Anak laki-laki bisa mengalami hipospadia

Waduh, Bikin Si Kecil Tak Bisa Disunat, Apa Itu Hipospadia?

11 July 2023   |   13:30 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Hipospadia adalah kelainan anatomi pada genital anak laki-laki yang perlu dideteksi para orang tua. Kondisi ini membuat si kecil tidak bisa disunat, sehingga dapat meningkatkam risiko gangguan berkemih, infeksi saluran kemih, hingga kanker penis.

Spesialis Urologi Eka Hospital Cibubur dr. Gampo Alam Irdam menerangkan pada kondisi normal, muara saluran kencing laki-laki berada pada ujung glans (kepala) penis. Jika anak laki-laki mengalami hipospadia muara saluran kencing terletak pada bagian bawah dari tempat semestinya, mulai di bawah ujung glans penis dan sepanjang bagian bawah batang penis.

Baca juga: Kapan Sebaiknya Anak Laki-Laki Sunat? Ini Penjelasan Dokter

Pada keadaan yang lebih berat, lubang saluran kencing ini didapatkan di kantung kemaluan dan juga selangkangan. Kelainan ini cukup sering dijumpai, sekitar 1 dari 300 kelahiran anak laki- laki mengalami hipospadia.

Gampo menyebut para orang tua harus mengenali tanda-tanda anak mengalami hipospadia. Tanda utama yakni posisi lubang kencing terletak bukan di ujung penis, disertai dengan beberapa tanda lain seperti kurva penis mengarah ke bawah, kelainan bentuk kulup (biasanya lebih lebar), serta kelainan bentuk penis dan juga kantung kemaluan. 

Pada beberapa kondisi, didapatkan pula bahwa testis (biji kemaluan) anak tidak berada pada kantung kemaluan. "Pada penderita hipospadia, ketika buang air kecil, urin tidak memancar lurus ke depan seperti semestinya," jelas Gampo, Selasa (11/7/2023).

Sejauh ini belum diketahui pasti penyebab dari kelainan hipospadia. Namun, kondisi ini kerap dikaitkan dengan faktor genetik, kelahiran prematur, penggunaan kontrasepsi hormonal pada ibu yg tidak tepat, adanya paparan terhadap zat tertentu seperti asap rokok atau pestisida, serta perempuan yang hamil di atas usia 35 tahun yang mengalami obesitas.

Oleh karena itu, apabila ibu melihat ada tanda-tanda yang mengarah kepada hipospadia, sebaiknya bawalah si kecil ke dokter. Adapun hipospadia didiagnosis dengan cara pemeriksaan fisik yakni pemeriksaan penis yang dilakukan oleh dokter. 

Pada pemeriksaan tersebut, posisi muara uretra akan dievaluasi, serta beberapa kelainan pada genital yang menyertai. Tingkat keparahan kelainan hipospadia ini tergantung pada posisi lubang kencingnya. "Semakin jauh muara uretra dari ujung penis dihubungkan dengan semakin tingginya tingkat keparahan," tutur Gampo.

Penanganan Hipospadia
Dia menyampaikan penanganan hipospadia dilakukan dengan tindakan operasi untuk memperbaiki letak muara uretra dan juga kelainan bentuk genital. Tindakan operasi biasanya dilakukan pada bayi usia 3 - 18 bulan. 

Dalam operasi akan dilakukan proses memperbaiki letak muara uretra ke lokasi semestinya serta memperbaiki bentuk dari kelainan genital yang menyertai. Pada beberapa keadaan, operasi dapat dilakukan lebih dari satu tahap, terutama pada kelainan yang lebih berat. 

"Setelah operasi berhasil, muara uretra, bentuk genital dan fungsinya diharapkan menjadi seoptimal mungkin dan bisa bertahan hingga penderita dewasa," sebut Gampo.

Kendati demikian, pada beberapa kasus, kelainan hipospadia disertai dengan kelainan lain, seperti micropenis (ukuran penis di bawah standar) dan juga tidak turunnya biji kemaluan (testis) baik satu sisi maupun di kedua sisi. 

Pada beberapa keadaan ini menurut Gampo, dibutuhkan tindakan diagnostik lebih lanjut dan tatalaksana sebelum tindakan operasi dilakukan. Tindakan tersebut akan dilakukan bersama dengan dokter spesialis anak.

Baca juga: 3 Cara Mengatasi Anak Jadi Korban Bullying, Kalau Mereka Cerita Tolong Dengarkan Parents

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Dahua Kenalkan 2 Smart Android LED TV ke Indonesia, Cek Spesifikasi Lengkapnya

BERIKUTNYA

Belanda Kembalikan Harta Karun Bersejarah Milik Indonesia, Koleksi Apa Saja yang Dipulangkan?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: