BNI Java Jazz Festival 2023 dan Konsep Konser Keberlanjutan
04 June 2023 |
19:30 WIB
Banyaknya penonton yang hadir di sebuah festival musik sering kali menciptakan timbunan sampah setelah acara tersebut selesai. Namun, hal itu tampaknya tidak berlaku di BNI Java Jazz Festival 2023. Konser musik jaz berkelas internasional ini punya cara tersendiri dalam pengelolaan sampah.
BNI Java Jazz Festival bisa dibilang menjadi salah satu festival yang punya fokus dalam pengelolaan sampah selama acaranya berlangsung. festival yang telah eksis sejak 2005 ini menerapkan konsep zero waste event. Mereka menamai gerakan ini dengan sebutan Less Waste More Jazz.
Baca juga: Hari Ketiga BNI Java Jazz Festival 2023, Endah N Rhesa Tampil Memukau dengan Formasi Extended
Secara sederhana, gerakan ini adalah sebuah kampenye yang menitikberatkan pada unsur keberlanjutan sebuah konser. Gerakan ini juga ingin mengedukasi ribuan penonton yang hadir tentang pengurangan dan pengelolaan sampah. Tujuanya adalah agar sampah-sampah yang ada di sebuah festival bisa dipilah terlebih dahulu dengan baik.
Jadi, sampah-sampah yang bertipe daur ulang bisa dipisahkan dengan sampah residu yang sudah tidak bisa dikelola lagi. Dengan demikian, angka sampah yang masuk ke TPA akan berkurang karena proses daur ulang menjadi lebih maksimal. Di sisi lain, sampah-sampah jenis organik juga bisa dimanfaatkan menjadi sebuah kompos.
Lay Ridwan Gautama, EVP of Digitial and Automotive Category Blibli, mengatakan bahwa pihaknya mengajak pengunjung untuk mendukung ekonomi sirkular dengan pengelolaan sampah yang baik. Terlebih, dalam waktu dekat kita akan memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni 2023.
Ridwan menyampaikan bahwa untuk mendukung kesuksesan kampanye ini, pihaknya menggandeng beberapa stakeholder lain, termasuk Greeners. Dirinya berharap gerakan ini bisa makin mengedukasi para penonton yang hadir tentang pentingnya pengurangan sampah dan pengelolaan yang lebih baik.
“Movement kami adalah Less Waste More Jazz, di mana penonton yang hadir di festival akan ikut berpartisipasi memilah sampah dan meletakannya di tempat yang seharusnya,” ungkap Ridwan.
Berdasarkan pantauan Hypeabis.id, sejumlah tempat sampah berukuran besar telah ditempatkan di sudut-sudut strategis area JIExpo Kemayoran, tempat berlangsungnya acara BNI Java Jazz Festival. Dalam setiap spot tempat sampah tersebut, ada beberapa tong yang dibedakan berdasarkan jenis sampah.
Untuk tong berwarna hijau, dikhususkan untuk sampah organik. Tong oranye, dikhususkan untuk sampah daur ulang. Lalu, tong biru untuk sampah kertas, tong abu-abu untuk sampah residu, dan tong sampah merah untuk sampah B3.
Sebagai informasi, sampai saat ini pencapaian pengelolaan sampah di Indonesia memang masih naik turun. Namun, beberapa jenis sampah tercatat masih menjadi langganan ke dalam tiga besar menyumbang tumpukan dan sulit dikendalikan.
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional pada 2022 mencatat limbah padat sisa makanan dan plastik menempati urutan tertinggi menurut jenis sampah yang paling banyak ditemukan. Sumbangan limbah pangan mencapai 41,23 persen, sedangkan plastik 18,19 persen. Padahal, dua limbah padat ini sebenarnya punya potensi besar dalam menghasilkan nilai ekonomi tambahan jika mampu dikelola dengan baik.
Zaenal Abidin, Ahli Mineralogi, yang juga berfokus pada pengelolaan sampah dari IPB menyebutkan bahwa masalah terbesar di Indonesia adalah pemilahan di awal. Menurut dia, saat ini mayoritas sampah tidak terpilah dengan baik sehingga sebagian besar masuk ke dalam tempat pembuangan akhir (TPA).
Padahal, TPA seharusnya menjadi tempat bagi sampah yang tidak bisa diolah lagi. Adapun bagi sampah yang masih memiliki nilai manfaat, seharusnya dipisah dan dikelola secara lebih bijak. Zaenal lantas membandingkan dengan pengelolaan limbah di Jepang.
Negeri Sakura itu punya sistem pengelolaan limbah lebih baik bukan hanya karena memiliki skema di bagian hilir yang kuat, melainkan juga mempunyai sistem di hulu yang telah terstruktur. Alhasil, ekonomi sirkular bisa terbentuk dengan baik.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
BNI Java Jazz Festival bisa dibilang menjadi salah satu festival yang punya fokus dalam pengelolaan sampah selama acaranya berlangsung. festival yang telah eksis sejak 2005 ini menerapkan konsep zero waste event. Mereka menamai gerakan ini dengan sebutan Less Waste More Jazz.
Baca juga: Hari Ketiga BNI Java Jazz Festival 2023, Endah N Rhesa Tampil Memukau dengan Formasi Extended
Secara sederhana, gerakan ini adalah sebuah kampenye yang menitikberatkan pada unsur keberlanjutan sebuah konser. Gerakan ini juga ingin mengedukasi ribuan penonton yang hadir tentang pengurangan dan pengelolaan sampah. Tujuanya adalah agar sampah-sampah yang ada di sebuah festival bisa dipilah terlebih dahulu dengan baik.
Jadi, sampah-sampah yang bertipe daur ulang bisa dipisahkan dengan sampah residu yang sudah tidak bisa dikelola lagi. Dengan demikian, angka sampah yang masuk ke TPA akan berkurang karena proses daur ulang menjadi lebih maksimal. Di sisi lain, sampah-sampah jenis organik juga bisa dimanfaatkan menjadi sebuah kompos.
Lay Ridwan Gautama, EVP of Digitial and Automotive Category Blibli, mengatakan bahwa pihaknya mengajak pengunjung untuk mendukung ekonomi sirkular dengan pengelolaan sampah yang baik. Terlebih, dalam waktu dekat kita akan memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni 2023.
Ridwan menyampaikan bahwa untuk mendukung kesuksesan kampanye ini, pihaknya menggandeng beberapa stakeholder lain, termasuk Greeners. Dirinya berharap gerakan ini bisa makin mengedukasi para penonton yang hadir tentang pentingnya pengurangan sampah dan pengelolaan yang lebih baik.
“Movement kami adalah Less Waste More Jazz, di mana penonton yang hadir di festival akan ikut berpartisipasi memilah sampah dan meletakannya di tempat yang seharusnya,” ungkap Ridwan.
(Sumber: Hypeabis.id/Arief Himawan P)
Untuk tong berwarna hijau, dikhususkan untuk sampah organik. Tong oranye, dikhususkan untuk sampah daur ulang. Lalu, tong biru untuk sampah kertas, tong abu-abu untuk sampah residu, dan tong sampah merah untuk sampah B3.
Sebagai informasi, sampai saat ini pencapaian pengelolaan sampah di Indonesia memang masih naik turun. Namun, beberapa jenis sampah tercatat masih menjadi langganan ke dalam tiga besar menyumbang tumpukan dan sulit dikendalikan.
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional pada 2022 mencatat limbah padat sisa makanan dan plastik menempati urutan tertinggi menurut jenis sampah yang paling banyak ditemukan. Sumbangan limbah pangan mencapai 41,23 persen, sedangkan plastik 18,19 persen. Padahal, dua limbah padat ini sebenarnya punya potensi besar dalam menghasilkan nilai ekonomi tambahan jika mampu dikelola dengan baik.
Zaenal Abidin, Ahli Mineralogi, yang juga berfokus pada pengelolaan sampah dari IPB menyebutkan bahwa masalah terbesar di Indonesia adalah pemilahan di awal. Menurut dia, saat ini mayoritas sampah tidak terpilah dengan baik sehingga sebagian besar masuk ke dalam tempat pembuangan akhir (TPA).
Padahal, TPA seharusnya menjadi tempat bagi sampah yang tidak bisa diolah lagi. Adapun bagi sampah yang masih memiliki nilai manfaat, seharusnya dipisah dan dikelola secara lebih bijak. Zaenal lantas membandingkan dengan pengelolaan limbah di Jepang.
Negeri Sakura itu punya sistem pengelolaan limbah lebih baik bukan hanya karena memiliki skema di bagian hilir yang kuat, melainkan juga mempunyai sistem di hulu yang telah terstruktur. Alhasil, ekonomi sirkular bisa terbentuk dengan baik.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.