Penderita GERD Boleh Makan Seblak Cobek Viral? Begini Pesan Dokter
04 July 2023 |
09:30 WIB
Seblak cobek buatan musisi Rafael Tan cukup viral sejak beberapa waktu lalu. Banyak orang penasaran dan ingin mencicipinya. Tak ayal, masakan tersebut dijadikan ide bisnis kuliner. Ada yang menjajakannya di kedai, tidak sedikit pula yang menawarkannya melalui media sosial.
Kuliner Indonesia memang tidak lepas dari cita rasa pedas. Masyarakat pun kerap menguji level pedas mereka dengan menambahkan ekstra cabai pada masakan yang dipesan atau dibuat.
Baca juga: 6 Cara Nyaman Berpuasa Bagi Penderita GERD dan Mag
Konsultan Gastroentero Hepatologi dari Eka Hospital BSD, dr. Dedy Gunawanjati Sudrajat, tak menampik cabai dapat digunakan sebagai pengobatan radang serta melancarkan sirkulasi peredaran darah dalam tubuh. Dengan mengkonsumsi makanan pedas, darah dalam tubuh menjadi mengalir lebih cepat yang membuat racun dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui keringat.
Kendati demikian, makanan pedas ini perlu menjadi catatan bagi penderita masalah kesehatan lambung seperti Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Masalah pada saat asam lambung kembali naik ke kerongkongan ini disebabkan karena sfingter esofagus bagian bawah rileks dan memungkinkan asam lambung naik.
Dedy menyebut bagi penderita GERD, mengonsumsi makanan pedas ternyata tidak selalu mengakibatkan GERD. Hanya, mengonsumsi makanan pedas yang mengandung senyawa capsaicin ini dapat membuat kerongkongan menjadi iritasi, sehingga menyebabkan sensasi terbakar dan berpotensi memperburuk gejala asam lambung.
Dia menerangkan bahwa makan makanan pedas dengan bumbu masakan seperti kunyit dan jahe memiliki efek anti-inflamasi dan berpotensi bermanfaat bagi penderita GERD. Jadi, tidak semua makanan pedas dibuat dari bumbu yang sama.
“Agar lebih aman dan menurunkan risiko GERD, dianjurkan untuk menghindari konsumsi makanan pedas yang berlebihan,” ujar Dedy dalam keterangannya, dikutip Hypeabis.id, Selasa (4/7/2023).
Mengapa tidak dianjurkan? Dedy menjelaskan makanan pedas memiliki kandungan asam yang tinggi. Hal ini dapat memicu naiknya kadar asam lambung yang berdampak dapat memungkinkan merasa sakit perut atau mulas.
Kemudian, makanan pedas dapat melemahkan otot perut yang berdampak pada asam lambung dapat naik kembali dari perut ke kerongkongan. Otot pada bagian atas perut biasanya menyimpan isi perut.
Selain memiliki kandungan asam yang tinggi, makanan pedas juga memiliki kandungan lemak yang tinggi. Makanan tinggi lemak ini memerlukan waktu yang lebih lama untuk dicerna dalam lambung, sehingga berpotensi meningkatkan kadar asam lambung.
Dedy mengingatkan GERD dapat menimbulkan masalah serius jika sudah dalam kondisi parah. Masalah yang timbul seperti kerongkongan mengalami penyempitan sehingga sulit menelan, luka terbuka atau tukak di dinding kerongkongan yang dapat menimbulkan pendarahan, nyeri dan sulit menelan.
Satu lagi yang dikhawatirkan yakni Barrett's esophagus. “Ini dapat meningkatkan risiko terkena kanker esofagus,” tegasnya.
Apabila GERD masih dalam tahap ringan, ada beberapa cara untuk menanganinya. Berikut rekomendasi dari Dedy untuk menangani GERD.
Air jahe memang memiliki banyak khasiat. Cara mengonsumsinya yakni dengan merebus jahe dan minum secara perlahan. Walaupun berkhasiat, diperlukan untuk menjaga kadar asupannya. Dedy menilai terlalu banyak minum air jahe, justru akan membuat perut menjadi panas. “Batasi konsumsinya hanya kurang dari 3 gram per hari,” sarannya.
Susu mengandung alkali. Susu juga disebut sebagai minuman yang mampu meredakan rasa perut mulas akibat GERD. Namun, susu tidak dapat dikonsumsi semua orang, terutama bagi yang memiliki intoleransi terhadap protein susu. Oleh karena itu, pilih susu tanpa lemak, karena lemak dapat memicu refluks asam lambung.
Bersantai setelah makan memang hal menyenangkan. Kendati demikian, tetaplah duduk beberapa menit setelah makan. Usahakan juga berikan jeda sekitar 2 - 3 jam setelah makan sebelum tidur.
Baca juga: Mengancam Jiwa? Waspada 6 Komplikasi GERD
Editor: Dika Irawan
Kuliner Indonesia memang tidak lepas dari cita rasa pedas. Masyarakat pun kerap menguji level pedas mereka dengan menambahkan ekstra cabai pada masakan yang dipesan atau dibuat.
Baca juga: 6 Cara Nyaman Berpuasa Bagi Penderita GERD dan Mag
Konsultan Gastroentero Hepatologi dari Eka Hospital BSD, dr. Dedy Gunawanjati Sudrajat, tak menampik cabai dapat digunakan sebagai pengobatan radang serta melancarkan sirkulasi peredaran darah dalam tubuh. Dengan mengkonsumsi makanan pedas, darah dalam tubuh menjadi mengalir lebih cepat yang membuat racun dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui keringat.
Kendati demikian, makanan pedas ini perlu menjadi catatan bagi penderita masalah kesehatan lambung seperti Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Masalah pada saat asam lambung kembali naik ke kerongkongan ini disebabkan karena sfingter esofagus bagian bawah rileks dan memungkinkan asam lambung naik.
Dedy menyebut bagi penderita GERD, mengonsumsi makanan pedas ternyata tidak selalu mengakibatkan GERD. Hanya, mengonsumsi makanan pedas yang mengandung senyawa capsaicin ini dapat membuat kerongkongan menjadi iritasi, sehingga menyebabkan sensasi terbakar dan berpotensi memperburuk gejala asam lambung.
Dia menerangkan bahwa makan makanan pedas dengan bumbu masakan seperti kunyit dan jahe memiliki efek anti-inflamasi dan berpotensi bermanfaat bagi penderita GERD. Jadi, tidak semua makanan pedas dibuat dari bumbu yang sama.
“Agar lebih aman dan menurunkan risiko GERD, dianjurkan untuk menghindari konsumsi makanan pedas yang berlebihan,” ujar Dedy dalam keterangannya, dikutip Hypeabis.id, Selasa (4/7/2023).
Mengapa tidak dianjurkan? Dedy menjelaskan makanan pedas memiliki kandungan asam yang tinggi. Hal ini dapat memicu naiknya kadar asam lambung yang berdampak dapat memungkinkan merasa sakit perut atau mulas.
Kemudian, makanan pedas dapat melemahkan otot perut yang berdampak pada asam lambung dapat naik kembali dari perut ke kerongkongan. Otot pada bagian atas perut biasanya menyimpan isi perut.
Selain memiliki kandungan asam yang tinggi, makanan pedas juga memiliki kandungan lemak yang tinggi. Makanan tinggi lemak ini memerlukan waktu yang lebih lama untuk dicerna dalam lambung, sehingga berpotensi meningkatkan kadar asam lambung.
Dedy mengingatkan GERD dapat menimbulkan masalah serius jika sudah dalam kondisi parah. Masalah yang timbul seperti kerongkongan mengalami penyempitan sehingga sulit menelan, luka terbuka atau tukak di dinding kerongkongan yang dapat menimbulkan pendarahan, nyeri dan sulit menelan.
Satu lagi yang dikhawatirkan yakni Barrett's esophagus. “Ini dapat meningkatkan risiko terkena kanker esofagus,” tegasnya.
Apabila GERD masih dalam tahap ringan, ada beberapa cara untuk menanganinya. Berikut rekomendasi dari Dedy untuk menangani GERD.
1. Konsumsi Air Jahe
Air jahe memang memiliki banyak khasiat. Cara mengonsumsinya yakni dengan merebus jahe dan minum secara perlahan. Walaupun berkhasiat, diperlukan untuk menjaga kadar asupannya. Dedy menilai terlalu banyak minum air jahe, justru akan membuat perut menjadi panas. “Batasi konsumsinya hanya kurang dari 3 gram per hari,” sarannya.
2. Minum Susu Tanpa Lemak
Susu mengandung alkali. Susu juga disebut sebagai minuman yang mampu meredakan rasa perut mulas akibat GERD. Namun, susu tidak dapat dikonsumsi semua orang, terutama bagi yang memiliki intoleransi terhadap protein susu. Oleh karena itu, pilih susu tanpa lemak, karena lemak dapat memicu refluks asam lambung.
3. Tidak Tidur Setelah Makan
Bersantai setelah makan memang hal menyenangkan. Kendati demikian, tetaplah duduk beberapa menit setelah makan. Usahakan juga berikan jeda sekitar 2 - 3 jam setelah makan sebelum tidur.Baca juga: Mengancam Jiwa? Waspada 6 Komplikasi GERD
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.