Yuk Kenalan dengan 5 Kelompok Teater yang Tampil di Helateater Salihara 2023
22 February 2023 |
21:30 WIB
Komunitas Salihara menyelenggarakan program Helateater dengan tema Teater Objek pada sejak 18 Februari 2023 sampai dengan 12 Maret 2023. Program ini menampilkan sejumlah pertunjukan teater yang memanfaatkan objek wayang, bonek, dan benda sehari-hari sebagai jantung utama.
Pertunjukan Teater Objek diikuti oleh lima penampil dengan ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lain. Pada 18–19 Februari 2023 silam, Flying Balloons Puppet menyajikan permainan boneka di atas meja yang dipadukan dengan aktor dan manipulasi benda keseharian.
Baca juga: 5 Pertunjukan Spesial Bakal Dipentaskan di Salihara Helateater 2023
Mereka mengembangkan hubungan aktor dengan objek dalam tiga kemungkinan, yakni aktor sebagai dalang, aktor menggunakan objek sebagai properti pentas, dan aktor adalah objek yang dimanipulasi oleh ruang dan aktor lainnya.
Setelah Flying Balloons Puppet, penampil lainnya dalam program ini pada waktu yang akan datang adalah SEKAT Studio, Wayang Suket Indonesia, Institute Tingang Borneo Theater, Papermoon Puppet Theatre.
SEKAT Studio akan tampil pada 25 – 26 Februari 2023; Wayang Suket Indonesia pada 2 - 3 Maret 2023; Institute Tingang Borneo Theater pada 4 – 5 Maret 2023, dan Papermoon Puppet Theatre dari 10 sampai 11 Maret 2023. Sebelum menyaksikan pertunjukannya, berikut sekilas tentang para penampil di program Helateater bertema Teater Objek.
Flying Balloons Puppet adalah grup teater yang berdiri pada Januari 2015 dan digawangi oleh Rangga Dwi Apriadinnur. Grup ini sudah menampilkan lebih dari 15 pementasan, baik karya tunggal maupun kolaborasi, dengan pelaku seni dan kelompok kesenian di Yogyakarta sejak 2015.
Salah satu karya tunggalnya adalah Cerita Origami Merah Muda yang dipentaskan pada Agustus 2015 di Festival Teater Remaja Nusantara, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Sementara pertunjukan kolaborasi yang pernah dipentaskan berjudul The Bird bersama Les Rémouleurs (Prancis) dalam Printemps Francais (2016) dan Sori in the Land of Lembuna bersama Gwen Knoxx (Australia) dalam Pesta Boneka #6 (2018).
Flying Balloons Puppet menjadi 10 Besar kelompok terpilih untuk Ruang Kreatif Seni Pertunjukan 2017. Kelompok ini juga pernah terpilih untuk Parade Seni Pertunjukan Media Baru 2020.
Dalam perjalanannya, grup ini berusaha mendengar dan melihat cerita-cerita tentang hantu, kemudian mencoba menghidupkannya lewat berbagai bentuk interaksi dan imitasi di tempat-tempat yang penuh dengan aktivitas manusia. Beberapa karya SEKAT Studio di antaranya adalah Trektrek dan Lapangan Bintang (2021) dan Si Mata Besar dan Si Mulut Besar (2022).
Komunitas Wayang Suket Indonesia didirikan untuk melestarikan budaya wayang suket. Sang pendiri, yakni Gaga Rizky, memulainya ketika merantu ke Kota Surakarta untuk berkuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).
Pada 2019, komunitas melakukan pementasan dan residensi Shadowlight Production bersama Larry Reed (USA) di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) Yogyakarta, dengan lakon Dewi Sri.Karya-karyanya antara lain, Timun Emas (2018), Roro Jonggrang (2019), dan Jaka Tarub (2022).
Wayang Suket Indonesia juga menjadi salah satu kelompok terpilih dalam program Ruang Kreatif 2019 dari Indonesia Kaya, Garin Workshop, dan Bakti Budaya Djarum Foundation.
Institute Tingang Borneo Theater berdiri pada 2013 di Kalimantan Tengah. Sejumlah karya telah dihasilkan oleh kelompok ini, seperti Siapa Aku, Siapa Kamu (2013), Jangan Coblos Saya (2014), dan Sendratari - Air Mata Primata (2021).
Tidak hanya itu, mereka juga pernah berkolaborasi dalam The Mapping of Experimental Music, Noise, Sound Art Act from Borneo bersama musisi Theo Nugraha. Pada 2021, mereka menjadi kelompok terpilih pada Gulali Festival yang diinisiasi oleh Papermoon Puppet Theater dan Ayo Dongeng Indonesia.
Papermoon Puppet Theatre didirikan pada April 2006 di Yogyakarta, oleh Maria Tri Sulistyani. Wanita yang kerap disapa Ria ini kemudian memelihara, mengembangkan, dan memperluas kerja-kerja komunitas teater boneka ini bersama Iwan Effendi, seorang seniman visual dan desainer boneka Papermoon.
Keduanya bekerja sama dengan seniman boneka lainnya, seperti Anton Fajri, Pambo Priyojati, Beni Sanjaya, Muhammad Alhaq, dan Hardiansyah Yoga.
Baca juga: Kelas Filsafat Salihara Hadir Lagi, Telusuri Jejak Pemikiran Filsuf Plato
Papermoon Puppet Theatre telah menciptakan lebih dari 30 pertunjukan boneka, instalasi, dan pameran seni visual. Mereka juga telah kelilingi ke lebih dari 10 negara. Pada 2008, grup ini menggagas program Pesta Boneka, yakni sebuah biennale boneka internasional yang mengundang seniman boneka dari seluruh dunia untuk tampil di Indonesia.
Editor: Fajar Sidik
Pertunjukan Teater Objek diikuti oleh lima penampil dengan ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lain. Pada 18–19 Februari 2023 silam, Flying Balloons Puppet menyajikan permainan boneka di atas meja yang dipadukan dengan aktor dan manipulasi benda keseharian.
Baca juga: 5 Pertunjukan Spesial Bakal Dipentaskan di Salihara Helateater 2023
Mereka mengembangkan hubungan aktor dengan objek dalam tiga kemungkinan, yakni aktor sebagai dalang, aktor menggunakan objek sebagai properti pentas, dan aktor adalah objek yang dimanipulasi oleh ruang dan aktor lainnya.
Setelah Flying Balloons Puppet, penampil lainnya dalam program ini pada waktu yang akan datang adalah SEKAT Studio, Wayang Suket Indonesia, Institute Tingang Borneo Theater, Papermoon Puppet Theatre.
SEKAT Studio akan tampil pada 25 – 26 Februari 2023; Wayang Suket Indonesia pada 2 - 3 Maret 2023; Institute Tingang Borneo Theater pada 4 – 5 Maret 2023, dan Papermoon Puppet Theatre dari 10 sampai 11 Maret 2023. Sebelum menyaksikan pertunjukannya, berikut sekilas tentang para penampil di program Helateater bertema Teater Objek.
1. Flying Balloons Puppet
Flying Balloons Puppet adalah grup teater yang berdiri pada Januari 2015 dan digawangi oleh Rangga Dwi Apriadinnur. Grup ini sudah menampilkan lebih dari 15 pementasan, baik karya tunggal maupun kolaborasi, dengan pelaku seni dan kelompok kesenian di Yogyakarta sejak 2015.Salah satu karya tunggalnya adalah Cerita Origami Merah Muda yang dipentaskan pada Agustus 2015 di Festival Teater Remaja Nusantara, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Sementara pertunjukan kolaborasi yang pernah dipentaskan berjudul The Bird bersama Les Rémouleurs (Prancis) dalam Printemps Francais (2016) dan Sori in the Land of Lembuna bersama Gwen Knoxx (Australia) dalam Pesta Boneka #6 (2018).
Flying Balloons Puppet menjadi 10 Besar kelompok terpilih untuk Ruang Kreatif Seni Pertunjukan 2017. Kelompok ini juga pernah terpilih untuk Parade Seni Pertunjukan Media Baru 2020.
2. SEKAT Studio
SEKAT Studio disebut muncul sebagai sebuah komunitas rumah hantu yang terus mencari formula dan media komunikasi yang tepat dengan ‘dunia hantu’ pada 2010.Dalam perjalanannya, grup ini berusaha mendengar dan melihat cerita-cerita tentang hantu, kemudian mencoba menghidupkannya lewat berbagai bentuk interaksi dan imitasi di tempat-tempat yang penuh dengan aktivitas manusia. Beberapa karya SEKAT Studio di antaranya adalah Trektrek dan Lapangan Bintang (2021) dan Si Mata Besar dan Si Mulut Besar (2022).
3. Komunitas Wayang Suket Indonesia
Komunitas Wayang Suket Indonesia didirikan untuk melestarikan budaya wayang suket. Sang pendiri, yakni Gaga Rizky, memulainya ketika merantu ke Kota Surakarta untuk berkuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).Pada 2019, komunitas melakukan pementasan dan residensi Shadowlight Production bersama Larry Reed (USA) di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) Yogyakarta, dengan lakon Dewi Sri.Karya-karyanya antara lain, Timun Emas (2018), Roro Jonggrang (2019), dan Jaka Tarub (2022).
Wayang Suket Indonesia juga menjadi salah satu kelompok terpilih dalam program Ruang Kreatif 2019 dari Indonesia Kaya, Garin Workshop, dan Bakti Budaya Djarum Foundation.
4. Institute Tingang Borneo Theater
Institute Tingang Borneo Theater berdiri pada 2013 di Kalimantan Tengah. Sejumlah karya telah dihasilkan oleh kelompok ini, seperti Siapa Aku, Siapa Kamu (2013), Jangan Coblos Saya (2014), dan Sendratari - Air Mata Primata (2021).Tidak hanya itu, mereka juga pernah berkolaborasi dalam The Mapping of Experimental Music, Noise, Sound Art Act from Borneo bersama musisi Theo Nugraha. Pada 2021, mereka menjadi kelompok terpilih pada Gulali Festival yang diinisiasi oleh Papermoon Puppet Theater dan Ayo Dongeng Indonesia.
5. Papermoon Puppet Thatre
Papermoon Puppet Theatre didirikan pada April 2006 di Yogyakarta, oleh Maria Tri Sulistyani. Wanita yang kerap disapa Ria ini kemudian memelihara, mengembangkan, dan memperluas kerja-kerja komunitas teater boneka ini bersama Iwan Effendi, seorang seniman visual dan desainer boneka Papermoon.Keduanya bekerja sama dengan seniman boneka lainnya, seperti Anton Fajri, Pambo Priyojati, Beni Sanjaya, Muhammad Alhaq, dan Hardiansyah Yoga.
Baca juga: Kelas Filsafat Salihara Hadir Lagi, Telusuri Jejak Pemikiran Filsuf Plato
Papermoon Puppet Theatre telah menciptakan lebih dari 30 pertunjukan boneka, instalasi, dan pameran seni visual. Mereka juga telah kelilingi ke lebih dari 10 negara. Pada 2008, grup ini menggagas program Pesta Boneka, yakni sebuah biennale boneka internasional yang mengundang seniman boneka dari seluruh dunia untuk tampil di Indonesia.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.