Mimpi Besar Dewi Gontha untuk Java Jazz Festival
12 June 2023 |
19:43 WIB
Selama tiga hari setiap pertengahan tahun, Jakarta selalu kedatangan serombongan pengembara pencinta musik jaz. Mereka datang tidak hanya dari Jakarta atau kota di sekitarnya, tetapi juga dari daerah lain atau penjuru negeri lain hanya untuk menonton aksi musisi favoritnya di Festival Java Jazz.
JIExpo Kemayoran Jakarta, tempat berlangsungnya BNI Java Jazz Festival 2023 menjadi saksi bisu gemerlap perayaan musik jaz terbesar di bumi bagian selatan tersebut. Lantunan musik dari 12 panggung dengan lebih dari 140 penampil sukses memuaskan para pengembara jaz yang datang tahun ini.
Baca juga: Pengamat Musik Sebut Java Jazz Festival Punya Penonton yang Loyal
BNI Java Jazz Festival 2023 telah usai diselenggarakan tiga hari muali 2 Juni 2023 hingga 4 Juni 2023. Di tengah banyaknya festival musik yang muncul dewasa ini, Java Jazz Festival masih menjadi tujuan tahunan pencinta musik Tanah Air dan dunia.
Pada gelarannya yang ke-18 ini, Java Jazz Festival kembali menampilkan warna yang makin meriah. Mengusung tema besar Let Music Lead Your Memories, festival ini bak ingin menghadirkan involuntary memory melalui musik. Kejutan-kejutan pun dihadirkan kepada para penikmat setia Java Jazz Festival.
Gairah festival musik ini sudah terasa sebelum pukul 16.00 WIB, Jumat (2/6/2023). Penonton yang hadir dari berbagai generasi itu sudah menyesakki area panggung-panggung yang ada di BNI Java Jazz Festival 2023. Meski usia festival sudah cukup lawas, penikmatnya yang datang dari generasi muda terlihat cukup banyak juga.
Hal ini tak lepas dari sejumlah pembaharuan di Java Jazz Festival. Dewi Gontha, President Director PT Java Festival Production mengatakan ada perubahan cukup besar yang terjadi sejak 2018. Perubahan yang kemudian membuat festival ini jadi dituntut tampil lebih segar.
Sejak 2018, jumlah penonton dari generasi muda di Java Jazz Festival sudah menyentuh angka 60 persen. Sebanyak 45 persen di antaranya bahkan berusia di bawah 25 tahun. Java Jazz Festival pun fokus meregenerasi pasar demi tetap memiliki napas panjang.
“Festival ini bukan sekadar repetisi. Setiap tahun adalah tantangan baru. Yang sudah punya format kita jalani, tetapi setiap tahun kita bikin sesuatu yang baru,” ujar Dewi
Tidak hanya dari segi penonton, langkah tersebut juga dimulai dengan menyediakan sejumlah slot untuk pemain baru agar mereka mendapatkan pengalaman manggung di event besar. Tidak jarang, nama mereka melambung dan jalan karier terbuka usai penampilannya di Java Jazz Festival.
Penyanyi Lyodra Ginting, misalnya. Musisi jebolan Indonesian Idol itu punya panggung sendiri pada gelaran Java Jazz Festival tahun ini. Tujuh tahun lalu, saat usianya baru menginjak 13 tahun, dirinya masih sangat belia saat tampil bersama Erwin Gutawa pada Java Jazz Festival 2016.
Meskipun demikian, sejumlah penyanyi kawakan dan populer tetap dihadirkan tahun ini. Sebut saja Jamie Aditya, Ardhito Pramono, Titi DJ, The Chicago Experience, hingga Stephen Sanches, Patti Austin, Cory Wong, MAX, Ariel fest Bunga Citra Lestari, Vina Panduwinata, Deddy Dhukun, dan Fariz RM, hingga Barry Likumahuwa, dan Jesus Molina.
Seperti pada kalimat awalnya, Dewi tak ingin Java Jazz Festival hanya sebagai repetisi. Dia berharap selalu ada hal-hal segar yang terjadi setiap tahun. Dia juga mengungkap mimpi besar yang ingin dilakukannya pada festival jaz yang sudah ada sejak 2005 ini.
“Bila mana kita bisa bikin festival yang membuat semua orang di dunia mau datang ke Indonesia, saya hanya ingin itu [melalui Java Jazz Festival]. Kita bisa dapat exposure besar, tidak hanya bagi festivalnya, tetapi juga Indonesia dan musisi [lokal] yang tampil di panggungnya,” ungkap Dewi.
Menjelang usia festival yang hampir menyentuh dua dekade ini, putri dari Peter F Gontha tersebut juga ingin agar Java Jazz dapat dinikmati oleh para penikmat musik Indonesia secara lebih luas. Dia bermimpi suatu saat nanti Java Jazz Festival tidak hanya tampil di Jakarta, tetapi bisa berkeliling ke berbagai daerah lain di Indonesia.
Namun, berkeliling Indonesia bukan hal yang mudah. Sebab, tidak semua daerah memiliki fasilitas yang terstandarisasi sama baiknya. Dengan fasilitas yang belum memadai, cost menyelenggarakannya pun akan besar. Dia berharap lambat laun ke depan infrastruktur dan fasilitas makin memadai dan upaya membawa Java Jazz Festival keliling Indonesia bisa terwujud.
Sandy Widharna, Tim Program Java Festival Production saat ditemui seusai gelaran Java Jazz Festival mengatakan bahwa dirinya cukup puas dengan penyelenggaran tahun ini. Dari segi pengunjung, animo sejak hari pertama hingga hari terakhir sangat baik. Selain sudah rindu dengan gelaran Java Jazz, menurut Sandy, efek libur panjang akibat dua hari libur nasional cukup terasa dampaknya.
“Kalau dilihat, pembagian dari setiap hall itu rata. Padahal, ada empat atau lima show yang kerap tampil pada jam yang sama,” kata Sandy.
Sebagai tim program, dia menyadari gelaran festival bukan lagi sekadar pemilihan line up. Menurut dia, konsep dari setiap panggung atau artis yang dihadirkan itu justru jadi nadi utama sebuah festival.
Adanya sebuah tema atau konsep yang berbeda membuat musisi yang tampil punya hal segar yang ditawarkan dan akan berbeda jika tampil di panggung yang lain. Eksklusivitas tersebut bisa menjadi daya tarik yang menarik.
Dari segi musisi, Java Jazz Festival akan terus jadi tujuan tidak saja karena merupakan salah satu yang terbesar, tetapi juga karena ada transfer pengetahuan yang terjadi. Satu musisi bisa belajar dari musisi lain bahkan melakukan kolaborasi untuk proyek ke depan. Regenerasi pun bisa berjalan lebih mulus.
Baca juga: BNI Java Jazz Festival 2023 dan Konsep Konser Keberlanjutan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
JIExpo Kemayoran Jakarta, tempat berlangsungnya BNI Java Jazz Festival 2023 menjadi saksi bisu gemerlap perayaan musik jaz terbesar di bumi bagian selatan tersebut. Lantunan musik dari 12 panggung dengan lebih dari 140 penampil sukses memuaskan para pengembara jaz yang datang tahun ini.
Baca juga: Pengamat Musik Sebut Java Jazz Festival Punya Penonton yang Loyal
BNI Java Jazz Festival 2023 telah usai diselenggarakan tiga hari muali 2 Juni 2023 hingga 4 Juni 2023. Di tengah banyaknya festival musik yang muncul dewasa ini, Java Jazz Festival masih menjadi tujuan tahunan pencinta musik Tanah Air dan dunia.
Pada gelarannya yang ke-18 ini, Java Jazz Festival kembali menampilkan warna yang makin meriah. Mengusung tema besar Let Music Lead Your Memories, festival ini bak ingin menghadirkan involuntary memory melalui musik. Kejutan-kejutan pun dihadirkan kepada para penikmat setia Java Jazz Festival.
Gairah festival musik ini sudah terasa sebelum pukul 16.00 WIB, Jumat (2/6/2023). Penonton yang hadir dari berbagai generasi itu sudah menyesakki area panggung-panggung yang ada di BNI Java Jazz Festival 2023. Meski usia festival sudah cukup lawas, penikmatnya yang datang dari generasi muda terlihat cukup banyak juga.
Hal ini tak lepas dari sejumlah pembaharuan di Java Jazz Festival. Dewi Gontha, President Director PT Java Festival Production mengatakan ada perubahan cukup besar yang terjadi sejak 2018. Perubahan yang kemudian membuat festival ini jadi dituntut tampil lebih segar.
Sejak 2018, jumlah penonton dari generasi muda di Java Jazz Festival sudah menyentuh angka 60 persen. Sebanyak 45 persen di antaranya bahkan berusia di bawah 25 tahun. Java Jazz Festival pun fokus meregenerasi pasar demi tetap memiliki napas panjang.
“Festival ini bukan sekadar repetisi. Setiap tahun adalah tantangan baru. Yang sudah punya format kita jalani, tetapi setiap tahun kita bikin sesuatu yang baru,” ujar Dewi
Tidak hanya dari segi penonton, langkah tersebut juga dimulai dengan menyediakan sejumlah slot untuk pemain baru agar mereka mendapatkan pengalaman manggung di event besar. Tidak jarang, nama mereka melambung dan jalan karier terbuka usai penampilannya di Java Jazz Festival.
Penyanyi Lyodra Ginting, misalnya. Musisi jebolan Indonesian Idol itu punya panggung sendiri pada gelaran Java Jazz Festival tahun ini. Tujuh tahun lalu, saat usianya baru menginjak 13 tahun, dirinya masih sangat belia saat tampil bersama Erwin Gutawa pada Java Jazz Festival 2016.
Meskipun demikian, sejumlah penyanyi kawakan dan populer tetap dihadirkan tahun ini. Sebut saja Jamie Aditya, Ardhito Pramono, Titi DJ, The Chicago Experience, hingga Stephen Sanches, Patti Austin, Cory Wong, MAX, Ariel fest Bunga Citra Lestari, Vina Panduwinata, Deddy Dhukun, dan Fariz RM, hingga Barry Likumahuwa, dan Jesus Molina.
Seperti pada kalimat awalnya, Dewi tak ingin Java Jazz Festival hanya sebagai repetisi. Dia berharap selalu ada hal-hal segar yang terjadi setiap tahun. Dia juga mengungkap mimpi besar yang ingin dilakukannya pada festival jaz yang sudah ada sejak 2005 ini.
“Bila mana kita bisa bikin festival yang membuat semua orang di dunia mau datang ke Indonesia, saya hanya ingin itu [melalui Java Jazz Festival]. Kita bisa dapat exposure besar, tidak hanya bagi festivalnya, tetapi juga Indonesia dan musisi [lokal] yang tampil di panggungnya,” ungkap Dewi.
Menjelang usia festival yang hampir menyentuh dua dekade ini, putri dari Peter F Gontha tersebut juga ingin agar Java Jazz dapat dinikmati oleh para penikmat musik Indonesia secara lebih luas. Dia bermimpi suatu saat nanti Java Jazz Festival tidak hanya tampil di Jakarta, tetapi bisa berkeliling ke berbagai daerah lain di Indonesia.
Namun, berkeliling Indonesia bukan hal yang mudah. Sebab, tidak semua daerah memiliki fasilitas yang terstandarisasi sama baiknya. Dengan fasilitas yang belum memadai, cost menyelenggarakannya pun akan besar. Dia berharap lambat laun ke depan infrastruktur dan fasilitas makin memadai dan upaya membawa Java Jazz Festival keliling Indonesia bisa terwujud.
Sandy Widharna, Tim Program Java Festival Production saat ditemui seusai gelaran Java Jazz Festival mengatakan bahwa dirinya cukup puas dengan penyelenggaran tahun ini. Dari segi pengunjung, animo sejak hari pertama hingga hari terakhir sangat baik. Selain sudah rindu dengan gelaran Java Jazz, menurut Sandy, efek libur panjang akibat dua hari libur nasional cukup terasa dampaknya.
“Kalau dilihat, pembagian dari setiap hall itu rata. Padahal, ada empat atau lima show yang kerap tampil pada jam yang sama,” kata Sandy.
Sebagai tim program, dia menyadari gelaran festival bukan lagi sekadar pemilihan line up. Menurut dia, konsep dari setiap panggung atau artis yang dihadirkan itu justru jadi nadi utama sebuah festival.
Adanya sebuah tema atau konsep yang berbeda membuat musisi yang tampil punya hal segar yang ditawarkan dan akan berbeda jika tampil di panggung yang lain. Eksklusivitas tersebut bisa menjadi daya tarik yang menarik.
Dari segi musisi, Java Jazz Festival akan terus jadi tujuan tidak saja karena merupakan salah satu yang terbesar, tetapi juga karena ada transfer pengetahuan yang terjadi. Satu musisi bisa belajar dari musisi lain bahkan melakukan kolaborasi untuk proyek ke depan. Regenerasi pun bisa berjalan lebih mulus.
Baca juga: BNI Java Jazz Festival 2023 dan Konsep Konser Keberlanjutan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.