Ilustrasi air bersih (Sumber gambar: Shttefan/Unsplash)

Duh, Riset Sebut Cuma 12 Persen Masyarakat RI yang Punya Akses Air Bersih

01 June 2023   |   11:30 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Sebagai negara kepulauan dengan kawasan laut yang luas dan potensi agraris yang besar, Indonesia memiliki cadangan air yang berlimpah. Menurut data dari Badan Pengembangan Nasional tahun 2022, Indonesia mengantongi pasokan air berlimpah dengan potensi 520 miliar m3 per tahun.

Indonesia dengan total 8.000 daerah aliran sungai, menurut studi yang sama juga menyebutkan bahwa ternyata hanya 12 persen dari populasi Indonesia yang memiliki akses terhadap air bersih dan aman. Akar penyebab masalah ini terletak pada kurang baiknya pengelolaan limbah domestik dan tingginya tingkat polusi.

Satu studi oleh Java Water Resources Strategic Studies (JWRSS) menemukan hanya 42,8 persen dari 51.372.661 rumah di Indonesia memiliki sistem pengelolaan limbah yang tepat, sedangkan 56,15 persen lainnya masih membuang limbah rumah tangga mereka langsung ke sungai. Aktivitas ini mengakibatkan polusi yang mencemarkan air tanah hampir di semua kota besar di pulau Jawa, di mana sebagian besar populasi Indonesia terpusat.

Sementara itu, satu studi oleh UNICEF pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa 70 persen dari 20.000 sumber air minum rumah tangga Indonesia terkontaminasi dengan tinja, sementara 10 dari 24 provinsi di Indonesia memiliki sumber air yang sangat terkontaminasi dengan bakteri E. coli dan zat berbahaya lainnya seperti coliform, klorin, dan logam berat termasuk merkuri, besi, dan arsenik.

Sumber-sumber air terkontaminasi ini dapat berdampak negatif pada kesehatan yang menyebabkan penyakit seperti diare, disentri, kolera, hepatitis A, keracunan timbal, polio, dan trachoma.

 

g

Indonesia memasuki kondisi urgensi penyediaan air bersih (Sumber gambar: Viessmann)


Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, keberadaan mata air dan air tanah pada saat ini terus berkurang. Pemakaian air tanah juga sudah harus mulai dibatasi atau bahkan dihentikan sehubungan dengan masalah penurunan muka tanah.

Namun, permasalahan air tidak hanya dari sisi kuantitas tapi juga dari sisi kualitas air yang banyak diakibatkan oleh pencemaran lingkungan. Salah satunya berkaitan dengan layanan akses sanitasi yang belum layak dan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Merespons kondisi tersebut, dibuatlah suatu kampanye seputar solusi untuk air terkontaminasi bertajuk #DihantuiTai, yang menyerukan para pemilik rumah di Indonesia untuk memiliki pengetahuan yang memadai tentang air, sanitasi, dan kebersihan. Para pemilik rumah harus memahami prosedur sanitasi yang tepat, termasuk standar konstruksi, manajemen septic tank, dan sistem pembuangan air limbah yang tersalurkan dengan baik.

Salah satu tantangan utama dalam meningkatkan akses ke sanitasi aman adalah kesadaran masyarakat yang rendah terhadap risiko kesehatan masyarakat akibat pengelolaan tangki septik yang tidak memadai dan frekuensi pengurasan tangki yang juga rendah. Masih banyak keluarga belum memahami pentingnya menghubungkan toilet dengan sistem pembuangan dengan pipa atau bahwa tangki septik perlu dibersihkan secara berkala.

Baca juga: 4 Karya Inovatif Pemenang Lexus Design Award 2023, Salah Satunya Jaket yang Bisa Ubah Kabut jadi Air Minum

Maxi mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI menyatakan untuk menjamin semua masyarakat mempunyai akses terhadap air minum yang layak dan aman, pemerintah Indonesia menargetkan 100 persen akses air minum layak dan 15 persen akses air minum aman pada tahun 2020-2024.

Dia juga mengimbau kepada masyarakat untuk bijak menggunakan air tanah dan menjaga kualitasnya dengan menghentikan praktik BABS terbuka dan terselubung. “Jaga dan sediakan akses air minum yang berkualitas sampai dengan point of use baik di rumah tangga maupun seluruh sasaran Tempat Fasilitas Umum, Tempat Kerja, Tempat Pariwisata serta lokasi strategis lainnya,” tuturnya.

Sementara itu, pandemi Covid-19 juga memberikan dampak kepada peningkatan pemakaian air domestik. Dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB Yuniati memaparkan studi kasus di Bandung pada April-Juni 2020 menunjukkan penggunaan air domestik sebesar 163/L/orang/hari untuk Kota Bandung dan Cimahi lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar untuk Indonesia yaitu sebesar 120/L/orang/hari.

"Peningkatan ini dikarenakan kegiatan di rumah yang meningkat sehingga penyediaan air bersih saat ini semakin urgent," jelasnya.

Lebih lanjut Yuniati memaparkan, saat ini sekitar 46 persen masyarakat Indonesia memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih. Namun, melalui survei air tanah dangkal untuk parameter Fe, Mn, COD, TDS dan E Coli di 10 lokasi di Jakarta diperoleh kondisi bahwa potensi pencemarannya semakin tinggi.

Melihat kondisi ini, dia mengatakan perlu dilakukan kerja sama antara perguruan tinggi dengan industri untuk mengembangkan teknologi penyediaan air minum skala komunal yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing, sehingga teknologi yang diciptakan bisa langsung digunakan di tempat.

Selain melalui teknologi, perubahan perilaku masyarakat juga sangat diperlukan. “Jika perlu anak TK dan SD diajak mengunjungi PDAM dan dijelaskan proses pembuatan air bersih dan besarnya effort yang diperlukan, sehingga anak-anak menjadi sadar dan lebih menghemat air sejak dini,” kata Yuniati.

Baca juga: Simak Fakta Penting & Cara Memperingati Hari Air Sedunia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Roni Yunianto
 

SEBELUMNYA

Selain Serial Jurnal Risa, Yuk Tonton 5 Film Horor dari Danur Universe

BERIKUTNYA

Cekidot! Ini Dia 11 Judul Film & Serial yang Tayang Juni 2023 di Prime Video

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: