Salah satu karya seniman Pita Maha. (sumber gambar Flickr/ Thesupermat2 )

Mengenal Pita Maha, Kelompok Seni yang Karyanya Direpatriasi dari Belanda ke Indonesia

11 July 2023   |   15:38 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Kabar baik datang untuk pencinta seni dan sejarah Indonesia. Sebab, ratusan artefak bersejarah yang dirampas Belanda pada era kolonial bakal direpatriasi ke Tanah Air usai penandatanganan serah terima antara perwakilan kedua belah pihak di Museum Volkenkunde, Leiden, pada Senin (10/7/23).

Salah satu yang unik dari pengembalian koleksi tersebut adalah adanya ratusan benda seni karya seniman Bali yang tergabung dalam Kelompok Pita Maha. Total terdapat 132 karya seperti lukisan, ukiran kayu, benda-benda perak dan tekstil hasil tangan dingin para maestro Indonesia.

Baca juga: Belanda Kembalikan Harta Karun Bersejarah Milik Indonesia, Koleksi Apa Saja yang Dipulangkan?

Dikenal sebagai salah satu gerakan seni rupa Indonesia pra kemerdekaan, Pita Maha merupakan paguyuban seniman Bali yang dibentuk pada 1936. Kelompok ini didirikan oleh para seniman Bali seperti Tjokorda Gde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad, Walter Spies, dan Rudolf Bonnet.
 
 


Dalam sejarahnya, gerakan ini kelak menjadi titik balik kesenian, khususnya dalam ekosistem seni rupa di Bali. Tak hanya itu, Pita Maha juga memiliki perananan penting dalam mengontrol kualitas seni di arena pasar Bali saat itu berkat kuratorial dari Spies dan Bonnet.

Kelompok ini juga mengenalkan mengenai metode dan perspektif seni lukis modern, seperti anatomi, komposisi, teknik pewarnaan, serta medium baru seperti kertas dan tinta China. Pasalnya, para perupa di Bali saat itu mayoritas seniman tradisi di Bali lebih banyak mengambil tema keagamaan, terutama kisah wayang.

"Kelompok remaja di Ubud, yang kemudian tumbuh menjadi pelukis profesional Pita Maha kemudian melakukan praktik kreatif secara egaliter dan menerobos politik 'pembekuan' di Bali," dikutip dari laman IVAA.


Melahirkan Maestro Seni 

Menurut Journal of Urban Society's Arts, kelompok Pita Maha juga berhasil memberikan wacana baru dalam sejarah seni rupa Indonesia, khususnya Bali. Dalam catatan mereka, sejak awal berdiri serikat pekerja ini tercatat memiliki anggota lebih  dari 150 orang multidisiplin.
 

Salah satu lukisan Walter Spies, Blick von Der Höhe yang berhasil dilelang dengan harga puluhan miliar di Sotheby

Salah satu lukisan Walter Spies, Blick von Der Höhe yang berhasil dilelang dengan harga puluhan miliar di Sotheby's. (Sumber foto: Sotheby's)


Walter Spies dan Bonnet yang saat itu hidup di tengah masyarakat Ubud juga banyak melakukan interaksi dengan seniman Bali. Melalui dukungan dari Tjokorda Agung Sukawati, kedua seniman ini pun dianggap sebagai guru oleh para ngayah, atau para pekerja seni yang mengabdi ada puri.

Dari sinilah karya Spies dan Bonnet lalu dijadikan panutan sehingga memunculkan karya-karya lain yang saat ini banyak terlihat di daerah Ubud, Batuan, dan Sanur. Beberapa di antaranya seperti karya I Gusti Nyoman Lempad, Anak Agung Gde Sobrat, Ida Bagus Made Poleng, hingga Ida Bagus Rai.

Namun, terlepas dari itu semua iklim seni rupa di Bali tetap masih berkelindan dengan nilai-nilai lokal yang tetap menjadi sumber inspirasi para senimannya. Hal inilah yang kemudian membedakan seni rupa modern di Bali dengan karya seni modern dari Barat termasuk dari segi teknik dan pengolahan tema.

Secara umum, teknik melukis seniman Pita Maha dibagi menjadi dua. Yaitu gaya Ubud yang menggunakan metode berlapis-lapis dengan polesan tinta hitam encer, dan gaya Sanur dengan gradasi terang gelap dengan warna alam seperti lukisan wayang Kamasan. 

Tak hanya itu, gaya lukisan turunan Pita Maha juga terus berkembang lewat karya-karya yang lebih cerah dengan warna-warna monokromatik coklat kemerahan atau kuning tanah. Beberapa pelukis bahkan membuat karya hanya dengan menggunakan tinta hitam sehingga karyanya cenderung bercorak hitam putih.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Jadi Makanan Pokok Khas Papua, Ini Fakta Menarik Tentang Papeda

BERIKUTNYA

Banyak Bisnis Keluarga Mandek di Generasi Kedua, Ternyata Ini Sebabnya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: