45 persen masyarakat Indonesia menggunakan AI untuk bekerja (Sumber gambar: Tim Van Der Kuip/Unsplash)

Masyarakat Makin Banyak Pakai Teknologi Digital untuk Menunjang Pekerjaan

22 June 2023   |   14:08 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Dunia kerja terus mengalami perubahan seiring dengan pengaruh dan perkembangan teknologi yang semakin masif, termasuk kemunculan kecerdasan buatan. Hal ini dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi menyelesaikan pekerjaan, juga membantu pengembangan keterampilan kerja baru. 

Hasil survei yang dilakukan Populix menemukan bahwa 45 persen masyarakat saat ini menggunakan platform berbasis artificial intelligence (AI) untuk menunjang efektivitas pekerjaan. Layanan yang dipakai paling banyak adalah ChatGPT, digunakan oleh 52 persen responden. Diikuti Copy.ai dengan 29 persen. 

Baca juga: 5 Soft Skill Ini Sangat Menentukan Kesuksesan di Dunia Kerja

Platform tersebut banyak digunakan oleh karena terdapat tools untuk bekerja sebagaimana dipilih 75 persen responden. Alasan lainnya adalah banyak template untuk pekerjaan lainnya (53 persen) dan membantu mencari ide (44 persen). Di samping itu, penggunaan platform juga diwajibkan oleh kantor, institusi, dan kampus untuk dipakai menurut 26 persen responden. 

Selain itu, para pekerja juga kini semakin masif menggunakan bantuan platform atau aplikasi untuk saling terhubung sekaligus membantu produktivitas mereka. Adapun, platform yang paling banyak digunakan oleh masyarakat secara pribadi untuk mendukung produktivitas mereka adalah Zoom sebagaimana dipilih oleh 77 persen responden.

Aplikasi lainnya yang juga digunakan diantaranya Google Workspace (54 persen), Microsoft Teams (30 persen), dan Skype (24 persen). Tak hanya dari sisi pekerja, riset ini juga melaporkan sejumlah platform yang banyak digunakan oleh perusahaan yakni Zoom (68 persen), Google Workspace (49 persen), Microsoft Teams (31 persen), dan Google Product (19 persen). 
 

Ilustrasi pekerja (Sumber gambar: Emma Dau/Unsplash)

Ilustrasi pekerja (Sumber gambar: Emma Dau/Unsplash)


Menunjang Kemampuan Diri

Riset yang melibatkan 1.014 responden itu juga melaporkan bahwa sebanyak 73 persen masyarakat saat ini bekerja sesuai dengan passion mereka. Kendati demikian, masyarakat terus ingin meningkatkan kemampuan mereka di berbagai bidang lainnya agar dapat bersaing dengan kondisi kerja masa depan. 

Sebanyak 8 dari 10 masyarakat tertarik untuk mengikuti kegiatan yang dapat mendukung pengembangan keahlian seperti public speaking sebagaimana dipilih oleh 46 persen responden, disusul entrepreneurship (45 persen), digital marketing (44 persen), data analytics (42 persen), dan communication skill (40 persen). 

Lebih spesifik, responden dari kalangan generasi z rupanya lebih tertarik untuk meningkatkan kemampuan mereka di bidang public speaking, sedangkan milenial dan generasi yang lebih tua lebih tertarik untuk meningkatkan kemampuan di bidang entrepreneurship.

Untuk mengembangkan kemampuannya, masyarakat pun tidak ragu untuk mencari dan mengikuti pelatihan secara pribadi. Misalnya pelatihan online (76 persen), pelatihan offline (54 persen), dan pelatihan yang dilakukan oleh komunitas (48 persen).

Ruangguru merupakan aplikasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengikuti berbagai pelatihan (42 persen), diikuti oleh Brainly (32 persen), Canva Design School (30 persen), dan Coursera (22 persen). Adapun, rata-rata bujet yang sedia untuk dikeluarkan para responden berkisar Rp50.000-Rp100.000 untuk setiap sesinya.

Di sisi lain, perusahaan juga kini melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan karyawannya seperti melakukan pelatihan secara internal (58 persen), menggunakan aplikasi (52 persen), dan vendor training (27 persen). Adapun, beberapa aplikasi pelatihan yang digunakan adalah Ruangguru (44 persen), Brainly (30 persen), dan Canva Design School (28 persen).

Beberapa topik pelatihan yang banyak diminati karyawan pada pelatihan internal adalah public speaking (46 persen), communication skill (41 persen), entrepreneurship (36 persen), data analytics (35 persen), digital marketing (34 persen), dan leadership (32 persen).

Melalui pelatihan dari perusahaan, para karyawan berharap kemampuan dan pengetahuan yang didapatkan bisa mempermudah pekerjaan sebagaimana diakui oleh 78 persen responden, disusul memperluas koneksi (62 persen), menambah portofolio (57 persen), mendapatkan kenaikan gaji (47 persen) dan mendapatkan promosi jabatan (43 persen). 
 

Mempermudah Cari Kerja

Kecanggihan teknologi juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencari peluang kerja. Survei yang sama mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat atau sebanyak 66 persen responden mengaku mendapatkan informasi lowongan pekerjaan dari situs pencari kerja, diikuti dengan informasi dari teman dan keluarga (58 persen) dan LinkedIn (48 persen).

Adapun, situs pencari kerja yang banyak digunakan adalah Jobstreet.co.id (82 persen), LinkedIn (61 persen), Jobs.id (37 persen), Karir.com (29 persen), Glints.com (25 persen), Kalibrr.com (16 persen), dan JobsDB.com (15 persen).

Alasan utama masyarakat lebih sering menggunakan situs pencari kerja untuk mencari peluang kerja adalah tersedianya perusahaan-perusahaan terbaik yang sesuai dengan tujuan karier sebagaimana dipilih oleh 63 persen responden, dan telah berhasil membantu mendapatkan pekerjaan (75 persen).

Selain itu, situs pencari kerja juga dinilai memberikan beberapa keuntungan di antaranya proses yang lebih mudah dan praktis (74 persen), dapat melihat banyak lowongan yang tersedia dalam waktu yang bersamaan (74 persen), dapat mencari lowongan sesuai keinginan (73 persen), dapat mencari informasi pekerjaan di wilayah yang lebih luas (71 persen), dan mendapatkan pemberitahuan lowongan yang cocok dengan latar belakang (61 persen). Tidak hanya itu, situs pencari kerja juga dinilai membantu masyarakat dalam mencari kesempatan kerja di luar negeri (36 persen). 

Meski demikian, 42 persen responden mengaku pernah mendapatkan pengalaman buruk ketika menggunakan situs pencari kerja seperti deskripsi pekerjaan yang tidak sesuai (58 persen), perusahaan fiktif (54 persen), diminta memberikan sejumlah uang dalam proses seleksi (45 persen), informasi gaji yang tidak sesuai (42 persen), dan menahan dokumen pribadi (34 persen). 

Baca juga: Berikut Cara Kembangkan Kemampuan Digital dalam Dunia Kerja

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Forum Bisnis hingga Telusur Alam, Ini Program-Program Unggulan Festival Lestari 5 di Sigi

BERIKUTNYA

Jakarta Jadi Salah Satu Smart City di Indonesia, Sejauh Mana Perkembangannya?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: