Ingin Dongkrak Penjualan Berkali Lipat Lewat Live Selling? Ternyata Ini Loh Rahasianya
28 January 2023 |
10:45 WIB
Berbagai cara terus dilakukan pelaku usaha untuk mendongkrak penjualan. Salah satu strategi yang saat ini sedang naik daun dan cukup menjanjikan adalah melalui program live selling atau penjualan secara langsung di platform e-commerce atau social commerce.
Tren live selling atau live shopping ini tidak lepas dari pertumbuhan industri digital di Indonesia. Berdasarkan laporan tahunan yang dirilis oleh Meta dan Bain & Company, jumlah konsumen digital Indonesia mencapai 168 juta meningkat 14 juta dari 154 juta konsumen di tahun lalu.
Sejalan dengan peningkatan tersebut, prospek belanja digital secara keseluruhan juga bertumbuh positif dengan nilai volume barang dagangan kotor (gross merchandise value/GMV) e-commerce Indonesia pada 2022 mencapai US$56 miliar atau lebih dari Rp840 triliun.
Baca juga: Tren Live Selling Kian Berkembang, Ternyata Ini Alasannya
Untuk merebut pasar digital tersebut, pelaku usaha mulai mengembangkan strategi penjualan melalui live selling. Berdasarkan hasil analisis yang dirilis Ninja Xpress mengenai tren live selling ditemukan bahwa satu dari tiga shipper telah melakukan live selling.
Andi Djoewarsa, CMO Ninja Xpress mengatakan program live selling ini terinspirasi dari program TV home shopping dimana pembawa acara dengan pembawaan yang menyenangkan sedang mendemonstrasikan kemampuan produk yang dijualnya.
Untuk mendorong penonton melakukan pembelian maka dibuat promo terbatas seperti promosi 50 persen untuk 50 pembeli pertama. Selain itu juga dibuat gimmick lainnya seperti memberikan bonus tertentu untuk setiap pembelian yang dilakukan saat sesi berlangsung sehingga menarik minat belanja penonton.
Program tersebut kemudian diadopsi untuk penjualan secara digital melalui live selling di platform e-commerce atau social commerce. Adapun produk yang paling banyak dijual pada sesi live selling adalah produk dengan penanganan yang mudah seperti kategori produk fesyen, kecantikan dan perawatan tubuh, makanan dan minuman, serta perlengkapan rumah.
Data tersebut juga menemukan adanya tiga platform yang paling banyak digunakan pelaku usaha untuk melakukan live selling yaitu TikTok (27,5 persen) dan Shopee (26,5 persen) menjadi platform yang paling populer dengan Lazada (20,1 persen).
Bahkan salah satu program live selling di TikTok yaitu program TikTok Shopping Hoki Sale yang dilaksanakan pada Januari 2022, mencatatkan peningkatan nilai transaksi (GMV) hingga 411 persen peningkatan pesanan di TikTok Shop hingga 564,1 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Sesi live selling ini menjadi taktik pemasaran yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha untuk mempercepat journey pembeli dari melihat hingga akhirnya memutuskan untuk membeli barang.
Salah satu pelaku usaha yang sukses mendongkrak penjualan melalui sesi live selling adalah Fernando, pemilik Bhinneka Nusantara yang menjual berbagai produk tisu. Diakui olehnya sejak aktif melakukan sesi live selling mulai 2022, terjadi peningkatan omzet sekitar 20 persen hingga 40 persen. Bahkan dalam satu kali sesi live selling dia bisa mendapatkan pemasukan Rp1 juta hingga Rp10 juta.
Ada beberapa strategi yang dilakukan untuk mendorong konsumen membeli di saat live selling. Pertama memberikan gimmick yang menarik seperti adanya giveaway, atau bonus-bonus lainnya, termasuk diskon untuk pembelian dengan jumlah tertentu.
“Adanya promo dan gimmick seperti ini membuat pemirsa yang tadinya hanya melihat-lihat saja jadi tergiur untuk membeli,” ucap pria yang memulai bisnisnya sejak 2011 ini.
Selain itu, yang tidak kalah penting adalah bagaimana host atau pembawa mempresentasikan produk atau barang dagangannya sehingga menarik konsumen untuk segera melakukan checkout atau pembelian saat itu juga.
Hal ini diakui sejumlah konsumen salah satunya Ferisa Mega Putri yang aktif berbelanja makanan ringan dan barang-barang unik melalui sesi live selling. Dia mengatakan keputusan untuk membeli di sesi live selling terjadi karena dia melihat secara langsung bagaimana cara penjual menggunakan dan mempresentasikan produknya.
“Saya mendengarkan bagaimana mereka mendeskripsikan produk sehingga saya merasa ingin membeli produk. Ada rasa urgensi yang tidak saya dapatkan dari saluran penjualan lainnya,” ujar wanita berusia 26 tahun ini.
Selain itu, sesi live selling kadang kala mendorong konsumen untuk membeli produk yang mungkin mereka sendiri tidak pernah sadar ingin atau butuh. Seperti disampaikan oleh Cindara yang mulai menonton live selling karena rasa penasaran saat melakukan scrolling.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Tren live selling atau live shopping ini tidak lepas dari pertumbuhan industri digital di Indonesia. Berdasarkan laporan tahunan yang dirilis oleh Meta dan Bain & Company, jumlah konsumen digital Indonesia mencapai 168 juta meningkat 14 juta dari 154 juta konsumen di tahun lalu.
Sejalan dengan peningkatan tersebut, prospek belanja digital secara keseluruhan juga bertumbuh positif dengan nilai volume barang dagangan kotor (gross merchandise value/GMV) e-commerce Indonesia pada 2022 mencapai US$56 miliar atau lebih dari Rp840 triliun.
Baca juga: Tren Live Selling Kian Berkembang, Ternyata Ini Alasannya
Untuk merebut pasar digital tersebut, pelaku usaha mulai mengembangkan strategi penjualan melalui live selling. Berdasarkan hasil analisis yang dirilis Ninja Xpress mengenai tren live selling ditemukan bahwa satu dari tiga shipper telah melakukan live selling.
Andi Djoewarsa, CMO Ninja Xpress mengatakan program live selling ini terinspirasi dari program TV home shopping dimana pembawa acara dengan pembawaan yang menyenangkan sedang mendemonstrasikan kemampuan produk yang dijualnya.
Untuk mendorong penonton melakukan pembelian maka dibuat promo terbatas seperti promosi 50 persen untuk 50 pembeli pertama. Selain itu juga dibuat gimmick lainnya seperti memberikan bonus tertentu untuk setiap pembelian yang dilakukan saat sesi berlangsung sehingga menarik minat belanja penonton.
Ilustrasi online shopping. (Sumber foto: Pexels/Cottonbro)
Program tersebut kemudian diadopsi untuk penjualan secara digital melalui live selling di platform e-commerce atau social commerce. Adapun produk yang paling banyak dijual pada sesi live selling adalah produk dengan penanganan yang mudah seperti kategori produk fesyen, kecantikan dan perawatan tubuh, makanan dan minuman, serta perlengkapan rumah.
Data tersebut juga menemukan adanya tiga platform yang paling banyak digunakan pelaku usaha untuk melakukan live selling yaitu TikTok (27,5 persen) dan Shopee (26,5 persen) menjadi platform yang paling populer dengan Lazada (20,1 persen).
Bahkan salah satu program live selling di TikTok yaitu program TikTok Shopping Hoki Sale yang dilaksanakan pada Januari 2022, mencatatkan peningkatan nilai transaksi (GMV) hingga 411 persen peningkatan pesanan di TikTok Shop hingga 564,1 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Sesi live selling ini menjadi taktik pemasaran yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha untuk mempercepat journey pembeli dari melihat hingga akhirnya memutuskan untuk membeli barang.
Salah satu pelaku usaha yang sukses mendongkrak penjualan melalui sesi live selling adalah Fernando, pemilik Bhinneka Nusantara yang menjual berbagai produk tisu. Diakui olehnya sejak aktif melakukan sesi live selling mulai 2022, terjadi peningkatan omzet sekitar 20 persen hingga 40 persen. Bahkan dalam satu kali sesi live selling dia bisa mendapatkan pemasukan Rp1 juta hingga Rp10 juta.
Strategi untuk Mendorong Penjualan
Ada beberapa strategi yang dilakukan untuk mendorong konsumen membeli di saat live selling. Pertama memberikan gimmick yang menarik seperti adanya giveaway, atau bonus-bonus lainnya, termasuk diskon untuk pembelian dengan jumlah tertentu.“Adanya promo dan gimmick seperti ini membuat pemirsa yang tadinya hanya melihat-lihat saja jadi tergiur untuk membeli,” ucap pria yang memulai bisnisnya sejak 2011 ini.
Selain itu, yang tidak kalah penting adalah bagaimana host atau pembawa mempresentasikan produk atau barang dagangannya sehingga menarik konsumen untuk segera melakukan checkout atau pembelian saat itu juga.
Hal ini diakui sejumlah konsumen salah satunya Ferisa Mega Putri yang aktif berbelanja makanan ringan dan barang-barang unik melalui sesi live selling. Dia mengatakan keputusan untuk membeli di sesi live selling terjadi karena dia melihat secara langsung bagaimana cara penjual menggunakan dan mempresentasikan produknya.
“Saya mendengarkan bagaimana mereka mendeskripsikan produk sehingga saya merasa ingin membeli produk. Ada rasa urgensi yang tidak saya dapatkan dari saluran penjualan lainnya,” ujar wanita berusia 26 tahun ini.
Selain itu, sesi live selling kadang kala mendorong konsumen untuk membeli produk yang mungkin mereka sendiri tidak pernah sadar ingin atau butuh. Seperti disampaikan oleh Cindara yang mulai menonton live selling karena rasa penasaran saat melakukan scrolling.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.