Berisiko Picu Depresi, Begini Cara Cegah Obesitas Pada Anak
03 June 2023 |
10:09 WIB
Anak obesitas kerap kali membuat cemas. Kondisi penumpukan lemak ini bukan hanya berpengaruh buruk bagi kesehatan fisik, tapi juga mental mereka. Sayangnya, tanda-tanda kelebihan berat badan itu tidak disadari anak dan kerap diabaikan para orang tua.
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi obesitas anak telah mencapai 12,7 persen di antara anak usia 2 hingga 5 tahun. Kemudian 20,7 persen di antara anak usia 6 hingga 11 tahun, dan 22,2 persen di antara anak usia 12 hingga 19 tahun. Hal tersebut membuat obesitas menjadi permasalahan yang serius untuk anak-anak. Ditambah kondisi ini seringkali dibiarkan.
Baca juga: Ini Akibat Anak Susah Makan Sayur, Salah Satunya Risiko Obesitas
Menurut Konsultan Endokrinologi Anak Eka Hospital Cibubur dr. Dana Nur Prihadi, makin sering diabaikan, obesitas berisiko menimbulkan banyak masalah kesehatan di masa depan. Obesitas dapat berisiko menyebabkan masalah kesehatan fisik pada anak. Beberapa gangguan kesehatan tersebut bahkan bisa mereka idap hingga mereka dewasa nanti.
Mereka berisiko terkena asma, apnea tidur, diabetes tipe 2, darah tinggi (hipertensi), lolesterol tinggi, dan penyakit jantung. “Obesitas juga memiliki risiko gangguan kesehatan mental, seperti bullying, rasa percaya diri yang rendah, hingga depresi,” sebutnya dikutip Hypeabis.id, Sabtu (3/5/2023).
Oleh karena itu, para orang tua harus waspada dan peduli terhadap gejala obesitas pada anak. Gejalanya cukup bervariasi dan tidak menentu, karena tidak semua anak yang kelebihan berat badan dikategorikan sebagai obesitas.
Dana menyampaikan obesitas baru bisa didiagnosa oleh dokter dengan menghitung indeks massa tubuh menggunakan rumus, serta melihat usia, dan kesehatan fisik anak. Namun, anak-anak yang memiliki obesitas mungkin akan menunjukan beberapa gejala yang bisa diaspadai, seperti sesak napas, postur tubuh yang buruk, mendengkur saat tidur, sakit punggung, gampang lelah, dan mudah berkeringat.
Sementara itu, Dana menjabarkan obesitas bisa disebabkan oleh genetik. Jika kamu atau keluarga memiliki riwayat obesitas, maka ada kemungkinan bahwa anak juga akan mengalami obesitas, terutama jika keluarga kamu terbiasa dengan gaya hidup yang tidak sehat.
Penyebab berikutnya, pola makan yang tidak teratur. Anak akan memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami obesitas jika mereka memiliki pola makan yang tak teratur sejak dini. Makanan tinggi akan kalori, gula, hingga lemak dapat meningkatkan risiko anak dalam mengidap obesitas.
Kemudian kurangnya aktivitas fisik. Cara yang paling efektif untuk membakar kalori berlebih adalah dengan melakukan aktivitas fisik. Dengan demikian, jika anak tidak terbiasa untuk melakukan aktivitas fisik, ini dapat meningkatkan risiko mereka untuk mengidap obesitas.
Pengaruh psikologis juga bisa menyebabkan anak mengalami obesitas. Anak dengan kondisi psikologis yang terganggu bisa saja mengembangkan kebiasaan yang bisa menyebabkan obesitas. Penelitian mengungkap anak yang memiliki tingkat stres dan kecemasan tinggi bisa saja membuat mekanisme menenangkan diri dengan mengkonsumsi makanan berlebih yang dapat meningkatkan risiko obesitas.
Sebelum obesitas terjadi, maka pencegahan menjadi langkah paling penting dilakukan. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan para orang tua.
Pertama, orang tua harus bisa menjadi contoh yang baik. Anak biasanya meniru apa yang orangtuanya lakukan, sehingga dengan memberikan mereka contoh gaya hidup yang baik, anak mungkin akan meniru apa yang kamu lakukan.
Kedua, memastikan jadwal tidur teratur. Jadwal tidur yang tidak teratur diketahui dapat mengganggu hormon dan meningkatkan rasa lapar. Pastikan anak mendapatkan tidur cukup untuk mengurangi rasa lapar yang berlebihan dan menyebabkan kelebihan berat badan.
Ketiga, kenalkan dengan makanan baru. Menurut Dana, kebanyakan anak memiliki masalah dalam makanan karena mereka tidak terbiasa dengan makanan baru. “Perkenalkan mereka pada makanan lain untuk membiasakan indra pengecap mereka terbiasa dengan makanan lain,” tuturnya.
Terakhir, perhatikan asupan kalori. Pastikan kamu untuk selalu memperhatikan asupan kalori yang mereka dapatkan dalam sehari untuk mengontrol berat badan si kecil. Kamu bisa mengonsultasikan hal ini dengan dokter anak untuk hasil yang maksimal.
“Obesitas merupakan kondisi yang dapat berlangsung hingga jangka panjang, dan jika tidak segera ditangani, maka akan sangat mengganggu kesehatan sang buah hati,” tegas Dana.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi obesitas anak telah mencapai 12,7 persen di antara anak usia 2 hingga 5 tahun. Kemudian 20,7 persen di antara anak usia 6 hingga 11 tahun, dan 22,2 persen di antara anak usia 12 hingga 19 tahun. Hal tersebut membuat obesitas menjadi permasalahan yang serius untuk anak-anak. Ditambah kondisi ini seringkali dibiarkan.
Baca juga: Ini Akibat Anak Susah Makan Sayur, Salah Satunya Risiko Obesitas
Menurut Konsultan Endokrinologi Anak Eka Hospital Cibubur dr. Dana Nur Prihadi, makin sering diabaikan, obesitas berisiko menimbulkan banyak masalah kesehatan di masa depan. Obesitas dapat berisiko menyebabkan masalah kesehatan fisik pada anak. Beberapa gangguan kesehatan tersebut bahkan bisa mereka idap hingga mereka dewasa nanti.
Mereka berisiko terkena asma, apnea tidur, diabetes tipe 2, darah tinggi (hipertensi), lolesterol tinggi, dan penyakit jantung. “Obesitas juga memiliki risiko gangguan kesehatan mental, seperti bullying, rasa percaya diri yang rendah, hingga depresi,” sebutnya dikutip Hypeabis.id, Sabtu (3/5/2023).
Oleh karena itu, para orang tua harus waspada dan peduli terhadap gejala obesitas pada anak. Gejalanya cukup bervariasi dan tidak menentu, karena tidak semua anak yang kelebihan berat badan dikategorikan sebagai obesitas.
Dana menyampaikan obesitas baru bisa didiagnosa oleh dokter dengan menghitung indeks massa tubuh menggunakan rumus, serta melihat usia, dan kesehatan fisik anak. Namun, anak-anak yang memiliki obesitas mungkin akan menunjukan beberapa gejala yang bisa diaspadai, seperti sesak napas, postur tubuh yang buruk, mendengkur saat tidur, sakit punggung, gampang lelah, dan mudah berkeringat.
Sementara itu, Dana menjabarkan obesitas bisa disebabkan oleh genetik. Jika kamu atau keluarga memiliki riwayat obesitas, maka ada kemungkinan bahwa anak juga akan mengalami obesitas, terutama jika keluarga kamu terbiasa dengan gaya hidup yang tidak sehat.
Penyebab berikutnya, pola makan yang tidak teratur. Anak akan memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami obesitas jika mereka memiliki pola makan yang tak teratur sejak dini. Makanan tinggi akan kalori, gula, hingga lemak dapat meningkatkan risiko anak dalam mengidap obesitas.
Kemudian kurangnya aktivitas fisik. Cara yang paling efektif untuk membakar kalori berlebih adalah dengan melakukan aktivitas fisik. Dengan demikian, jika anak tidak terbiasa untuk melakukan aktivitas fisik, ini dapat meningkatkan risiko mereka untuk mengidap obesitas.
Pengaruh psikologis juga bisa menyebabkan anak mengalami obesitas. Anak dengan kondisi psikologis yang terganggu bisa saja mengembangkan kebiasaan yang bisa menyebabkan obesitas. Penelitian mengungkap anak yang memiliki tingkat stres dan kecemasan tinggi bisa saja membuat mekanisme menenangkan diri dengan mengkonsumsi makanan berlebih yang dapat meningkatkan risiko obesitas.
Ilustrasi bekal sekolah. (sumber foto: Pexels/Katerina Holmes)
Sebelum obesitas terjadi, maka pencegahan menjadi langkah paling penting dilakukan. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan para orang tua.
Pertama, orang tua harus bisa menjadi contoh yang baik. Anak biasanya meniru apa yang orangtuanya lakukan, sehingga dengan memberikan mereka contoh gaya hidup yang baik, anak mungkin akan meniru apa yang kamu lakukan.
Kedua, memastikan jadwal tidur teratur. Jadwal tidur yang tidak teratur diketahui dapat mengganggu hormon dan meningkatkan rasa lapar. Pastikan anak mendapatkan tidur cukup untuk mengurangi rasa lapar yang berlebihan dan menyebabkan kelebihan berat badan.
Ketiga, kenalkan dengan makanan baru. Menurut Dana, kebanyakan anak memiliki masalah dalam makanan karena mereka tidak terbiasa dengan makanan baru. “Perkenalkan mereka pada makanan lain untuk membiasakan indra pengecap mereka terbiasa dengan makanan lain,” tuturnya.
Terakhir, perhatikan asupan kalori. Pastikan kamu untuk selalu memperhatikan asupan kalori yang mereka dapatkan dalam sehari untuk mengontrol berat badan si kecil. Kamu bisa mengonsultasikan hal ini dengan dokter anak untuk hasil yang maksimal.
“Obesitas merupakan kondisi yang dapat berlangsung hingga jangka panjang, dan jika tidak segera ditangani, maka akan sangat mengganggu kesehatan sang buah hati,” tegas Dana.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.