Ilustrasi keamanan siber (Sumber gambar: Pixabay/Pexels)

Digitalisasi Cepat, Keamanan Data Dicegat, Ini Kiat Bank Digital Cegah Serangan Siber

17 July 2023   |   14:00 WIB
Image
Indah Permata Hati Jurnalis Hypeabis.id

Pentingnya proteksi ancaman kejahatan siber mulai menjadi perhatian utama bagi perusahaan-perusahaan berbasis nasabah. Pasalnya, perusahaan wajib menjaga privadi data pribadi para penggunanya. Kejahatan dunia maya ini hadir sebagai sisi lain dari percepatan digitalisasi.

Bahkan, petumbuhan industri digital bisa dikatakan membuat catatan yang membanggakan lebih dari satu dekade ini.

Survei Southeast Asia Technology Trends & Priorities 2023 yang dilakukan SPARK memaparkan pertumbuhan positif industri digital yang signifikan. Dari segi investasi digital, teknologi dan internet telah merubah hampir 51 persen cara kerja investasi menjadi lebih transformatif.

Baca juga: Kejahatan Siber Makin Marak, Ini yang Harus Dilakukan saat Akun E-Wallet Dibajak
 
David selaku CEO SPARK by CIO Academy Asia menyebut, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan pasar besar dalam hal digitalisasi. Digitalisasi dengan penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) digadang akan menciptakan pasar dan inovasi yang imersif dan baru.

“Teknologi kecerdasan buatan akan mengurangi biaya-biaya dalam bisnis dan mempengaruhi ekonomi global,” kata David. 
 
Catatan memuaskan pertumbuhan digitalisasi ini harus diimbangi dengan proteksi ancaman siber. Oleh karenanya, perusahaan dengan basis data pengguna online mengebut langkah demi melindungi data konsumennya.

Survei SPARK menyebut sebanyak 43 persen perusahaan melakukan penguatan keamanan protokol data. Sementara persentase prioritas manajemen risiko digital berada di kisaran 53 persen.
 
Perusahaan mulai menyebarkan edukasi dan kesadaran keamanan siber melalui program-program literasi. Salah satu sektor perusahaan yang gencar mengedukasi pelanggannya datang dari industri perbankan. Rina Sa’adah selaku Independent Commissioner Bank Raya mengatakan bank tak boleh asal dalam mengurusi keamanan data ini.
 
“Ini tentang bagaimana bank ini harus menjamin keamanan nasabah dalam bertransaksi,” kata Rina. Di tengah beragam modus kejahatan siber, ancaman tidak hanya datang dari pihak internal produk digital,  tetapi juga bisa datang dari luar. Misalnya, kurangnya literasi digital akan menyebabkan celah-celah yang terbuka bagi oknum kejahatan siber untuk masuk.
 
Maka memastikan masyarakat mendapat literasi ini mampu mencegah jenis kejahatan seperti phising. Menurut Rina, bank digital bisa menciptakan satu kesatuan sistem yang bisa menangkal atau setidaknya meminimalisir serangan siber.

“Misalnya dengan menciptakan sistem yang memperhatikan tolak ukur tertentu seperti tidak adanya kebocoran informasi data pribadi baik identitas, data keuangan, transaksi, rincian kredit, dan lainnya,” imbuhnya.
 
Jika tidak dibangun dalam satu sistem, data-data nasabah bisa digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Modus-modus kejahatan siber yang semakin kreatif dan variatif membuat industri perbankan juga harus memutar otak menciptakan sistem yang bisa mendeteksi serangan siber sebelum menginvasi data lebih dalam. 

Saat sistem sudah tercipta, bukan berarti bank lantas merasa nyaman dengan sistem yang ada. Menurut Rina, bank harus mampu melihat potensi adanya kejahatan siber terbaru dan terus berinovasi dalam memperketat sistem dari celah serangan.
 
Sistem back-up storage digunakan Bank Raya dengan penyimpanan data di cloud dan tercadang di pusat data utama. Meski dari sisi perusahaan sudah melakukan pengamanan data pelanggan dengan optimal, masih ada saja celah oknum dalam  memanfaatkan kesempatan kurangnya literasi digital masyarakat.

“Terkadang dari sisi bank sudah sangat prudent baik dari sistem, manajemen risiko dan sebagainya. Tetapi masih ada saja celah yang dimanfaatkan. Jadi masyarakatnya juga harus aware tentang bentuk dan modus kejahatan yang ada. Kita harus sering lakukan sosialisasi kepada pihak masyarakat," kata Rina.
 
Literasi digital kepada masyarakat menjadi langkah yang harus dipercepat di tengah percepatan digitalisasi. Literasi digital bisa menjadi cara mendidik masyarakat supaya berhati-hati ketika melakukan transaksi. Sosialisasi mengenai digitalisasi bisa menjadi fokus pemerintah dan perusahaan untuk meminimalisir celah serangan siber dari luar. 

Baca juga: Genhype Harus Waspada, Ini Sejumlah Kiat untuk Mencegah Kebocoran Data Pribadi

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Ingat Pak, Peran Ayah itu Besar Banget dalam Mengasuh Anak

BERIKUTNYA

Cegah Zoonosis, Kesejahteraan Hewan Ternak Menjadi Langkah Penting

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: