Pemanfaatan Bus Listrik di Daerah Dianggap Belum Optimal
17 July 2023 |
21:30 WIB
Penerapan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia makin masif. Selain kendaraan pribadi, kendaraan listrik untuk transportasi umum juga sedang disiapkan oleh pemerintah. Mulai dari bus listrik, kereta listrik seperti KRL, MRT, LRT dan lainnya.
Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) memaparkan bahwa saat ini penggunaan kendaraan umum listrik di Jakarta sudah mulai banyak. Misalnya Transjakarta yang mulai beralih dari bahan bakar gas (BBG) menjadi listrik.
Baca juga: Ada Bus Listrik Buatan Anak Bangsa di KTT G20, Yuk Intip Spesifikasinya
Transjakarta sendiri menargetkan semua armada busnya sudah bertenaga listrik pada 2030. BUMD transportasi milik Pemprov DKI tersebut akan mengelektrifikasi semua armada dari bus besar hingga mikrotrans demi memenuhi target tersebut.
"Dengan penggunaan kendaraan umum listrik ini, keuntungannya bisa menurunkan polusi udara, mengurangi tingkat kecelakaan, dan menghemat 30 persen penggunaan BBM," kata Djoko kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Namun, dia juga menyayangkan, progres penggunaan transportasi umum listrik di daerah masih tersendat. Banyak program bus listrik di sejumlah kota Indonesia yang mangkrak. Pada Desember 2022 kemarin, bus listrik mulai dioperasikan di Bandung pada dan Surabaya sebagai armada bus tambahan.
"Bis listrik bekas yang digunakan dalam KTT G-20 di Bali di bagikan 17 unit untuk Surabaya [Trans Semanggi Suroboyo] dan 8 unit untuk Bandung [Trans Metro Pasundan]," kata Djoko.
Bus listrik yang dioperasikan dapat menampung 19-25 penumpang serta memiliki kapasitas baterai sebesar 138 kWH dengan waktu pengisian daya 1-3 jam. Dengan kapasitas tersebut bus listrik mampu menempuh jarak sejauh 160 km perjalanan.
"Sayangnya sampai saat ini bus listrik berhenti beroperasi dan tidak tahu kapan akan beroperasi lagi," kata Djoko.
Menurutnya salah satu penyebab mengapa penggunaan bus listrik di daerah belum optimal karena anggapan bahwa transportasi umum berbahan bakar listrik belum menjadi kebutuhan dasar.
Melalui Kementerian Perindustrian, selama dua tahun anggaran (2023-2024) tersedia insentif untuk bus listrik sebesar Rp192 M dan dibelikan 552 unit. Sementara untuk kendaraan pribadi Rp12,3 T untuk 800.000 unit motor listrik dan Rp6,5 T untuk 143.449 untuk mobil listrik.
Padahal Indonesia saat ini sedang mengalami krisis angkutan umum. Keberadaan bus listrik akan sangat membantu kelompok masyarakat yang sangat bergantung dengan transportasi umum. Bus listrik sendiri memiliki beragam kelebihan dibandingkan bus konvensional yang memakai bensin sebagai bahan bakarnya.
Salah satunya adalah ramah lingkungan, kendaraan umum ini akan membantu mengurangi polusi udara karena menggunakan energi terbarukan sebagai bahan bakarnya. Dalam hal ini, bus listrik mempunyai mekanisme laju yang diproses menggunakan daya listrik, sehingga tidak menghasilkan residu emisi karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) yang bisa mencemari udara.
Selain itu pengisian bahan bakarnya pun lebih praktis, karena memiliki daya penampungan arus listrik yang besar. Hanya dengan sekali pengisian daya, bus ini dapat digunakan dalam jarak jauh. Perawatannya pun mudah dan hemat, lantaran tidak memiliki gas buang seperti bus konvensional yang harus mengganti oli, radiator, dan lain-lain.
Baca juga: Mengintip Bus Listrik yang Didesain oleh Anak Bangsa
Editor: Dika Irawan
Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) memaparkan bahwa saat ini penggunaan kendaraan umum listrik di Jakarta sudah mulai banyak. Misalnya Transjakarta yang mulai beralih dari bahan bakar gas (BBG) menjadi listrik.
Baca juga: Ada Bus Listrik Buatan Anak Bangsa di KTT G20, Yuk Intip Spesifikasinya
Transjakarta sendiri menargetkan semua armada busnya sudah bertenaga listrik pada 2030. BUMD transportasi milik Pemprov DKI tersebut akan mengelektrifikasi semua armada dari bus besar hingga mikrotrans demi memenuhi target tersebut.
"Dengan penggunaan kendaraan umum listrik ini, keuntungannya bisa menurunkan polusi udara, mengurangi tingkat kecelakaan, dan menghemat 30 persen penggunaan BBM," kata Djoko kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Namun, dia juga menyayangkan, progres penggunaan transportasi umum listrik di daerah masih tersendat. Banyak program bus listrik di sejumlah kota Indonesia yang mangkrak. Pada Desember 2022 kemarin, bus listrik mulai dioperasikan di Bandung pada dan Surabaya sebagai armada bus tambahan.
"Bis listrik bekas yang digunakan dalam KTT G-20 di Bali di bagikan 17 unit untuk Surabaya [Trans Semanggi Suroboyo] dan 8 unit untuk Bandung [Trans Metro Pasundan]," kata Djoko.
Bus listrik yang dioperasikan dapat menampung 19-25 penumpang serta memiliki kapasitas baterai sebesar 138 kWH dengan waktu pengisian daya 1-3 jam. Dengan kapasitas tersebut bus listrik mampu menempuh jarak sejauh 160 km perjalanan.
"Sayangnya sampai saat ini bus listrik berhenti beroperasi dan tidak tahu kapan akan beroperasi lagi," kata Djoko.
Menurutnya salah satu penyebab mengapa penggunaan bus listrik di daerah belum optimal karena anggapan bahwa transportasi umum berbahan bakar listrik belum menjadi kebutuhan dasar.
Melalui Kementerian Perindustrian, selama dua tahun anggaran (2023-2024) tersedia insentif untuk bus listrik sebesar Rp192 M dan dibelikan 552 unit. Sementara untuk kendaraan pribadi Rp12,3 T untuk 800.000 unit motor listrik dan Rp6,5 T untuk 143.449 untuk mobil listrik.
Padahal Indonesia saat ini sedang mengalami krisis angkutan umum. Keberadaan bus listrik akan sangat membantu kelompok masyarakat yang sangat bergantung dengan transportasi umum. Bus listrik sendiri memiliki beragam kelebihan dibandingkan bus konvensional yang memakai bensin sebagai bahan bakarnya.
Salah satunya adalah ramah lingkungan, kendaraan umum ini akan membantu mengurangi polusi udara karena menggunakan energi terbarukan sebagai bahan bakarnya. Dalam hal ini, bus listrik mempunyai mekanisme laju yang diproses menggunakan daya listrik, sehingga tidak menghasilkan residu emisi karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) yang bisa mencemari udara.
Selain itu pengisian bahan bakarnya pun lebih praktis, karena memiliki daya penampungan arus listrik yang besar. Hanya dengan sekali pengisian daya, bus ini dapat digunakan dalam jarak jauh. Perawatannya pun mudah dan hemat, lantaran tidak memiliki gas buang seperti bus konvensional yang harus mengganti oli, radiator, dan lain-lain.
Baca juga: Mengintip Bus Listrik yang Didesain oleh Anak Bangsa
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.