Resensi Buku Para Pengunjung Dini Hari, Kisah tentang Dunia yang Ditinggali Perempuan
25 July 2023 |
10:00 WIB
Apa yang salah ketika seorang perempuan tinggal sendirian? Kenapa mereka selalu dihantui perasaan takut dan waswas pada malam hari, kalau-kalau ada yang mengetuk pintu atau bahkan membukanya dengan paksa. Lantas selain rumah, di manakah tempat yang menawarkan rasa aman dan nyaman itu?
Kondisi inilah yang dialami tokoh perempuan dalam buku berjudul Para Pengunjung Dini Hari. Si perempuan yang baru saja pindah merasa waswas dan ketakutan oleh suara bel pintu setiap dini hari. Saat dia mengintip dari lubang pintu, tampak seorang lelaki mengenakan jas panjang yang terus menekan bel sambil mengecek ponselnya.
Rasanya begitu lama dia berdiam diri di sana sampai akhirnya memutuskan pergi. Namun, anehnya pada hari yang berbeda, lain pula lelaki yang datang. Sebenarnya apa yang mereka inginkan dari seorang perempuan yang tinggal sendirian?
Baca juga: Resensi Novel Markas Cinta, Album Cerita Keluarga yang Menghangatkan Hati
"Para Pengunjung Dini" Hari merupakan salah satu dari lima cerita pendek yang ada dalam buku karya Rujin Jang, dan penulis lainnya. Setiap kisah menceritakan dunia yang ditinggali para perempuan dan semua situasi yang membuat mereka merasa terkucilkan dan dirugikan, hanya karena berstatus sebagai perempuan.
Ada juga cerita lain yang berjudul "Lulu dan Lala" oleh Yuji Ha, "Baby Groupie" oleh Jihyang Jeong, "Penjahat yang Sopan" oleh Minjung Park, dan "Siapa Kamu?" oleh Hyeon Kim. Kelima kisah tersebut ditulis dengan penyampaian yang bertutur rapi sehingga meninggalkan kesan mendalam untuk pembacanya.
Dalam cerita "Para Pengunjung Dini Hari", akhirnya Si perempuan memiliki keberanian untuk mencari tahu siapa lelaki yang selalu mengunjungi pintu officetel tempat tinggalnya setiap malam. Dia pun segera mengetahui bahwa mereka adalah lelaki yang datang untuk melakukan prostitusi.
Selanjutnya dalam cerita berjudul "Siapa Kamu?" mengisahkan tentang Jiyun yang mengalami pelecehan seksual di kantor. Demi mempertahankan harga dirinya, Jiyun berniat mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Namun mirisnya, sang kekasih yang sudah dipacarinya selama 5 tahun membujuknya untuk menarik kembali surat pengunduran diri tersebut, serta memaksanya untuk memaklumi bahwa semua itu bagian dari kehidupan sosial yang tak bisa dihindari.
Kisah lainnya yang tak kalah menarik ada di cerita "Lulu dan Lala", tentang para perempuan yang terasing dari kehidupan sosialnya setelah menikah, melewati tahap persalinan, pengasuhan anak, dan pekerjaan rumah tangga yang tak ada habisnya. Rasanya mustahil untuk menemukan diri mereka seperti dulu yang cantik dan diterima semua orang.
Para perempuan yang terjebak dalam situasi tersebut akhirnya mulai memuntahkan ketidakadilan yang ditujukan pada mereka. Rasa takut tak berdasar hanya karena perempuan terlihat lemah, perempuan yang dianggap sebagai objek seksual dan mesin reproduksi, serta sebagai pelengkap bagian hidup orang lain.
Dengan kehadiran buku Para Pengunjung Malam Hari, feminisme sekarang telah menjadi sebuah genre. Cerita-cerita tersebut rasanya begitu spesifik dan menyentuh sampai ke aspek personal sehingga tidak bisa dikategorikan ke dalam genre fiksi umum.
Fenomena terkait feminisme di kehidupan sosial kita bukan hanya membicarakan soal seksualitas dan gender saja. Tapi, bagaimana kedua persoalan tersebut membuat perempuan mati-matian berjuang mempertahankan martabat dan moralnya untuk bertahan hidup.
Baca juga: Resensi Buku Cerita Sentimentalisme Calon Mayat, Ulang-alik Fiksi & Realitas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Kondisi inilah yang dialami tokoh perempuan dalam buku berjudul Para Pengunjung Dini Hari. Si perempuan yang baru saja pindah merasa waswas dan ketakutan oleh suara bel pintu setiap dini hari. Saat dia mengintip dari lubang pintu, tampak seorang lelaki mengenakan jas panjang yang terus menekan bel sambil mengecek ponselnya.
Rasanya begitu lama dia berdiam diri di sana sampai akhirnya memutuskan pergi. Namun, anehnya pada hari yang berbeda, lain pula lelaki yang datang. Sebenarnya apa yang mereka inginkan dari seorang perempuan yang tinggal sendirian?
Baca juga: Resensi Novel Markas Cinta, Album Cerita Keluarga yang Menghangatkan Hati
"Para Pengunjung Dini" Hari merupakan salah satu dari lima cerita pendek yang ada dalam buku karya Rujin Jang, dan penulis lainnya. Setiap kisah menceritakan dunia yang ditinggali para perempuan dan semua situasi yang membuat mereka merasa terkucilkan dan dirugikan, hanya karena berstatus sebagai perempuan.
Ada juga cerita lain yang berjudul "Lulu dan Lala" oleh Yuji Ha, "Baby Groupie" oleh Jihyang Jeong, "Penjahat yang Sopan" oleh Minjung Park, dan "Siapa Kamu?" oleh Hyeon Kim. Kelima kisah tersebut ditulis dengan penyampaian yang bertutur rapi sehingga meninggalkan kesan mendalam untuk pembacanya.
Dalam cerita "Para Pengunjung Dini Hari", akhirnya Si perempuan memiliki keberanian untuk mencari tahu siapa lelaki yang selalu mengunjungi pintu officetel tempat tinggalnya setiap malam. Dia pun segera mengetahui bahwa mereka adalah lelaki yang datang untuk melakukan prostitusi.
Selanjutnya dalam cerita berjudul "Siapa Kamu?" mengisahkan tentang Jiyun yang mengalami pelecehan seksual di kantor. Demi mempertahankan harga dirinya, Jiyun berniat mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Namun mirisnya, sang kekasih yang sudah dipacarinya selama 5 tahun membujuknya untuk menarik kembali surat pengunduran diri tersebut, serta memaksanya untuk memaklumi bahwa semua itu bagian dari kehidupan sosial yang tak bisa dihindari.
Kisah lainnya yang tak kalah menarik ada di cerita "Lulu dan Lala", tentang para perempuan yang terasing dari kehidupan sosialnya setelah menikah, melewati tahap persalinan, pengasuhan anak, dan pekerjaan rumah tangga yang tak ada habisnya. Rasanya mustahil untuk menemukan diri mereka seperti dulu yang cantik dan diterima semua orang.
Para perempuan yang terjebak dalam situasi tersebut akhirnya mulai memuntahkan ketidakadilan yang ditujukan pada mereka. Rasa takut tak berdasar hanya karena perempuan terlihat lemah, perempuan yang dianggap sebagai objek seksual dan mesin reproduksi, serta sebagai pelengkap bagian hidup orang lain.
Dengan kehadiran buku Para Pengunjung Malam Hari, feminisme sekarang telah menjadi sebuah genre. Cerita-cerita tersebut rasanya begitu spesifik dan menyentuh sampai ke aspek personal sehingga tidak bisa dikategorikan ke dalam genre fiksi umum.
Fenomena terkait feminisme di kehidupan sosial kita bukan hanya membicarakan soal seksualitas dan gender saja. Tapi, bagaimana kedua persoalan tersebut membuat perempuan mati-matian berjuang mempertahankan martabat dan moralnya untuk bertahan hidup.
Baca juga: Resensi Buku Cerita Sentimentalisme Calon Mayat, Ulang-alik Fiksi & Realitas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.