Suka Rutin Bepergian? Hati-hati dengan Risiko Paparan Polusi Udara Ini
22 July 2021 |
13:51 WIB
1
Like
Like
Like
Genhype terbiasa melakukan commuting atau perjalanan pulang pergi setiap harinya untuk berbagai keperluan, mulai dari aktivitas pekerjaan hingga sekadar berjalan-jalan. Perjalanan ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan kendaraan pribadi, angkutan umum, sampai berjalan kaki.
Tahu enggak, bahwa salah satu risiko yang selalu mengintai Genhype yang memiliki rutinitas commuting dalam kesehariannya adalah paparan polusi udara yang berisiko bagi kesehatan tubuh. Tetapi, setiap orang memiliki tingkatan paparan yang berbeda-beda berdasarkan beberapa faktor seperti frekuensi, durasi, dan waktu bepergian.
Para peneliti dari George Mason University College of Health and Human Services melakukan penelitian terkait dampak kegiatan commuting dan paparan partikel halus dari polusi udara terhadap masyarakat yang selalu bepergian.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode statistik kepada 46 perempuan di Amerika Serikat yang terpapar polusi udara dari kendaraan bermotor, partikel di jalanan, dan berbagai partikel dalam polusi udara lainnya.
Secara rinci, ada tiga faktor yang dilihat untuk melihat pengaruh perjalanan dengan paparan polusi udara: waktu keberangkatan, jarak perjalanan, dan jumlah perjalanan yang dilakukan.
Hasilnya, ditemukan bahwa masyarakat yang bepergian di jam genting atau rush hour memiliki tingkat paparan terhadap partikel halus yang ada dalam polusi udara. Partikel ini umumnya berasal dari emisi knalpot, partikel yang ada pada jalanan, dan dari rem kendaraan.
Meski risikonya lebih tinggi, tapi perbandingannya dengan mereka yang berangkat di jam-jam lain tidak signifikan secara statistik.
Studi yang dibuat dengan tujuan untuk melihat tentang peran aktivitas perjalanan pulang pergi terhadap paparan polusi udara bagi individu dan masyarakat ini memiliki sejumlah kelemahan seperti dampak yang muncul jika ada perubahan pada rute perjalanan dan jam keberangkatan.
"Penelitian saat ini belum bisa memberitahukan apakah mengganti perjalanan, misalnya menghindari jalan raya atau bepergian di luar jam genting bisa menurunkan paparan polusi udara bagi masyarakat. Riset lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apa saja perubahan yang bisa menurunkan paparan," jelas assistant professor dan salah satu peneliti Jenna Krall.
Editor: Dika Irawan
Tahu enggak, bahwa salah satu risiko yang selalu mengintai Genhype yang memiliki rutinitas commuting dalam kesehariannya adalah paparan polusi udara yang berisiko bagi kesehatan tubuh. Tetapi, setiap orang memiliki tingkatan paparan yang berbeda-beda berdasarkan beberapa faktor seperti frekuensi, durasi, dan waktu bepergian.
Para peneliti dari George Mason University College of Health and Human Services melakukan penelitian terkait dampak kegiatan commuting dan paparan partikel halus dari polusi udara terhadap masyarakat yang selalu bepergian.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode statistik kepada 46 perempuan di Amerika Serikat yang terpapar polusi udara dari kendaraan bermotor, partikel di jalanan, dan berbagai partikel dalam polusi udara lainnya.
Ilustrasi orang yang melakukan perjalanan pulang pergi atau commuting. (Dok.Visual Stories || Micheile dari Unsplash)
Hasilnya, ditemukan bahwa masyarakat yang bepergian di jam genting atau rush hour memiliki tingkat paparan terhadap partikel halus yang ada dalam polusi udara. Partikel ini umumnya berasal dari emisi knalpot, partikel yang ada pada jalanan, dan dari rem kendaraan.
Meski risikonya lebih tinggi, tapi perbandingannya dengan mereka yang berangkat di jam-jam lain tidak signifikan secara statistik.
Studi yang dibuat dengan tujuan untuk melihat tentang peran aktivitas perjalanan pulang pergi terhadap paparan polusi udara bagi individu dan masyarakat ini memiliki sejumlah kelemahan seperti dampak yang muncul jika ada perubahan pada rute perjalanan dan jam keberangkatan.
"Penelitian saat ini belum bisa memberitahukan apakah mengganti perjalanan, misalnya menghindari jalan raya atau bepergian di luar jam genting bisa menurunkan paparan polusi udara bagi masyarakat. Riset lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apa saja perubahan yang bisa menurunkan paparan," jelas assistant professor dan salah satu peneliti Jenna Krall.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.