Alunan Sejarah Musik Reggae, dari Jamaika untuk Perdamaian Dunia
01 July 2023 |
10:55 WIB
1
Like
Like
Like
Reggae, musik bernuansa ritmis ini tentu sudah akrab di telinga Genhype. Terlebih saat santai di pantai, akan terasa kurang jika tidak ditemani alunan musik dengan aksen skank yang membuat tubuh bergoyang ini. Ya, lagu reggae memang asyik untuk menemani berdendang, baik saat liburan atau sekadar menjalani aktivitas sehari-hari.
Dalam sejarahnya, musik reggae berkembang di Jamaika pada akhir era 60-an. Kata reggae berasal dari pengucapan dalam logat Afrika ragged, yang bermakna gerak kaku seperti hentakan badan penari dengan iringan musik ska, yang menjadi cikal bakal musik reggae.
Laman Britannica menulis reggae memang berakar pada musik ska yakni bentuk awal dari musik populer di Jamaika yang berasal dari musik Mento. Musik Mento merupakan musik tradisional yang muncul pada dekade 1940-an dari para budak Jamaika saat dijajah Spanyol dan Inggris.
Baca juga: Alunan Sejarah Musik Jazz, dari Afro-Amerika di New Orleans untuk Dunia
Secara umum musik reggae memang mirip dengan ska dan rocksteady yang juga muncul seiring pergerakan sosial di Jamaika pasca perang. Namun, tempo musik reggae jauh lebih lambat dengan suara bass dan rhythm gitar lebih menonjol atau yang karib disebut teknik off-beat.
Tak hanya itu, reggae biasanya juga dinyanyikan dalam dialek Jamaika Patois, Bahasa Inggris Jamaika, dan dialek Iyaric. Dari sinilah penikmat musik reggae akan mendengar dialek dan aksen yang berbeda dan berkembang luas dari daerah asal masing-masing musisi reggae berasal.
Karena terlahir dari pergulatan sosial, reggae juga semakin identik dengan tradisi kritik sosial dan agama dalam liriknya. Kendati begitu tidak sedikit juga musik reggae yang membahas topik yang lebih ringan dan pribadi, seperti cinta, bersosialisasi atau menyebarkan pesan perdamaian antar sesama.
Kelindan sejarah musik reggae tak bisa lepas dari kehidupan jalanan Getho di Kingston ibu kota Jamaika. Tak hanya itu, reggae juga beririsan dengan rastafarian, yakni sebuah gerakan agama dan sosial yang menekankan kebebasan, perdamaian, dan kesetaraan di Jamaika.
Salah satu tokoh yang terkenal dari gerakan rastafari tentu saja adalah Bob Marley yang dikenal sebagai simbol perjuangan rakyat miskin. Sosok berambut gimbal ini memang tak pernah berhenti memperjuangkan perdamaian antara kelompok-kelompok termarjinalkan, terutama di Jamaika.
Namun sebelum karya-karya Bob Marley populer, lagu yang disebut sebagai musik pertama reggae bermula dari grup Toots and the Maytals, dengan karya berjudul Do the Reggay. Menurut beberapa penelitian lagu tersebut diklasifikasikan sebagai rekaman musik pertama yang menggunakan istilah reggae yang kelak semakin populer dan mendunia.
Tak lama, Bob Marley and The Wailers juga meluncurkan Album Catch A Fire (1972) dengan banyak menyelipkan kritik sosial di masyarakat dan melambungkan reggae hingga ke luar Jamaika. Kepopuleran musik reggae juga terangkat berkat film The Harder They Come (1973), dan dicovernya musik tersebut oleh Eric Clapton, Paul Simon, Lee Scratch Perry, serta UB40.
Seiring waktu, musik reggae tak hanya sekadar aliran musik bagi publik Jamaika karena memang terus mengglobal. Tak hanya Bob Marley, musik reggae juga melahirkan musisi-musisi besar seperti Dennis Brown, Jimmy Cliff, Peter Tosh, Alpha Blondy, Desmond Dekker, dan masih banyak lagi yang akhirnya turut mempopulerkan reggae di seluruh dunia.
Pada 2018 musik reggae bahkan ditambahkan ke Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan oleh UNESCO. Keputusan tersebut diambil karena kontribusi musik reggae dalam menyelesaikan permasalahan internasional seperti isu-isu ketidakadilan, cinta, dinamika kehidupan manusia, sosial-politik, hingga spiritualitas.
Adapun di Indonesia, musik reggae mulai populer di era 1980-an dengan munculnya musisi-musisi seperti Black Brothers dari Papua dan Asian Roots hingga Tony Q Rastafara. Dari sinilah perlahan juga lahir beberapa musisi reggae modern seperti Imanez, Shaggy Dog, Steven & Coconut Treez, Souljah, hingga Ras Muhamad.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah Musik Dunia, Bob Marley Meninggal hingga Rolling Stones Diusir dari Hotel
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Dalam sejarahnya, musik reggae berkembang di Jamaika pada akhir era 60-an. Kata reggae berasal dari pengucapan dalam logat Afrika ragged, yang bermakna gerak kaku seperti hentakan badan penari dengan iringan musik ska, yang menjadi cikal bakal musik reggae.
Laman Britannica menulis reggae memang berakar pada musik ska yakni bentuk awal dari musik populer di Jamaika yang berasal dari musik Mento. Musik Mento merupakan musik tradisional yang muncul pada dekade 1940-an dari para budak Jamaika saat dijajah Spanyol dan Inggris.
Baca juga: Alunan Sejarah Musik Jazz, dari Afro-Amerika di New Orleans untuk Dunia
Secara umum musik reggae memang mirip dengan ska dan rocksteady yang juga muncul seiring pergerakan sosial di Jamaika pasca perang. Namun, tempo musik reggae jauh lebih lambat dengan suara bass dan rhythm gitar lebih menonjol atau yang karib disebut teknik off-beat.
Tak hanya itu, reggae biasanya juga dinyanyikan dalam dialek Jamaika Patois, Bahasa Inggris Jamaika, dan dialek Iyaric. Dari sinilah penikmat musik reggae akan mendengar dialek dan aksen yang berbeda dan berkembang luas dari daerah asal masing-masing musisi reggae berasal.
Karena terlahir dari pergulatan sosial, reggae juga semakin identik dengan tradisi kritik sosial dan agama dalam liriknya. Kendati begitu tidak sedikit juga musik reggae yang membahas topik yang lebih ringan dan pribadi, seperti cinta, bersosialisasi atau menyebarkan pesan perdamaian antar sesama.
Ghetto & Kaum Rastafari
Kelindan sejarah musik reggae tak bisa lepas dari kehidupan jalanan Getho di Kingston ibu kota Jamaika. Tak hanya itu, reggae juga beririsan dengan rastafarian, yakni sebuah gerakan agama dan sosial yang menekankan kebebasan, perdamaian, dan kesetaraan di Jamaika.Salah satu tokoh yang terkenal dari gerakan rastafari tentu saja adalah Bob Marley yang dikenal sebagai simbol perjuangan rakyat miskin. Sosok berambut gimbal ini memang tak pernah berhenti memperjuangkan perdamaian antara kelompok-kelompok termarjinalkan, terutama di Jamaika.
Namun sebelum karya-karya Bob Marley populer, lagu yang disebut sebagai musik pertama reggae bermula dari grup Toots and the Maytals, dengan karya berjudul Do the Reggay. Menurut beberapa penelitian lagu tersebut diklasifikasikan sebagai rekaman musik pertama yang menggunakan istilah reggae yang kelak semakin populer dan mendunia.
Tak lama, Bob Marley and The Wailers juga meluncurkan Album Catch A Fire (1972) dengan banyak menyelipkan kritik sosial di masyarakat dan melambungkan reggae hingga ke luar Jamaika. Kepopuleran musik reggae juga terangkat berkat film The Harder They Come (1973), dan dicovernya musik tersebut oleh Eric Clapton, Paul Simon, Lee Scratch Perry, serta UB40.
Seiring waktu, musik reggae tak hanya sekadar aliran musik bagi publik Jamaika karena memang terus mengglobal. Tak hanya Bob Marley, musik reggae juga melahirkan musisi-musisi besar seperti Dennis Brown, Jimmy Cliff, Peter Tosh, Alpha Blondy, Desmond Dekker, dan masih banyak lagi yang akhirnya turut mempopulerkan reggae di seluruh dunia.
Pada 2018 musik reggae bahkan ditambahkan ke Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan oleh UNESCO. Keputusan tersebut diambil karena kontribusi musik reggae dalam menyelesaikan permasalahan internasional seperti isu-isu ketidakadilan, cinta, dinamika kehidupan manusia, sosial-politik, hingga spiritualitas.
Adapun di Indonesia, musik reggae mulai populer di era 1980-an dengan munculnya musisi-musisi seperti Black Brothers dari Papua dan Asian Roots hingga Tony Q Rastafara. Dari sinilah perlahan juga lahir beberapa musisi reggae modern seperti Imanez, Shaggy Dog, Steven & Coconut Treez, Souljah, hingga Ras Muhamad.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah Musik Dunia, Bob Marley Meninggal hingga Rolling Stones Diusir dari Hotel
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.