70 persen perusahaan keluarga di Indonesia tidak berhasil bertahan sampai generasi kedua (Sumber gambar: Pressfoto/Freepik)

Banyak Bisnis Keluarga Mandek di Generasi Kedua, Ternyata Ini Sebabnya

11 July 2023   |   15:54 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Sebagai institusi sosial pertama, keluarga juga bisa menjadi pondasi sekaligus modal yang kuat untuk membangun bisnis. Dengan manajemen yang baik, tak sedikit bisnis keluarga yang sukses berkembang dari generasi ke generasi. Tak ayal, jika sampai saat ini, bisnis keluarga memainkan peran penting dalam perekonomian apapun skala bisnisnya.

Menurut laporan Family Firm Institute, bisnis keluarga menyumbang dua pertiga dari semua bisnis di seluruh dunia, dan menghasilkan sekitar 70 persen hingga 90 persen dari produk domestik bruto (PDB) global. Hal ini menciptakan setidaknya setengah dari semua lapangan pekerjaan di sebagian besar negara di dunia.

Sementara di Indonesia, menurut riset yang dilakukan perusahaan konsultan Daya Qarsa, perusahaan keluarga telah memberikan kontribusi sebesar 82 persen terhadap PDB nasional, sekaligus memberikan kontribusi sebesar 40 persen bagi kapitalisasi pasar di Tanah Air sehingga keberadaannya memiliki pengaruh yang cukup besar di berbagai industri.

Baca juga: Supaya Terus Berkembang, Ini Cara Sukses Menjalankan Bisnis Keluarga

Kendati perusahaan-perusahaan keluarga memiliki peran penting bagi perekonomian negara, nyatanya hanya sedikit perusahaan yang bisa terus bertahan. Laporan penelitian dari Daya Qarsa menyebutkan bahwa hanya 13 persen perusahaan keluarga di Indonesia yang mampu bertahan sampai generasi ketiga. Bahkan, 70 persen perusahaan keluarga tidak berhasil bertahan sampai generasi kedua.

Empat tantangan utama yang mendasari hal tersebut yakni banyak perusahaan keluarga yang masih beradaptasi terkait transformasi bisnis ke digital, perencanaan suksesi yang belum maksimal, penerapan sistem tata kelola perusahaan yang masih belum jelas dan profesional, hingga memastikan kesejahteraan karyawan.

Dosen Pascasarjana Manajemen Universitas Kristen Satya Wacana Komala Inggarwati mengatakan, ketika satu perusahaan keluarga mulai dijalankan oleh lintas generasi biasanya akan memunculkan sejumlah persoalan seperti peran ganda. Tak sedikit pebisnis yang kesulitan untuk bekerja secara profesional ketika mengelola perusahaan karena adanya ikatan sedarah antar saudara atau orang tua dan anak.

Persoalan lainnya adalah terkait penerus bisnis keluarga. Menurut Komala, dalam menentukan penerus, biasanya perusahaan keluarga akan menemui sejumlah tantangan diantaranya tidak adanya kandidat penerus, ada penerus namun tidak sesuai dengan minat dan passion mereka, atau adanya jumlah penerus yang berlebih.

Selain itu, ketika telah menemukan penerus, tantangan yang biasanya dihadapi juga yakni generation shadow atau campur tangan orang tua (pendiri perusahaan) terhadap mereka dalam proses mengelola bisnis. Hal ini tak jarang akan menjadi awal dari munculnya konflik dalam bisnis keluarga.

Namun, perlu digaris bawahi bahwa proses regenerasi dalam perusahaan keluarga bukan hanya menentukan penerus dan mengalihkan kepemimpinan dan pengendalian untuk mengelola bisnis, tetapi juga bagaimana mengalihkan pengetahuan (act knowledge) kepada mereka.

"Terkadang pengetahuan itu tidak tertulis dan sifatnya akumulasi pengalaman dari si pemilik bisnis, sehingga tidak semudah itu berpindah ke generasi penerusnya," jelasnya.

Oleh karena itu, menurut Komala, setidaknya ada tiga kunci yang perlu dipegang oleh perusahaan keluarga untuk tetap bisa berkelanjutan yakni peka terhadap perubahan, mampu melewati setiap transisi, dan menjaga keseimbangan antara bisnis dan keluarga.
 

hanya 13 persen perusahaan keluarga di Indonesia yang mampu bertahan sampai generasi ketiga

Hanya 13 persen perusahaan keluarga di Indonesia yang mampu bertahan sampai generasi ketiga (Sumber gambar: Pressfoto/Freepik)


Cara Persiapkan Generasi Ketiga

Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Hotel Sahid Jaya International Tbk. Hariyadi Sukamdani mengatakan untuk mempersiapkan generasi ketiga guna mengelola perusahaan keluarga, dia mengarahkan anak-anaknya untuk bekerja di luar grup perusahaan sebelum memimpin perusahaan keluarga.

Hal ini ditempuh agar mereka dapat bekerja secara profesional termasuk belajar dipimpin oleh orang lain sebelum memimpin, sehingga memahami bagaimana sikap pemimpin yang baik.

Selain itu, menurutnya, hal ini juga akan mendorong generasi penerus untuk dapat memiliki cara pandang yang lebih luas dan berbeda, sehingga memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. "Menurut saya, yang penting di bisnis keluarga itu adalah menyiapkan generasi berikutnya itu dengan sungguh-sungguh," tegasnya.
 
Hariyadi menuturkan sebagai bisnis keluarga, pimpinan atas dalam struktur perusahaan Sahid Group harus berasal dari anggota keluarga. Namun, untuk level direksi, pihaknya membuka kesempatan yang luas bagi para tenaga profesional untuk mengisi kursi jabatan dan mengembangkan karier mereka. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga semangat dan visi misi perusahaan keluarga yang telah ditanamkan oleh generasi pertama.

Adapun, dalam mencari generasi penerus, Hariyadi menuturkan pihaknya akan membuat semacam konsensus kepada masing-masing anggota keluarga yang menjadi generasi kedua untuk menunjuk putra-putri mereka yang dirasa memiliki kapasitas untuk bisa menjadi generasi ketiga yang meneruskan bisnis keluarga.

Meski demikian, mereka juga tidak menutup kemungkinan dengan bisnis-bisnis baru diluar Sahid Group yang justru ingin dibangun oleh anggota keluarga. Sebaliknya, Sahid Group justru akan mendukung bisnis-bisnis baru yang dibuat namun dengan tetap menjaga inti (core) dari visi utama perusahaan keluarga.

"Karena masing-masing keluarga itu pasti punya passion dan bakat yang berbeda-beda tapi ada satu kewajiban moral untuk menjaga bisnis grup ini tetap eksis. Harapan kami tentu bisnis generasi penerus bisa menunjang bisnis inti kami," jelasnya.

Baca juga: Simak Kunci Sukses Sahid Group Jalankan Bisnis Keluarga

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Mengenal Pita Maha, Kelompok Seni yang Karyanya Direpatriasi dari Belanda ke Indonesia

BERIKUTNYA

Mengenal Apa Itu Kurikulum Merdeka?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: