Alasan Christian Dior Kepincut Kain Tenun Endek Bali
10 May 2021 |
00:00 WIB
Nirmala Aninda
Manajer Konten Hypeabis.id
Duta Besar Republik Indonesia di Paris Arrmanatha Christiawan Nasir menyatakan, selain upaya pelestarian aset nasional, kesepakatan ini akan memberikan dampak positif bagi perajin tenun Endek di tengah tekanan pandemi.
"LOI ini menjadi dasar bagi peluang-peluang kerja sama lainnya di masa mendatang dan menjadi contoh success story yang dapat diterapkan untuk kerja sama dengan provinsi lain di Indonesia," ujarnya.
Dalam rangka perlindungan dan pelestarian kain Endek, tahun lalu Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Provinsi Bali Putri Suastini Koster menyebutkan, sejumlah syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pihak Christian Dior dalam memenuhi kebutuhan tenun Endek untuk koleksi fesyennya pada 2021.
Di antara syarat itu, Dior harus menggunakan tenun Endek yang memang diproduksi oleh perajin Bali. Kemudian, Dior juga harus memahami bahwa Endek bukanlah tenun yang bisa diproduksi secara massal dengan motif dan warna yang seragam.
Syarat lain yang ditawarkan dalam kerja sama ini adalah keterlibatan eksportir lokal Bali.
Sebelum tenun Endek, ternyata tenun nusantara yang diproduksi oleh perajin di Nusa Tenggara Timur (NTT) juga telah memikat hati pegiat fesyen di Eropa.
Pada 2017 dan 2018, misalnya, perancang busana tenun Julie Sutrisno Laiskodat berhasil membawa tenun NTT ke ajang fashion week di New York dan Paris.
Di Paris, dengan membawa nama butiknya, LeVico, Julie menghadirkan 18 koleksi busana tenun dari Sabu, Rote dan Alor yang dimodifikasi menjadi busana khusus musim dingin.
Editor: Dika Irawan
"LOI ini menjadi dasar bagi peluang-peluang kerja sama lainnya di masa mendatang dan menjadi contoh success story yang dapat diterapkan untuk kerja sama dengan provinsi lain di Indonesia," ujarnya.
Dalam rangka perlindungan dan pelestarian kain Endek, tahun lalu Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Provinsi Bali Putri Suastini Koster menyebutkan, sejumlah syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pihak Christian Dior dalam memenuhi kebutuhan tenun Endek untuk koleksi fesyennya pada 2021.
Di antara syarat itu, Dior harus menggunakan tenun Endek yang memang diproduksi oleh perajin Bali. Kemudian, Dior juga harus memahami bahwa Endek bukanlah tenun yang bisa diproduksi secara massal dengan motif dan warna yang seragam.
Syarat lain yang ditawarkan dalam kerja sama ini adalah keterlibatan eksportir lokal Bali.
Sebelum tenun Endek, ternyata tenun nusantara yang diproduksi oleh perajin di Nusa Tenggara Timur (NTT) juga telah memikat hati pegiat fesyen di Eropa.
Pada 2017 dan 2018, misalnya, perancang busana tenun Julie Sutrisno Laiskodat berhasil membawa tenun NTT ke ajang fashion week di New York dan Paris.
Di Paris, dengan membawa nama butiknya, LeVico, Julie menghadirkan 18 koleksi busana tenun dari Sabu, Rote dan Alor yang dimodifikasi menjadi busana khusus musim dingin.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.