Menelisik Karya-karya Kolektif Pasangan Perupa Isabel dan Alfredo Aquilizan
Sebagian besar instalasi mereka juga bukan merupakan karya artistik yang selesai dan hanya bisa dinikmati oleh audiens. Dengan kesadaran untuk membangun konektivitas antarmanusia tanpa memandang latar belakang sosial, mereka juga melibatkan masyarakat dan komunitas dalam menciptakan karya seni.
Baca juga: 7 Fakta Pelukis Van Gogh, Seniman Post Impresionist Terbaik Dunia
Karya-karya mereka berkutat dengan isu-isu di lingkup rumah dan keluarga, perjalanan, serta pembentukan identitas individual melalui pengalaman kolektif komunitas akan peristiwa bersejarah. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang dua seniman ini yang memutuskan untuk bermigrasi dari Filipina ke Australia pada 2006 silam.
Karya Isabel dan Alfredo kerap menggunakan ragam material yang sederhana dan mudah ditemukan seperti kardus, sandal jepit, sikat gigi, dan selimut. Benda-benda yang sarat akan aktivitas keseharian masyarakat tetapi juga kerap digunakan ketika bepergian ini, menjadi simbol dari pergerakan manusia sekaligus perpindahan. Bagi mereka, material-material ini merupakan medium sederhana yang dapat membangkitkan ide-ide mengenai identitas individu, sejarah, perjalanan, dan migrasi.
Misalnya dalam instalasi berjudul In-Habit: Project Another Country (Here, There, Everywhere). Karya yang terbuat dari susunan ribuan kardus dengan bentuk perumahan itu tampak seperti sebuah parabola raksasa. Lanskap ini menggambarkan hierarki sejumlah wilayah mulai dari rumah-rumah petani, daerah pedesaan, perumahan dan perkotaan, hingga kawasan permukiman padat yang membentuk pusat metropolis.
Salah satu karya pasangan perupa Isabel & Alfredo Aquilizan dalam pameran Somewhere, Elsewhere, Nowhere yang digelar di Museum MACAN Jakarta hingga 8 Oktober 2023. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)
Isabel menjelaskan instalasi tersebut merupakan salah satu karya dari keduanya yang monumental. Kardus atau yang mewakili bentuk kubus dari kotak 'Balikbayan' memiliki arti yang besar dalam kehidupan masyarakat Filipina khususnya untuk menaruh barang-barang ketika pergi dari rumah. Kardus menjadi simbol alat mereka untuk saling berbagi barang, cinta, bahkan kenangan.
"Kotak kardus ini sangat simbolis karena merupakan alat untuk memilih barang-barang apa dari Anda yang harus ditinggalkan dan dibawa. Masing-masing orang telah memiliki sejarah perjalanan, dan hal ini menjadi bagian dari makna satu karya," katanya.
Karya instalasi itu hanyalah satu dari setidaknya 15 judul karya yang ditampilkan dalam pameran bertajuk Somewhere, Elsewhere, Nowhere yang digelar di Museum MACAN Jakarta hingga 8 Oktober 2023. Pameran ini menampilkan karya-karya Isabel dan Alfredo yang terdiri dari instalasi berskala besar, patung, dan seni gambar yang telah dibuat lebih dari 20 tahun praktik kolaboratif dari pasangan perupa ini.
Karya lain yang juga menjadi sorotan adalah proyek kolaboratif Isabel dan Alfredo dengan para artisan di Yogyakarta yang berjudul Belok Kiri Jalan Terus (Left Wing Project). Karya tersebut digarap ketika mereka melakukan residensi selama dua tahun di Yogyakarta. Instalasi berbentuk sayap-sayap yang melayang itu terbuat dari susunan puluhan arit yang biasa digunakan untuk bertani.
Lewat karya ini, sang perupa mencoba menelusuri sejarah dan jejak komunitas pengrajin besi di Yogyakarta yang kian menurun keberadaannya karena imbas dari gencarnya globalisasi ekonomi. Bentuk sayap dari instalasi ini juga sekaligus menjadi simbol harapan untuk tetap bisa bertahan di tengah dampak industrialisasi dan ketimpangan kekuasaan.
Salah satu karya pasangan perupa Isabel & Alfredo Aquilizan dalam pameran Somewhere, Elsewhere, Nowhere yang digelar di Museum MACAN Jakarta hingga 8 Oktober 2023. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)
Melalui karya ini, pasangan seniman ini mencoba merespons gagasan mengenai 'penghapusan dan kenangan' dan terinspirasi dari sejarah kolonialisasi. Bagi mereka, sikat gigi menjadi simbol dari identitas personal dan dekat dengan kehidupan setiap orang. Ketika sikat gigi itu tidak terpakai lagi, benda itu akan dibuang. Namun, dengan proyek ini, dia mencoba mengumpulkan orang-orang itu menjadi satu kenangan kolektif.
Gagasan serupa juga tampak pada patung berjudul Wings II. Isabel dan Alfredo mengumpulkan ratusan sandal jepit karet dari sebuah penjara di Singapura untuk menciptakan tiga patung sayap. Instalasi ini menjadi semacam metafora bahwa para tahanan penjara acapkali terpinggirkan dari masyarakat, sehingga kebebasan yang mereka dapatkan juga menjadi sebuah ironi yang pahit.
Begitupun dalam karya berjudul Dream Blanket Project yang digarap oleh mereka ketika berpameran di Jepang. Instalasi besar yang terbuat dari ratusan selimut bekas itu menjadi simbol dari kehangatan, kenyamanan, keamanan, sekaligus pengalaman-pengalaman dari kisah-kisah tiap pemilik. Benda yang kerap menemani kala tidur ini juga menjadi wujud dari objek yang paling dekat dengan mimpi dan harapan seseorang.
Salah satu karya pasangan perupa Isabel & Alfredo Aquilizan dalam pameran Somewhere, Elsewhere, Nowhere yang digelar di Museum MACAN Jakarta hingga 8 Oktober 2023. (Sumber gambar: Museum MACAN)
"Mengundang orang lain atau komunitas untuk duduk bersama dan saling berbagi membuat satu objek [karya seni] yang sama, itu adalah arti seni yang sesungguhnya bagi kami," katanya.
Asisten Kurator Museum MACAN, Aditya Lingga, mengatakan semangat kolektif yang menjadi nafas praktik artistik dari Isabel dan Alfredo memiliki keterikatan dengan cara hidup sebagian besar masyarakat Indonesia yang bersama-sama atau bergotong royong. Oleh karena itu, menurutnya, pameran ini bisa menjadi semacam ruang reflektif bagi audiens di Tanah Air.
Seluruh karya yang dipamerkan dalam eksibisi ini dianggap dapat menjadi semacam rangkuman dari perjalanan praktik seni kolaboratif Isabel dan Alfredo yang telah merentang selama lebih dari dua dekade. "Dimulai dari proyek Be-longing, pameran ini menampilkan bagaimana perkembangan gagasan mereka sebagai seniman yang dituangkan ke dalam karya," katanya.
Lingga menjelaskan Indonesia menjadi salah satu negara yang cukup berperan penting dalam perkembangan praktik seni Isabel dan Alfredo. Setelah menggarap proyek Belok Kiri Jalan Terus, mereka rupanya mengembangkan konsep tersebut menjadi karya yang baru setelah kembali ke Filipina.
Hal itu tercipta dalam karya instalasi berjudul Caged (Dalam Sangkar). Karya yang terdiri dari 93 kandang burung yang terbuat dari kayu jati bekas dan bambu yang dibuat oleh artisan lokal di Yogyakarta itu membentuk sayap kiri pesawat terbang. Karya ini dibuat oleh sang seniman setelah mengamati penduduk lokal yang gemar memelihara burung kicau.
Baca juga: 4 Seniman Populer Asal Prancis yang Karyanya Mendunia
Kandang burung yang membentuk sayap dapat dibaca sebagai simbol dari keterkungkungan sekaligus kebebasan, termasuk ingatan mengenai pergerakan dan perpindahan individu dan masyarakat, serta aspirasi dan keinginan untuk pergi atau kembali.
"Mereka sangat menjunjung tinggi nilai crafting atau kerajinan tangan, aktivitas yang cenderung dilakukan secara komunal dan detail serta membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Mereka sangat menghargai itu," kata Lingga.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.