Megatruh Banyu Mili menjadi salah satu koreografer yang akan tampil di Helatari 2023 (Sumber gambar: Megatruh Banyu Mili/Instagram)

Salihara Siap Gelar Helatari 2023, Cek 5 Jadwal & Sinopsis Pertunjukannya

29 May 2023   |   19:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Komunitas Salihara kembali menggelar festival mini Helatari, sebuah festival seni tari kontemporer dua tahunan yang menampilkan karya-karya tari baru dari Nusantara dan dunia. Acara ini menjadi penutup rangkaian program submisi Salihara setelah menggelar Salihara Jazz Buzz dan Helateater.

Tahun ini, Helatari akan menampilkan pertunjukan tiga koreografer yang lolos dalam proses seleksi undangan terbuka. Mereka adalah Megatruh Banyu Mili, Annastasya Verrina, dan Wayan Sumahardika.

Baca juga: Siniar Salihara Buat Diskusi Kiprah 4 Sastrawan Perempuan, Siti Rukiah hingga Toeti Heraty

Kurator Tari Komunitas Salihara Tony Prabowo mengatakan tiga koreografer ini memiliki kekuatannya masing-masing dan membawakan isu-isu yang relevan dengan masa kini seperti pendidikan, hingga batasan-batasan norma yang masih terlihat abu-abu di tengah masyarakat.

Konsep pertunjukan tari yang diusung koreografer Wayan Sumahardika misalnya, yang mengangkat konsep 'repertoar-arsip' sebagai ide dasarnya. Pertunjukannya terinspirasi video arsip Bali yang dibuat pada 1928 dengan menggunakan materi arsip karya tari Igel Jongkok oleh maestro penari Bali, I Ketut Marya.

Sebagai karya tari monumental pada zamannya, Igel Jongkok menjadi sumber gagasan Wayan untuk menguraikan percakapan jongkok dalam zaman kolonial serta persepsi masyarakat tentang jongkok pada era sekarang. 

Sementara itu, konsep koreografi yang disuguhkan oleh koreografer Megatruh dan Verina merupakan upaya menerjemahkan sebuah narasi tentang simpanan ingatan masa lalu dalam menjalankan aturan-aturan mengenai kedisiplinan, tentang norma, dan tentang apa yang dianggap baik-buruk.

Agenda Helatari akan diadakan pada 3-25 Juni 2023 di Teater Salihara. Selain menampilkan tiga koreografer terpilih, Komunitas Salihara juga akan menampilkan pertunjukan tari karya Olé Khamchanla dari Laos dan Yola Yulfianti dari Indonesia. Adapun, tiket Helatari bisa kalian dapatkan dengan harga Rp75.000 per pertunjukan, atau tiket bundling untuk 5 pertunjukan seharga Rp300.000.

Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah 5 pertunjukan tari yang akan digelar dalam Helatari 2023. 
 

1. Budi Bermain Boal-Megatruh Banyu Mili (Yogyakarta). 

Judul dalam pertunjukan ini diambil dari dua penanda peristiwa dalam pendidikan melalui sudut pandang yang berbeda. Premis karya ini adalah bagaimana sebuah idiom–sebagai bagian dari metode pendidikan–tanpa disadari memengaruhi pandangan dan perilaku sehari-hari. Premis ini kemudian diuraikan melalui kerja interdisiplin yang mengekstraksi tubuh (tari) dengan pendekatan teater ala Augusto Boal, sehingga memberi dimensi lain pada karya.

Sejak 2018 Megatruh mendalami tentang berbagai kasus dalam pola pendidikan. Hampir semua ruang pendidikan, mulai dari pendidikan formal hingga keluarga memiliki kasus yang sama, yaitu adanya sosok penguasa yang melakukan penyeragaman atau yang dalam konteks karya ini akan disebut sebagai pem-budi-an. Pendidikan dijadikan permainan bagi yang berkuasa seperti layaknya sebuah bola. Budi bermain bola. Adapun, pertunjukan ini akan dihelat pada 3 Juni 2023 pukul 20:00 WIB dan 4 Juni 2023 pukul 16:00 WIB.
 

Sumber gambar: Salihara

Sumber gambar: Salihara


2. Waktu Ku Kecil, Tidak Besar- Annastasya Verina (Surakarta). 

Karya ini memperlihatkan bagaimana gagasan pekarya mengkoreografi pertunjukan sebagai perluasan atas praktik koreografi normatif. Waktu Ku Kecil, Tidak Besar secara berani mempertunjukan kualitas gerak yang bukan berangkat dari teknik tari secara umum–yaitu baris-berbaris (PBB), hingga pilihan pendekatan artistik yang diambilnya. Karya ini lantas memainkan ketegangan antara realita sosial dan dramaturgi panggung yang memberi kesempatan bagi penonton untuk menafsir secara luas.

Karya ini mengajak untuk merefleksikan kembali norma-norma, serta membuka ruang dialog dan pemikiran kritis tentang asal-usul, implikasi, dan relevansi norma-norma dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan PBB sebagai konsep pertunjukan dipilih sebagai alat untuk mengeksplorasi dalam penyampaian dan perbincangan mengenai “norma” selama pertunjukan. Adapun, pertunjukan ini akan dihelat pada 10 Juni 2023 pukul 20:00 WIB dan 11 Juni 2023 pukul 16:00 WIB.
 


3. The (Famous) Jung Jung Te Jung Dance-Wayan Sumahardika (Bali)

Karya ini menawarkan pemaknaan atas relasi tradisi, kesejarahan (arsip) dan proses artistik yang menantang tatapan atas karya tari Bali dalam dunia kontemporer. Pekarya secara jelas mengambil posisi atas praktiknya, sehingga mampu memiliki kejernihan dalam menjelaskan gagasan melalui konsep pertunjukan dan berani mencoba tawaran pemanggungan yang berbeda. Hal ini juga sekaligus memperlihatkan bagaimana karya tersebut mampu menipiskan sekat yang mungkin ada di antara praktik kerja riset dengan seni itu sendiri, yaitu pekarya secara apik menjalin keduanya sebagai satu praktik riset-artistik yang tidak terpisah dan terus bertumbuh secara konsisten.

The (Famous) Jung Jung-Te Jung Dance adalah perkembangan lain dari proyek repertoar-arsip Squatting & Dance oleh Wayan Sumahardika yang mencoba menyingkap konstruksi estetis dan politis laku jongkok dalam hubungannya dengan lanskap repertoar-arsip pada panggung tari/pertunjukan serta koreografi sehari-hari. Adapun, pertunjukan ini akan dihelat pada 17 Juni 2023 pukul 20:00 WIB dan 18 Juni 2023 pukul 16:00 WIB.
 

f

Sumber gambar: Salihara


4. Cercle-Olé Khamchanla (Laos)

Dalam Cercle, Olé Khamchanla mempertanyakan esensi tariannya, mulai dari asal-usulnya dalam hip hop hingga hibriditasnya saat ini dengan tarian kontemporer dan tarian tradisional Thailand dan Laos. Cercle adalah pertunjukan tunggal yang menunjukkan persimpangan budaya Barat dan Timur, dari gerakan jalanan dan seni klasik.

Pertunjukan ini juga menyajikan ruang yang intim di dalam dan zona eksplorasi di luar, lingkaran ini juga membangkitkan universalitas tertentu yang dapat dibaca dalam gerakannya, dan gerakan terus-menerus yang mendorongnya untuk mencari mekanisme baru. Pertunjukan ini kuat dan puitis ketika koreografer berbagi kisah intim dengan kita yang menjadi bagian dari pencarian artistik dan pribadinya. Adapun, pertunjukan ini akan dihelat pada 7 Juni 2023 pukul 20:00 WIB.
 

5. Tuti in The City-Yola Yulfianti & DANSITY X LASTEAM689 (Jakarta)

Tuti in The City adalah karya Yola yang terinspirasi oleh ruang-ruang kota yang bersifat transformatif. Realitas kota Jakarta yang sangat kompleks selalu mengalami disfungsi peristiwa dari gerak keseharian tindakan masyarakatnya. Keadaan inilah yang mendorong Yola untuk melakukan proses dan melatih para penarinya di ruang publik. 

Yola tidak khusus melatih teknik tari di dalam ruangan. Dia membutuhkan interaksi atas tubuh penari dan tubuh-tubuh lain di sekitarnya. Dalam upaya merealisasikan konsep artistiknya, Yola juga bekerja sama dengan komunitas hip-hop Lastream689. Yola menyatukan karya ini dengan salah satu komunitas tari yang tumbuh di Jakarta dan berlatih di ruang publik, perpaduan bentuk koreografi kolektif dari proses hingga pementasan, diharapkan bisa memberikan perspektif baru bagi penontonnya. Adapun, pertunjukan ini akan dihelat pada 24 Juni 2023 pukul 20:00 WIB dan 25 Juni 2023 pukul 16:00 WIB.

Baca juga: Yuk Kenalan dengan 5 Kelompok Teater yang Tampil di Helateater Salihara 2023

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

3 Manfaat Lain Kertas Minyak Selain Untuk Menghilangkan Kilap di Wajah

BERIKUTNYA

Jam Tangan Milik Kaisar Terakhir China Terjual Hingga Rp92 Miliar

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: