong industri. Sementara  teknologi membran menangkap CO2 dengan cara pelarutan dan pembauran melalui filter pemisah yang solid.

“Teknologi Honeywell siap untuk menangkap emisi karbon dioksida dari proses industri dan menyimpannya di bawah tanah agar dapat digunakan untuk beragam aplikasi,” tambah Lien.

Dari uji coba, teknologi CCUS Honeywell dapat menangkap CO2 lebih dari 98 persen. Fasilitas yang dipasang di seluruh dunia menggunakan teknologi CO2 Honeywell dapat meningkatkan kapasitas penangkapannya hingga 40 juta ton CO2 per tahun.


Cara Kerja Penangkapan Karbon

Teknologi penangkapan karbon memberi industri metode penghilangan karbon berkelanjutan yang mencegah karbon dioksida memasuki atmosfer. Pada dasarnya ada dua jenis penangkapan karbon dioksida yang digunakan di dunia saat ini. 

Pertama, proses pascapembakaran yang memisahkan CO2 dari gas buang lainnya dan menangkapnya menggunakan berbagai teknologi, menghasilkan karbon dioksida yang murni, dan dapat disimpan. Kedua, proses pra pembakaran, yang mengubah bahan bakar menjadi campuran gas yang sebagian besar terdiri dari hidrogen dan CO2. Karbon dioksida dikompresi untuk penyimpanan selanjutnya, dan hidrogen dibakar tanpa menghasilkan karbon dioksida.

Karbon dioksida ini bisa disimpan di bawah tanah di lokasi seperti reservoir minyak dan gas yang habis, formasi salin yang dalam, dan lapisan batubara yang tidak dapat ditambang.

Baca juga: 7 Tanda Serius Bencana Iklim Global Sepanjang 2022

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

SMTOWN Live 2023 Siap Digelar 23 September, Ada NCT Dream hingga Red Velvet

BERIKUTNYA

Berniat Liburan ke Luar Negeri? Cek Dulu Cara & Syarat Pembuatan Paspor 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: