Futsal Dianggap Sebagai Olahraga yang Lebih Rentan Bikin Cedera Anak-anak
07 June 2023 |
19:21 WIB
Futsal, olahraga yang belakangan digemari banyak orang ini ternyata dianggap tidak cocok dimainkan oleh anak-anak. Sebab, olahraga yang mirip sepak bola tetapi versi mini ini lebih rentan membuat anak-anak cedera parah, dan dapat memengaruhi masa depannya.
Arif Soemarjono, Dokter rehabilitasi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia mengatakan bahwa futsal merupakan olahraga yang memiliki risiko cedera cukup tinggi. Dibandingkan sepak bola, futsal jauh lebih berbahaya jika dilihat dari potensi seseorang terkena cedera.
Baca juga: Aturan Minum Air saat Olahraga Lari Supaya Tubuh Tidak Dehidrasi
Ukuran lapangan yang jauh lebih kecil membuat potensi gesekan antarpemain jadi lebih sering terjadi. Dengan tensi yang tinggi, bukan tidak mungkin ada upaya-upaya lain yang dilakukan untuk merebut bola dan membuat risiko cedera meningkat tajam.
Lapangan yang kecil juga membuat pergerakan pemain lebih cepat. Mereka perlu berpindah dan membawa bola dalam tensi yang buru-buru agar tidak direbut oleh lawan.
Hal itu berbeda dengan sepak bola, yang mana lebar lapangannya lebih luas. Para pemain pun bebas bergerak dan bermanuver tanpa harus terlalu sering bertabrakan dengan lawan, meski risiko cedera tentu masih tetap ada.
“Saya menganjurkan kepada guru-guru di sekolah dasar maupun menengah bahwa olahraga futsal ini sebaiknya jangan diberikan. Sebab, banyak menimbulkan cedera,” ungkap Arif.
Risiko yang tinggi itu membuat dokter rehabilitasi medik ini menyebut futsal sebenarnya bukan olahraga yang cocok bagi anak-anak. Olahraga ini lebih tepat jika dimainkan pada usia remaja hingga dewasa.
Arif hanya menyayangkan jika ada cedera parah yang dialami oleh anak-anak pada usia emasnya. Saat mereka bisa berkembang dan menjadi lebih baik, tetapi kemudian muncul cedera yang justru akan menghambat kariernya ke depan.
Bukan sekali dua kali, Arif menyebut dirinya kerap menerima pasien yang mengalami cedera cukup parah dari bermain futsal. Mirisnya, mereka masih berada di kelas 4 SD atau 5 SD.
Ada beberapa cedera parah yang bisa timbul akibat bermain futsal bagi anak-anak. Mulai dari urat atau ligamen yang putus, cedera di bantalan sendi, hingga cedera di tulang rawan. Ya, risiko benturan keras saat bermain futsal membuat olahraga ini bisa menimbulkan cedera yang berisiko bagi masa depannya.
Jika sudah mengalami cedera tersebut, umumnya akan terjadi pembengkakan dan menghambat pergerakan anak. Fungsi kaki jadi tidak berfungsi lebih baik dibanding sebelumnya.
Terlebih, pada beberapa kasus, orang tua kerap kali membawa kondisi cedera tersebut dalam keadaan terlambat. Sebab, beberapa orang tua lebih mempercayai pengobatan alternatif, seperti pijatan atau urutan.
Padahal, cedera yang timbul itu memiliki penyebab yang bermacam-macam. Ada beberapa penyebab cedera yang sebenarnya tidak boleh dilakukan pemijatan atau pengurutan. Misalnya, seperti ligamen yang robek. Jika dilakukan pijatan, justru robekan itu bisa makin besar.
Dari yang tadinya cederanya masih ringan, kemudian berubah menjadi berat karena salah penanganan. Bahkan, jika sudah menyentuh gangguan tulang rawan, bisa berujung pada penggantian sendi.
Oleh karena itu, Arif menyarankan agar orang tua mulai memperhatikan jenis olahraga yang sedang dilakukan oleh anak-anak. Jika olahraga tersebut sangat berisiko, lebih baik mencari alternatif lainnya. Namun, jika dilakukan dalam konteks bermain dan bukan kompetisi, sebenarnya sesekali dilakukan juga tidak terlalu bermasalah.
Selain itu, pastikan juga anak-anak mengerti tentang pentingnya pemanasan sebelum berolahraga. Bukan sekadar asal gerak, pemanasan juga perlu dilakukan secara baik sehingga tubuh lebih siap sebelum melakukan aktivitas fisik berat seperti olahraga.
“Intinya melakukan olahraga jangan berdasarkan tren. Sesuaikan saja jenis olahraga dengan tujuan, misalnya ingin sehat atau ingin membentuk otot, maka pemilihan olahraganya bisa menyesuaikan hal tersebut,” imbuhnya.
Baca juga: Latih Fisik & Mental, Kenali Serba-serbi Olahraga Muay Thai
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Arif Soemarjono, Dokter rehabilitasi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia mengatakan bahwa futsal merupakan olahraga yang memiliki risiko cedera cukup tinggi. Dibandingkan sepak bola, futsal jauh lebih berbahaya jika dilihat dari potensi seseorang terkena cedera.
Baca juga: Aturan Minum Air saat Olahraga Lari Supaya Tubuh Tidak Dehidrasi
Ukuran lapangan yang jauh lebih kecil membuat potensi gesekan antarpemain jadi lebih sering terjadi. Dengan tensi yang tinggi, bukan tidak mungkin ada upaya-upaya lain yang dilakukan untuk merebut bola dan membuat risiko cedera meningkat tajam.
Lapangan yang kecil juga membuat pergerakan pemain lebih cepat. Mereka perlu berpindah dan membawa bola dalam tensi yang buru-buru agar tidak direbut oleh lawan.
Hal itu berbeda dengan sepak bola, yang mana lebar lapangannya lebih luas. Para pemain pun bebas bergerak dan bermanuver tanpa harus terlalu sering bertabrakan dengan lawan, meski risiko cedera tentu masih tetap ada.
“Saya menganjurkan kepada guru-guru di sekolah dasar maupun menengah bahwa olahraga futsal ini sebaiknya jangan diberikan. Sebab, banyak menimbulkan cedera,” ungkap Arif.
Ilustrasi olahraga futsal (Sumber gambar: Freepik)
Arif hanya menyayangkan jika ada cedera parah yang dialami oleh anak-anak pada usia emasnya. Saat mereka bisa berkembang dan menjadi lebih baik, tetapi kemudian muncul cedera yang justru akan menghambat kariernya ke depan.
Bukan sekali dua kali, Arif menyebut dirinya kerap menerima pasien yang mengalami cedera cukup parah dari bermain futsal. Mirisnya, mereka masih berada di kelas 4 SD atau 5 SD.
Ada beberapa cedera parah yang bisa timbul akibat bermain futsal bagi anak-anak. Mulai dari urat atau ligamen yang putus, cedera di bantalan sendi, hingga cedera di tulang rawan. Ya, risiko benturan keras saat bermain futsal membuat olahraga ini bisa menimbulkan cedera yang berisiko bagi masa depannya.
Jika sudah mengalami cedera tersebut, umumnya akan terjadi pembengkakan dan menghambat pergerakan anak. Fungsi kaki jadi tidak berfungsi lebih baik dibanding sebelumnya.
Terlebih, pada beberapa kasus, orang tua kerap kali membawa kondisi cedera tersebut dalam keadaan terlambat. Sebab, beberapa orang tua lebih mempercayai pengobatan alternatif, seperti pijatan atau urutan.
Padahal, cedera yang timbul itu memiliki penyebab yang bermacam-macam. Ada beberapa penyebab cedera yang sebenarnya tidak boleh dilakukan pemijatan atau pengurutan. Misalnya, seperti ligamen yang robek. Jika dilakukan pijatan, justru robekan itu bisa makin besar.
Dari yang tadinya cederanya masih ringan, kemudian berubah menjadi berat karena salah penanganan. Bahkan, jika sudah menyentuh gangguan tulang rawan, bisa berujung pada penggantian sendi.
Oleh karena itu, Arif menyarankan agar orang tua mulai memperhatikan jenis olahraga yang sedang dilakukan oleh anak-anak. Jika olahraga tersebut sangat berisiko, lebih baik mencari alternatif lainnya. Namun, jika dilakukan dalam konteks bermain dan bukan kompetisi, sebenarnya sesekali dilakukan juga tidak terlalu bermasalah.
Selain itu, pastikan juga anak-anak mengerti tentang pentingnya pemanasan sebelum berolahraga. Bukan sekadar asal gerak, pemanasan juga perlu dilakukan secara baik sehingga tubuh lebih siap sebelum melakukan aktivitas fisik berat seperti olahraga.
“Intinya melakukan olahraga jangan berdasarkan tren. Sesuaikan saja jenis olahraga dengan tujuan, misalnya ingin sehat atau ingin membentuk otot, maka pemilihan olahraganya bisa menyesuaikan hal tersebut,” imbuhnya.
Baca juga: Latih Fisik & Mental, Kenali Serba-serbi Olahraga Muay Thai
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.