Tren Belanja Berubah, TikTok Akan Fokus ke Konten & Transaksi Jual Beli
05 July 2023 |
15:20 WIB
Seiring perkembangan teknologi para pelaku usaha kini mulai memperkenalkan dan menjual produknya melalui platform dagang elektronik atau e-commerce. Salah satu media yang populer digunakan adalah TikTok yang saat ini dominan digunakan generasi muda khususnya milenial dan Gen Z.
TikTok sebenarnya masih terbilang baru jika dibanding Instagram, Facebook, atau Twitter. Namun, usia sepertinya tidak menentukan kesuksesan, sebab media sosial yang diluncurkan pada 2016 itu sekarang telah banyak digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat di dunia sebagai medsos sekaligus platform untuk bertransaksi.
Baca juga: Bos TikTok Shou Zi Chew Pede Sebut TikTok Bukan Lagi Sekadar Medsos Joget-joget
Shant Oknayan, Vice President of Global Business Solutions–Asia-Pacific, Middle East & Africa, TikTok mengatakan, peluang kreativitas penjualan di loka pasar memang terbuka lebar. Oleh karena itu pihaknya akan fokus menjadikan TikTok sebagai platform konten dan transaksi belanja bagi masyarakat kedepannya.
"Dengan basis pengguna bulanan lebih dari 325 juta di Asia Tenggara, TikTok adalah rumah bagi Shoppertainment yang memberikan pengalaman berbelanja yang benar-benar unik bagi konsumen dan brand," papar Oknayan saat pembukaan Shoppertainment Summit 2023 di Jakarta, Rabu (5/7/23).
Tak hanya itu, menurut Oknayan sederet bisnis di wilayah Asia Tenggara yang memanfaatkan TikTok untuk penjualan juga banyak yang mengalami keberhasilan. Beberapa di antaranya dengan dukungan fitur di seperti TikTok akademi atau Live Shopping Ads saat promo mega sale di tanggal dan hari cantik.
Menurutnya, sebagai platform yang merayakan kreativitas sehari-hari, dampak yang dibawa TikTok juga telah melampaui tren populer dan nilai hiburan. Salah satunya dar8 hasil studi mereka yang menemukan bahwa pengguna TikTok 1.5X lebih mungkin untuk membeli sesuatu yang mereka temukan di platform, dibandingkan dengan pengguna platform lain.
"Konsumen saat ini juga lebih terbuka untuk berpartisipasi dan mengulas produk karena adanya demokratisasi kreativitas di platform daring. Sebanyak 81 persen pengguna TikTok mengatakan mereka lebih memilih berbelanja secara daring selama musim belanja tahun ini," imbuhnya.
Sitaresti Astarini, Head of Business Marketing, TikTok Indonesia mengatakan berkat pesatnya perkembangan teknologi tak urung memang juga berdampak pada tren penjualan daring. Bahkan di Indonesia sejauh ini sudah terdapat lebih dari 2 juta pelaku usaha kecil atau UMKM yang berjualan dengan TikTok.
Namun salah satu yang menjadikan produk mereka dilirik adalah bagaimana mereka mengemasnya dengan konten video yang menarik. Pasalnya konten yang menghibur serta unik dipastikan bakal lebih banyak mendorong produk untuk mudah ditemukan oleh pengguna.
"Gabungan antara komunitas, hiburan, dan belanja akan menciptakan perjalanan yang mulus dari penemuan produk ke pembelian dan selanjutnya, di mana satu konten dapat dengan cepat menjadi trending dan menciptakan permintaan secara global," papar Sitaresti.
Setali tiga uang, menurut studi BCG, 81 persen pengguna TikTok di Asia Pasifik menyatakan bahwa konten video memang banyak mempengaruhi pembelian terbaru mereka. Salah satunya lewat fenomena tagar #TikTokMadeMeBuyIt selama pandemi yang akhirnya memperkenalkan pengguna dengan cara-cara baru untuk menemukan produk baru di TikTok.
"Dengan lebih dari 60 miliar tayangan, #TikTokMadeMeBuyIt juga menunjukkan potensi yang luar biasa terhadap kebutuhan pengalaman konsumen yang dapat dimanfaatkan oleh brand dalam meningkatkan penjualan produk mereka hingga 790 persen," jelasnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
TikTok sebenarnya masih terbilang baru jika dibanding Instagram, Facebook, atau Twitter. Namun, usia sepertinya tidak menentukan kesuksesan, sebab media sosial yang diluncurkan pada 2016 itu sekarang telah banyak digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat di dunia sebagai medsos sekaligus platform untuk bertransaksi.
Baca juga: Bos TikTok Shou Zi Chew Pede Sebut TikTok Bukan Lagi Sekadar Medsos Joget-joget
Shant Oknayan, Vice President of Global Business Solutions–Asia-Pacific, Middle East & Africa, TikTok mengatakan, peluang kreativitas penjualan di loka pasar memang terbuka lebar. Oleh karena itu pihaknya akan fokus menjadikan TikTok sebagai platform konten dan transaksi belanja bagi masyarakat kedepannya.
"Dengan basis pengguna bulanan lebih dari 325 juta di Asia Tenggara, TikTok adalah rumah bagi Shoppertainment yang memberikan pengalaman berbelanja yang benar-benar unik bagi konsumen dan brand," papar Oknayan saat pembukaan Shoppertainment Summit 2023 di Jakarta, Rabu (5/7/23).
Tak hanya itu, menurut Oknayan sederet bisnis di wilayah Asia Tenggara yang memanfaatkan TikTok untuk penjualan juga banyak yang mengalami keberhasilan. Beberapa di antaranya dengan dukungan fitur di seperti TikTok akademi atau Live Shopping Ads saat promo mega sale di tanggal dan hari cantik.
Menurutnya, sebagai platform yang merayakan kreativitas sehari-hari, dampak yang dibawa TikTok juga telah melampaui tren populer dan nilai hiburan. Salah satunya dar8 hasil studi mereka yang menemukan bahwa pengguna TikTok 1.5X lebih mungkin untuk membeli sesuatu yang mereka temukan di platform, dibandingkan dengan pengguna platform lain.
"Konsumen saat ini juga lebih terbuka untuk berpartisipasi dan mengulas produk karena adanya demokratisasi kreativitas di platform daring. Sebanyak 81 persen pengguna TikTok mengatakan mereka lebih memilih berbelanja secara daring selama musim belanja tahun ini," imbuhnya.
Kreativitas Konten Kreator Berpengaruh
Sitaresti Astarini, Head of Business Marketing, TikTok Indonesia mengatakan berkat pesatnya perkembangan teknologi tak urung memang juga berdampak pada tren penjualan daring. Bahkan di Indonesia sejauh ini sudah terdapat lebih dari 2 juta pelaku usaha kecil atau UMKM yang berjualan dengan TikTok.Namun salah satu yang menjadikan produk mereka dilirik adalah bagaimana mereka mengemasnya dengan konten video yang menarik. Pasalnya konten yang menghibur serta unik dipastikan bakal lebih banyak mendorong produk untuk mudah ditemukan oleh pengguna.
"Gabungan antara komunitas, hiburan, dan belanja akan menciptakan perjalanan yang mulus dari penemuan produk ke pembelian dan selanjutnya, di mana satu konten dapat dengan cepat menjadi trending dan menciptakan permintaan secara global," papar Sitaresti.
Setali tiga uang, menurut studi BCG, 81 persen pengguna TikTok di Asia Pasifik menyatakan bahwa konten video memang banyak mempengaruhi pembelian terbaru mereka. Salah satunya lewat fenomena tagar #TikTokMadeMeBuyIt selama pandemi yang akhirnya memperkenalkan pengguna dengan cara-cara baru untuk menemukan produk baru di TikTok.
"Dengan lebih dari 60 miliar tayangan, #TikTokMadeMeBuyIt juga menunjukkan potensi yang luar biasa terhadap kebutuhan pengalaman konsumen yang dapat dimanfaatkan oleh brand dalam meningkatkan penjualan produk mereka hingga 790 persen," jelasnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.