Hindari Overfeeding, Begini Aturan Makan Anak yang Disarankan
12 June 2023 |
16:01 WIB
Tak sedikit ibu yang beranggapan bahwa anak harus diberi banyak makan supaya gemuk dan sehat. Namun faktanya, pemberian ASI atau MPASI (Makanan Pendamping ASI) yang berlebihan bisa berbahaya untuk kesehatannya. Kondisi ini dikenal dengan istilah overfeeding.
Natia Anjarsari Widyati, dokter spesialis anak dari Brawijaya Hospital Antasari menyebutkan sejumlah penyebab overfeeding dipengaruhi oleh pemberian ASI yang kurang tepat. Menurutnya, overfeeding sering terjadi pada bayi yang diberi susu lewat botol.
Baca juga: Penyebab Anak Susah Makan dan Sering GTM, Begini Kiat-kiat Mengatasinya
"Biasanya kalau minum susu dengan botol, orang tua cenderung ingin memberikan sebanyak mungkin, atau harus habis sebotol penuh," kata dr. Natia.
Da juga berujar, banyak ibu yang memilih botol susu berukuran besar supaya anak kenyang. Padahal lebih baik ukuran botol disesuaikan dengan kebutuhan minum bayi. Ini karena aliran air pada botol susu lebih deras dan susah terkontrol, sehingga anak bisa tersedak dan kekenyangan.
Natia memaparkan, bayi yang menyusui langsung melalui payudara (direct breastfeeding) lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami overfeeding. Karena aliran ASI-nya lebih konstan dan terkontrol.
"Kalau minum [ASI] pelan-pelan dengan aliran yang konstan, bayi akan merasakan sensasi kenyang," ujarnya.
Selain itu, tanda-tanda anak sudah kenyang juga lebih mudah dikenali saat menyusui langsung, biasanya dia akan berhenti menyusu dengan sendirinya kalau sudah merasa cukup.
Supaya anak tidak kekenyangan dan menghindari terjadinya pemberian makan yang berlebihan. Ibu harus mengatur jadwal makan dan minum susu untuk anak. Misalnya untuk anak di atas enam bulan, ibu bisa menerapkan aturan makan berikut ini.
Ibu juga jangan lupa untuk mengatur asupan ASI-nya, berikan menjelang tidur siang atau malam. Jangan sampai anak tidur sampai pagi tanpa disusui sama sekali, sebab dia masih membutuhkan nutrisi dari ASI sampai usianya di atas satu tahun.
Bayi usia 0-6 bulan, 100 persen nutrisinya berasal dari susu, setelah 6-9 bulan nutrisinya 70 persen masih dari susu dan 30 persen MPASI. Sedangkan usia sembilan bulan sampai satu tahun pemberian ASI dan MPASI perbandingannya 50-50, setelah usianya di atas satu tahun nutrisinya 30 persen susu dan 70 persen makanan keluarga.
Pada anak yang lebih besar overfeeding juga sering terjadi, salah satu penyebabnya adalah anak sulit mengenali rasa kenyang sehingga terus menerus minta makan.
Hesty Novitasari, Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Ruang Tumbuh mengatakan bahwa perilaku makan seseorang berkaitan dengan kondisi psikologisnya. Menurutnya makan tidak hanya sekedar memasukan sesuatu ke mulut, tetapi juga ada unsur perilaku di sana.
"Di dalam diri kita ada yang namanya penginderaan interoseptif yang bekerja seperti mesin scanner dalam tubuh saat merasa lapar atau haus," katanya.
Terkadang beberapa anak kesulitan dalam mengkomunikasikan apa yang terjadi dalam tubuhnya, sehingga membuatnya tidak menyadari kapan dia merasa lapar dan kenyang.
"Saat lapar, dia hanya merasa ada sesuatu yang tidak nyaman dalam tubuhnya. Sehingga anak beranggapan, dengan makan dia akan merasa lebih nyaman," kata Hesty.
Hesty menyarankan, supaya anak tidak makan terus-terusan, ibu dapat mengalihkan perhatian anak ke aktivitas lain dan ingatkan tentang risiko obesitas yang bisa membahayakan kesehatannya.
“Sebisa mungkin ajak anak untuk melakukan kegiatan yang aktif seperti bermain dan olahraga bersama di rumah,” ujar Hesty.
Baca juga: Si Kecil Masuk Fase MPASI, Perhatikan 5 Hal Ini Ya Moms
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Natia Anjarsari Widyati, dokter spesialis anak dari Brawijaya Hospital Antasari menyebutkan sejumlah penyebab overfeeding dipengaruhi oleh pemberian ASI yang kurang tepat. Menurutnya, overfeeding sering terjadi pada bayi yang diberi susu lewat botol.
Baca juga: Penyebab Anak Susah Makan dan Sering GTM, Begini Kiat-kiat Mengatasinya
"Biasanya kalau minum susu dengan botol, orang tua cenderung ingin memberikan sebanyak mungkin, atau harus habis sebotol penuh," kata dr. Natia.
Da juga berujar, banyak ibu yang memilih botol susu berukuran besar supaya anak kenyang. Padahal lebih baik ukuran botol disesuaikan dengan kebutuhan minum bayi. Ini karena aliran air pada botol susu lebih deras dan susah terkontrol, sehingga anak bisa tersedak dan kekenyangan.
Natia memaparkan, bayi yang menyusui langsung melalui payudara (direct breastfeeding) lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami overfeeding. Karena aliran ASI-nya lebih konstan dan terkontrol.
"Kalau minum [ASI] pelan-pelan dengan aliran yang konstan, bayi akan merasakan sensasi kenyang," ujarnya.
Selain itu, tanda-tanda anak sudah kenyang juga lebih mudah dikenali saat menyusui langsung, biasanya dia akan berhenti menyusu dengan sendirinya kalau sudah merasa cukup.
Supaya anak tidak kekenyangan dan menghindari terjadinya pemberian makan yang berlebihan. Ibu harus mengatur jadwal makan dan minum susu untuk anak. Misalnya untuk anak di atas enam bulan, ibu bisa menerapkan aturan makan berikut ini.
- Makan pagi jam 08.00
- Camilan jam 10.00
- Makan siang jam 13.00
- Camilan jam 15.00
- Makan sore jam 17.00
Ilustrasi anak. (Sumber foto: Pexels/Vanessa Loring)
Bayi usia 0-6 bulan, 100 persen nutrisinya berasal dari susu, setelah 6-9 bulan nutrisinya 70 persen masih dari susu dan 30 persen MPASI. Sedangkan usia sembilan bulan sampai satu tahun pemberian ASI dan MPASI perbandingannya 50-50, setelah usianya di atas satu tahun nutrisinya 30 persen susu dan 70 persen makanan keluarga.
Pada anak yang lebih besar overfeeding juga sering terjadi, salah satu penyebabnya adalah anak sulit mengenali rasa kenyang sehingga terus menerus minta makan.
Hesty Novitasari, Psikolog Klinis Anak dan Remaja dari Ruang Tumbuh mengatakan bahwa perilaku makan seseorang berkaitan dengan kondisi psikologisnya. Menurutnya makan tidak hanya sekedar memasukan sesuatu ke mulut, tetapi juga ada unsur perilaku di sana.
"Di dalam diri kita ada yang namanya penginderaan interoseptif yang bekerja seperti mesin scanner dalam tubuh saat merasa lapar atau haus," katanya.
Terkadang beberapa anak kesulitan dalam mengkomunikasikan apa yang terjadi dalam tubuhnya, sehingga membuatnya tidak menyadari kapan dia merasa lapar dan kenyang.
"Saat lapar, dia hanya merasa ada sesuatu yang tidak nyaman dalam tubuhnya. Sehingga anak beranggapan, dengan makan dia akan merasa lebih nyaman," kata Hesty.
Hesty menyarankan, supaya anak tidak makan terus-terusan, ibu dapat mengalihkan perhatian anak ke aktivitas lain dan ingatkan tentang risiko obesitas yang bisa membahayakan kesehatannya.
“Sebisa mungkin ajak anak untuk melakukan kegiatan yang aktif seperti bermain dan olahraga bersama di rumah,” ujar Hesty.
Baca juga: Si Kecil Masuk Fase MPASI, Perhatikan 5 Hal Ini Ya Moms
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.