Jemaah Haji Lansia Terserang Infeksi Paru Hingga Pikun Akut, Simak 7 Cara Mencegahnya
08 June 2023 |
17:09 WIB
Jemaah haji lansia yang sedang menjalani ibadah haji di Arab Saudi rentan mengalami sejumlah penyakit. Kasus paling banyak yang dilaporkan yakni infeksi paru-paru, hingga mengharuskan mereka menjalani perawatan. Kondisi ini diperparah dengan adanya komorbid seperti jantung, stroke, maupun demensia atau pikun.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah, dr. Arfik Setyaningsih mengatakan gejala infeksi paru pada lansia tidak spesifik berupa batuk karena masalah perubahan imunitas. Perubahan imunitas jemaah haji lansia dapat dipengaruhi oleh proses penuaan, banyaknya penyakit kronis atau penyakit penyerta dan faktor eksternal seperti stres, kelelahan, dehidrasi, dan penyesuaian iklim.
Pada lansia, keluhan umumnya diawali dengan penurunan nafsu makan, lemas, kurang energik, tidak mau berinteraksi atau menyendiri, sering jatuh, rasa dingin. Kemudian gangguan kencing, nafas terasa berat, mudah lelah, mendadak lupa bahkan penurunan kesadaran.
“Beberapa pasien lansia yang kami rawat tidak selalu batuk namun hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien terkena infeksi paru-paru," ujar Arfik, dikutip Hypeabis.id, Kamis (8/6/2023).
Untuk penanganan infeksi paru pada lansia, dokter geriatri katanya akan berkolaborasi dengan dokter spesialis paru dan dokter spesialis lainnya jika ada penyakit kronis lain untuk menetapkan tujuan terapi kepada pasien tersebut. Saat terjadi infeksi paru-paru, langkah awal yang dilakukan yakni memberikan antibiotik, obat batuk, maupun oksigenasi.
Selain infeksi paru, Arfik menyebut kasus terbanyak lainnya yakni jemaah haji lansia sering menderita pikun atau penurunan daya ingat. Kondisi ini membuat mereka gelisah, marah-marah hingga mengamuk, tersesat di jalan, gangguan tidur, ada juga yang menjadi pendiam dan menyendiri, serta kebingungan.
“Selain infeksi paru, banyak ditemui kasus jemaah lansia pikun di Tanah Suci dimana sebelumnya di Tanah Air tidak mengalami hal ini," ungkapnya.
Arfik menjelaskan gangguan pikun akut yang dialami jemaah haji, dalam bahasa medis dikenal dengan istilah delirium. Ada juga kondisi yang sifatnya kronis yang lebih dikenal dengan istilah demensia.
Biasanya, penyakit ini sudah lama diidap pasien namun sering tidak dikenali gejalanya oleh keluarga maupun tenaga kesehatan. Perburukan kondisi sering dialami jemaah haji saat sudah tiba di Tanah Suci.
Arfik menerangkan, kondisi penurunan daya ingat disebabkan jemaah lansia mengalami disorientasi atau gangguan penyesuaian yang bisa disebabkan oleh perbedaan cuaca yang ekstrim, suasana pesawat terbang, hotel, masjid dan lingkungan di Tanah Suci. Orang sekitar seperti tidak adanya pendampingan dari keluarga, gagal adaptasi dengan rombongan kloter juga menjadi beberapa penyebabnya.
Selain itu kondisi dehidrasi, gangguan elektrolit, infeksi, gangguan atau kekurangan nutrisi, penyakit kronis yang tidak terkontrol baik, banyaknya konsumsi obat yang tidak tepat indikasinya, gangguan penglihatan dan pendengaran, juga dapat mencetuskan kondisi tersebut.
Menurutnya, jemaah usia lanjut yang mulai pikun harus ada monitoring sendiri. Jemaah haji lansia dengan penurunan daya ingat dan memiliki penyakit penyerta perlu pendampingan yang lebih ketat.
"Jemaah haji Lansia yang mulai mengalami penurunan daya ingat, penting untuk selalu didampingi dan dimonitor tersendiri terkait kondisinya serta pemeriksaan dokter ahli,” tuturnya.
Baca juga: Harun bin Senar, Jemaah Haji Tertua dari Indonesia Berusia 119 Tahun
Jemaah haji lansia dengan gangguan penurunan daya ingatan selain pendampingan, menurutnya juga perlu bersosialisasi dan sering diajak bicara agar dapat merangsang stimulasi kognitifnya. Mereka perlu dihindarkan dengan faktor pemicu karena penurunan daya ingat dapat timbul kembali.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di Makkah, dr. Arfik Setyaningsih mengatakan gejala infeksi paru pada lansia tidak spesifik berupa batuk karena masalah perubahan imunitas. Perubahan imunitas jemaah haji lansia dapat dipengaruhi oleh proses penuaan, banyaknya penyakit kronis atau penyakit penyerta dan faktor eksternal seperti stres, kelelahan, dehidrasi, dan penyesuaian iklim.
Pada lansia, keluhan umumnya diawali dengan penurunan nafsu makan, lemas, kurang energik, tidak mau berinteraksi atau menyendiri, sering jatuh, rasa dingin. Kemudian gangguan kencing, nafas terasa berat, mudah lelah, mendadak lupa bahkan penurunan kesadaran.
“Beberapa pasien lansia yang kami rawat tidak selalu batuk namun hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien terkena infeksi paru-paru," ujar Arfik, dikutip Hypeabis.id, Kamis (8/6/2023).
Untuk penanganan infeksi paru pada lansia, dokter geriatri katanya akan berkolaborasi dengan dokter spesialis paru dan dokter spesialis lainnya jika ada penyakit kronis lain untuk menetapkan tujuan terapi kepada pasien tersebut. Saat terjadi infeksi paru-paru, langkah awal yang dilakukan yakni memberikan antibiotik, obat batuk, maupun oksigenasi.
Selain infeksi paru, Arfik menyebut kasus terbanyak lainnya yakni jemaah haji lansia sering menderita pikun atau penurunan daya ingat. Kondisi ini membuat mereka gelisah, marah-marah hingga mengamuk, tersesat di jalan, gangguan tidur, ada juga yang menjadi pendiam dan menyendiri, serta kebingungan.
“Selain infeksi paru, banyak ditemui kasus jemaah lansia pikun di Tanah Suci dimana sebelumnya di Tanah Air tidak mengalami hal ini," ungkapnya.
Arfik menjelaskan gangguan pikun akut yang dialami jemaah haji, dalam bahasa medis dikenal dengan istilah delirium. Ada juga kondisi yang sifatnya kronis yang lebih dikenal dengan istilah demensia.
Biasanya, penyakit ini sudah lama diidap pasien namun sering tidak dikenali gejalanya oleh keluarga maupun tenaga kesehatan. Perburukan kondisi sering dialami jemaah haji saat sudah tiba di Tanah Suci.
Ilustrasi jemaah lansia (sumber:Bisnis.com)
Arfik menerangkan, kondisi penurunan daya ingat disebabkan jemaah lansia mengalami disorientasi atau gangguan penyesuaian yang bisa disebabkan oleh perbedaan cuaca yang ekstrim, suasana pesawat terbang, hotel, masjid dan lingkungan di Tanah Suci. Orang sekitar seperti tidak adanya pendampingan dari keluarga, gagal adaptasi dengan rombongan kloter juga menjadi beberapa penyebabnya.
Selain itu kondisi dehidrasi, gangguan elektrolit, infeksi, gangguan atau kekurangan nutrisi, penyakit kronis yang tidak terkontrol baik, banyaknya konsumsi obat yang tidak tepat indikasinya, gangguan penglihatan dan pendengaran, juga dapat mencetuskan kondisi tersebut.
Menurutnya, jemaah usia lanjut yang mulai pikun harus ada monitoring sendiri. Jemaah haji lansia dengan penurunan daya ingat dan memiliki penyakit penyerta perlu pendampingan yang lebih ketat.
"Jemaah haji Lansia yang mulai mengalami penurunan daya ingat, penting untuk selalu didampingi dan dimonitor tersendiri terkait kondisinya serta pemeriksaan dokter ahli,” tuturnya.
Baca juga: Harun bin Senar, Jemaah Haji Tertua dari Indonesia Berusia 119 Tahun
Jemaah haji lansia dengan gangguan penurunan daya ingatan selain pendampingan, menurutnya juga perlu bersosialisasi dan sering diajak bicara agar dapat merangsang stimulasi kognitifnya. Mereka perlu dihindarkan dengan faktor pemicu karena penurunan daya ingat dapat timbul kembali.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.