Season 4 Segera Tayang di Netflix, Ini 6 Alasan Kamu Harus Nonton Sex Education
10 July 2023 |
20:00 WIB
Sex Education adalah serial original Netflix asal Inggris yang tayang sejak 2019. Ditulis oleh Laurie Nunn dan dibintangi Asa Butterfield, judul waralaba populer tersebut sudah tayang selama tiga musim secara beruntun. Masing-masing dirilis pada 2019, 2020, dan 2021.
5 Juli lalu, Netflix merilis teaser untuk Sex Education Season 4. Dalam tayangan berdurasi satu menit tersebut, tampak beberapa karakter utama dalam serial ini masih akan membintangi musim keempat.
Baca juga: 4 Fakta Baru Serial Squid Game Season 2, Kehadiran Kang Haneul hingga Im Siwan Disorot
Musim 4 sekaligus penutup rangkaian serial ini akan ditayangkan pada 21 September di seluruh dunia. Jika masih belum menonton serial ini, sekarang adalah saat yang tepat sembari menunggu musim 4 tayang. Berikut alasan Genhype harus menonton Sex Education!
Melihat dari kisah tokoh utama remaja yang kikuk, Otis Milburn (diperankan oleh Asa Butterfield) adalah anak seorang terapis seks. Tak ayal bila bahasan seksualitas bukan hal yang tabu di rumah mereka.
Dari latar belakang tersebut, Otis didukung temannya, Eric Effiong (Ncuti Gatwa) dan Maeve Wiley (Emma Mackey) untuk menjadi “terapis” seks juga di sekolah. Kehidupan Otis yang tenang kemudian menjadi dinamis ketika banyak temannya datang untuk berkonsultasi mengenai masalah seksual mereka.
Meskipun terkesan absurd, ini adalah konsep yang disengaja oleh sang kreator untuk memberikan kesan timeless pada Sex Education. Kota Moordale, kota fiksi yang dibuat berlokasi di Inggris, jauh dari kesan kota modern dari segala aspek: bangunan, jalanan, hingga lanskap hutan.
Unsur pendukung lain seperti gaya berbicara dan gaya pakaian juga menunjukkan keunikan karena tidak asal mengikuti tren yang terjadi pada 2019–2021. Semuanya itu digabungkan dalam satu tayangan yang menyajikan visual yang unik dan tidak terikat satu zaman tertentu.
Adegan konsultasi juga dimunculkan, membawa kedalaman konteks dengan sejumlah informasi faktual tentang seks. Salah satu teman Otis, Aimee Gibbs (Aimee Lou Wood), menjadi korban pelecehan seksual pada musim kedua. Dia belajar mengatasi traumanya bersama Jean. Adegan ini menjadi salah satu adegan signifikan yang menekankan pentingnya normalisasi konsultasi seksual untuk remaja.
Pada musim ketiga, kepala sekolah baru di sekolah Otis, Hope Haddon (Jemima Kirke) memberlakukan peraturan wajib mengenakan seragam ke sekolah. Ini menjadi masalah bagi anak non-binary seperti Cal Bowman (Dua Saleh) yang dipaksa menggunakan rok. Anak-anak LGBTQ+ lainnya juga merasa terganggu karena larangan yang berlebihan.
Salah satu musisi berkolaborasi dalam musim 1 dan 2 adalah Ezra Furman, penyanyi asal Amerika. Lirik dan pembawaannya yang emosional tepat untuk merepresentasikan dilema remaja. Salah satu lagu Furman yang populer karena menjadi soundtrack Sex Education musim pertama adalah Every Feeling.
Selain beberapa alasan di atas, kualitas cerita dan penampilan para aktor dalam serial ini juga tidak kalah bagusnya. Itulah alasan mengapa Sex Education layak Genhype tonton. Nantikan juga musim keempatnya yang tayang di Netflix 2 bulan lagi!
Baca juga: Simak 5 Film Serial Netflix untuk Menginspirasi Generasi Muda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
5 Juli lalu, Netflix merilis teaser untuk Sex Education Season 4. Dalam tayangan berdurasi satu menit tersebut, tampak beberapa karakter utama dalam serial ini masih akan membintangi musim keempat.
Baca juga: 4 Fakta Baru Serial Squid Game Season 2, Kehadiran Kang Haneul hingga Im Siwan Disorot
Musim 4 sekaligus penutup rangkaian serial ini akan ditayangkan pada 21 September di seluruh dunia. Jika masih belum menonton serial ini, sekarang adalah saat yang tepat sembari menunggu musim 4 tayang. Berikut alasan Genhype harus menonton Sex Education!
1. Kisah Remaja Beranjak Dewasa yang Klasik, Tapi dengan Sentuhan Unik
Seperti namanya, bahasan tentang seks sangat dalam dan luas disinggung dalam serial ini. Mengangkat tema seksualitas remaja, serial yang disutradarai oleh Ben Taylor ini menjadi alternatif tontonan bertema remaja yang menarik dan edukatif.Melihat dari kisah tokoh utama remaja yang kikuk, Otis Milburn (diperankan oleh Asa Butterfield) adalah anak seorang terapis seks. Tak ayal bila bahasan seksualitas bukan hal yang tabu di rumah mereka.
Dari latar belakang tersebut, Otis didukung temannya, Eric Effiong (Ncuti Gatwa) dan Maeve Wiley (Emma Mackey) untuk menjadi “terapis” seks juga di sekolah. Kehidupan Otis yang tenang kemudian menjadi dinamis ketika banyak temannya datang untuk berkonsultasi mengenai masalah seksual mereka.
2. Konteks Waktu yang Kabur dan Anakronisme
Jika Genhype memperhatikan unsur-unsur dalam serial ini, kalian akan menemukan kejanggalan: para tokoh menggunakan ponsel pintar, tetapi mobil yang ada dalam latar adalah kendaraan 1970-an. Selain itu, bangunan rumah Otis juga bergaya era 1990.Meskipun terkesan absurd, ini adalah konsep yang disengaja oleh sang kreator untuk memberikan kesan timeless pada Sex Education. Kota Moordale, kota fiksi yang dibuat berlokasi di Inggris, jauh dari kesan kota modern dari segala aspek: bangunan, jalanan, hingga lanskap hutan.
Unsur pendukung lain seperti gaya berbicara dan gaya pakaian juga menunjukkan keunikan karena tidak asal mengikuti tren yang terjadi pada 2019–2021. Semuanya itu digabungkan dalam satu tayangan yang menyajikan visual yang unik dan tidak terikat satu zaman tertentu.
3. Bahasan Seksual yang Mendalam & Edukatif
Keberadaan ibu Otis, Jean Milburn (Gillian Anderson) memiliki peran yang penting dalam membuat kisah Otis ini masuk akal. Tidak sedikit dialog dimulai oleh Jean, contohnya saat dia menanyakan apakah Otis berpura-pura masturbasi atau tidak pada musim pertama. Secara alami, percakapan itu mengantarkan penonton ke topik praktik seks oleh remaja Inggris.Adegan konsultasi juga dimunculkan, membawa kedalaman konteks dengan sejumlah informasi faktual tentang seks. Salah satu teman Otis, Aimee Gibbs (Aimee Lou Wood), menjadi korban pelecehan seksual pada musim kedua. Dia belajar mengatasi traumanya bersama Jean. Adegan ini menjadi salah satu adegan signifikan yang menekankan pentingnya normalisasi konsultasi seksual untuk remaja.
4. Representasi Ras & Seksualitas yang Adil
Sejak musim pertama sampai ketiga, tokoh yang ditampilkan datang dari berbagai ras dan warna kulit. Tidak semua pasangan yang diceritakan juga heteroseksual. Eric, sahabat Otis adalah seorang homoseksual berkulit hitam, tetapi dia tidak memiliki masalah berinteraksi dengan Otis.Pada musim ketiga, kepala sekolah baru di sekolah Otis, Hope Haddon (Jemima Kirke) memberlakukan peraturan wajib mengenakan seragam ke sekolah. Ini menjadi masalah bagi anak non-binary seperti Cal Bowman (Dua Saleh) yang dipaksa menggunakan rok. Anak-anak LGBTQ+ lainnya juga merasa terganggu karena larangan yang berlebihan.
5. Soundtrack yang Mendukung
Selain sinematografi yang memadai, Sex Education juga dilengkapi dengan deretan soundtrack yang dinilai sesuai dengan emosi yang dibawakan dalam setiap episode.Salah satu musisi berkolaborasi dalam musim 1 dan 2 adalah Ezra Furman, penyanyi asal Amerika. Lirik dan pembawaannya yang emosional tepat untuk merepresentasikan dilema remaja. Salah satu lagu Furman yang populer karena menjadi soundtrack Sex Education musim pertama adalah Every Feeling.
6. Mendapat Banyak Penghargaan
Bukan hanya apresiasi dari penonton, kritikus melalui sejumlah penghargaan juga memberikan nilai tinggi untuk Sex Education. Untuk ketiga musimnya, serial dan para pemerannya memenangkan total 17 penghargaan dari The British Academy Film Awards. Pada 2022 lalu, serial ini juga memenangkan penghargaan untuk serial komedi Inggris terbaik dari International Emmy Awards.Selain beberapa alasan di atas, kualitas cerita dan penampilan para aktor dalam serial ini juga tidak kalah bagusnya. Itulah alasan mengapa Sex Education layak Genhype tonton. Nantikan juga musim keempatnya yang tayang di Netflix 2 bulan lagi!
Baca juga: Simak 5 Film Serial Netflix untuk Menginspirasi Generasi Muda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.