Gunakan Animasi, NASA Rilis Potret Bumi Diselimuti Karbon Dioksida
25 June 2023 |
11:00 WIB
Kondisi bumi terus memburuk di tengah pemanasan global maupun cemaran udara yang bisa mengancam kehidupan miliaran orang penduduknya. Dalam serangkaian video animasi yang dirilis Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Seikat (NASA), planet ini tercekik lapisan kabut karbon dioksida yang tebal dan melengkung.
Animasi yang baru dirilis itu memvisualisasikan skala emisi karbon dioksida (CO2) manusia selama setahun dengan mewarnai gas rumah kaca yang memang tak terlihat.
Baca juga: Ada di Udara, Manusia Hirup Mikroplastik Seukuran Kartu Kredit Setiap Minggu
Diproduksi Studio Visualisasi Ilmiah NASA, animasi tersebut memvisualisasikan skala emisi karbon dioksida (CO2) selama 2021, termasuk memberi gambaran terhadap gas rumah kaca yang selama ini tidak terlihat. Para ilmuan juga menampilkan emisi yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun alami.
Emisi dari pembakaran bahan bakar fosil ditampilkan dalam warna oranye dan emisi dari pembakaran biomassa dalam warna merah. Pembakaran biomassa berupa tumbuh-tumbuhan yang hidup atau mati kemudian dibakar untuk membersihkan lahan guna pertanian, bisa juga tumbuhan yang tersambar petir.
Ada pula karbon dioksida yang dihasilkan oleh ekosistem darat melalui respirasi tumbuhan digambarkan dengan warna hijau, dan emisi yang keluar dari lautan berwarna biru. Model tersebut juga menunjukkan CO2 diserap oleh ekosistem laut dan darat, seperti hutan hujan melalui fotosintesis di lautan yang dilakukan oleh alga.
Ekosistem alami ini menyerap setengah dari emisi yang dihasilkan manusia setiap tahun dan memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim karena secara berkala bertindak sebagai penyerap karbon. “Meskipun daratan dan lautan merupakan penyerap karbon, lokasi individu dapat menjadi sumber pada waktu yang berbeda," ujar para ilmuwan NASA, dikutip dari Live Science, Minggu (25/6/2023).
Dalam video animasi pertama yang disajikan, Amerika Utara dan Selatan memiliki gambaran awan cokelat kekuningan. Warna ini mewakili emisi dari bahan bakar fosil dan pembakaran biomassa secara bertahap terbentuk di Belahan Bumi Utara.
“Emisi bahan bakar fosil membentang dari Washington DC hingga Boston di Amerika Serikat,” tulis para ilmuwan dalam pernyataannya.
Sementara itu, garis-garis hijau kecil menunjukkan emisi dari ekosistem daratan. Garis ini menggulung masuk dan keluar dari awan selama musim dingin. Hal tersebut terjadi karena tanaman yang menyerap CO2 melalui fotosintesis selama musim tanam, melepaskan banyak karbon pada musim dingin.
Adapun permukaan titik-titik yang melintasi Amerika Selatan menggambarkan penyerapan CO2 oleh pepohonan, hanya terjadi pada siang hari. "Osilasi cepat di atas hutan hujan Amazon menunjukkan dampak dari tumbuhan yang menyerap karbon saat matahari bersinar dan kemudian melepaskannya pada malam hari," jelas para ilmuan NASA.
Pada video animasi kedua, mencakup sebagian Asia dan Australia. "Fitur yang paling menonjol adalah emisi bahan bakar fosil dari China," tegas pernyataan itu.
Digambarkan bahwa Australia bertindak sebagai penyerap karbon dengan ilustrasi titik hijau di sebagian besar negara. Populasi di wilayah tersebut relatif jarang dan menghasilkan lebih sedikit CO2.
Menjelang akhir animasi, awan emisi bahan bakar fosil dari Belahan Bumi Utara melayang ke selatan dan menyelimuti Australia juga. Para ilmuan menyebut yang tidak ditunjukkan oleh video NASA adalah bahwa Australia memiliki emisi CO2 tertinggi di dunia lebih dari batu bara.
Video ketiga menyoroti Afrika, Eropa, dan Timur Tengah. Sebagian besar emisi bahan bakar fosil dihasilkan di Eropa dan Arab Saudi. Awan merah tipis yang melayang di atas Afrika tengah menggambarkan emisi dari api yang dinyalakan orang untuk membersihkan sisa tanaman.
Emisi CO2 dari bahan bakar fosil merupakan pendorong utama perubahan iklim. Sementara itu kebakaran berkontribusi terhadap pemanasan global dengan mengurangi jumlah karbon yang akan diserap oleh ekosistem daratan di masa depan. Peneliti menyampaikan, tanah yang hangus menyimpan lebih sedikit karbon, sedangkan api mengurangi kerapatan dan ukuran pohon.
Baca juga: NASA Umumkan 4 Nama Astronot Artemis II, Misi Khusus Penjelajahan ke Bulan
Editor: Dika Irawan
Animasi yang baru dirilis itu memvisualisasikan skala emisi karbon dioksida (CO2) manusia selama setahun dengan mewarnai gas rumah kaca yang memang tak terlihat.
Baca juga: Ada di Udara, Manusia Hirup Mikroplastik Seukuran Kartu Kredit Setiap Minggu
Diproduksi Studio Visualisasi Ilmiah NASA, animasi tersebut memvisualisasikan skala emisi karbon dioksida (CO2) selama 2021, termasuk memberi gambaran terhadap gas rumah kaca yang selama ini tidak terlihat. Para ilmuan juga menampilkan emisi yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun alami.
Emisi dari pembakaran bahan bakar fosil ditampilkan dalam warna oranye dan emisi dari pembakaran biomassa dalam warna merah. Pembakaran biomassa berupa tumbuh-tumbuhan yang hidup atau mati kemudian dibakar untuk membersihkan lahan guna pertanian, bisa juga tumbuhan yang tersambar petir.
Ada pula karbon dioksida yang dihasilkan oleh ekosistem darat melalui respirasi tumbuhan digambarkan dengan warna hijau, dan emisi yang keluar dari lautan berwarna biru. Model tersebut juga menunjukkan CO2 diserap oleh ekosistem laut dan darat, seperti hutan hujan melalui fotosintesis di lautan yang dilakukan oleh alga.
Ekosistem alami ini menyerap setengah dari emisi yang dihasilkan manusia setiap tahun dan memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim karena secara berkala bertindak sebagai penyerap karbon. “Meskipun daratan dan lautan merupakan penyerap karbon, lokasi individu dapat menjadi sumber pada waktu yang berbeda," ujar para ilmuwan NASA, dikutip dari Live Science, Minggu (25/6/2023).
Dalam video animasi pertama yang disajikan, Amerika Utara dan Selatan memiliki gambaran awan cokelat kekuningan. Warna ini mewakili emisi dari bahan bakar fosil dan pembakaran biomassa secara bertahap terbentuk di Belahan Bumi Utara.
“Emisi bahan bakar fosil membentang dari Washington DC hingga Boston di Amerika Serikat,” tulis para ilmuwan dalam pernyataannya.
Sementara itu, garis-garis hijau kecil menunjukkan emisi dari ekosistem daratan. Garis ini menggulung masuk dan keluar dari awan selama musim dingin. Hal tersebut terjadi karena tanaman yang menyerap CO2 melalui fotosintesis selama musim tanam, melepaskan banyak karbon pada musim dingin.
Adapun permukaan titik-titik yang melintasi Amerika Selatan menggambarkan penyerapan CO2 oleh pepohonan, hanya terjadi pada siang hari. "Osilasi cepat di atas hutan hujan Amazon menunjukkan dampak dari tumbuhan yang menyerap karbon saat matahari bersinar dan kemudian melepaskannya pada malam hari," jelas para ilmuan NASA.
Pada video animasi kedua, mencakup sebagian Asia dan Australia. "Fitur yang paling menonjol adalah emisi bahan bakar fosil dari China," tegas pernyataan itu.
Digambarkan bahwa Australia bertindak sebagai penyerap karbon dengan ilustrasi titik hijau di sebagian besar negara. Populasi di wilayah tersebut relatif jarang dan menghasilkan lebih sedikit CO2.
Menjelang akhir animasi, awan emisi bahan bakar fosil dari Belahan Bumi Utara melayang ke selatan dan menyelimuti Australia juga. Para ilmuan menyebut yang tidak ditunjukkan oleh video NASA adalah bahwa Australia memiliki emisi CO2 tertinggi di dunia lebih dari batu bara.
Video ketiga menyoroti Afrika, Eropa, dan Timur Tengah. Sebagian besar emisi bahan bakar fosil dihasilkan di Eropa dan Arab Saudi. Awan merah tipis yang melayang di atas Afrika tengah menggambarkan emisi dari api yang dinyalakan orang untuk membersihkan sisa tanaman.
Emisi CO2 dari bahan bakar fosil merupakan pendorong utama perubahan iklim. Sementara itu kebakaran berkontribusi terhadap pemanasan global dengan mengurangi jumlah karbon yang akan diserap oleh ekosistem daratan di masa depan. Peneliti menyampaikan, tanah yang hangus menyimpan lebih sedikit karbon, sedangkan api mengurangi kerapatan dan ukuran pohon.
Baca juga: NASA Umumkan 4 Nama Astronot Artemis II, Misi Khusus Penjelajahan ke Bulan
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.