Simak, 3 Rekomendasi Google Tentang Penggunaan AI
25 May 2023 |
16:16 WIB
Genhype, teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terus berkembang pesat, bahkan teknologi ini tak lagi sebatas menjadi cara baru untuk mengolah informasi, mencari kata yang tepat, atau menemukan tempat baru, tetapi telah membantu masyarakat dalam menciptakan inovasi.
Teknologi AI bahkan menghadirkan era baru yang membantu manusia menghadapi berbagai persoalan termasuk perkembangan bisnis agar terus maju. Tak mengherankan bila kemudian AI makin banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, perusahaan, hingga pemerintah.
Meski demikian, penggunaan teknologi AI yang tidak bijak juga bisa membawa risiko dan tantangan tersendiri. Maka dari itu, pemanfaatan teknologi ini membutuhkan praktik dan standar industri, serta kebijakan yang tegas dari pemerintah agar AI tepat sasaran.
Nah, untuk memberikan berbagai rekomendasi kebijakan terkait AI, Google Indonesia merilis laporan resmi dan mengusulkan kepada pemerintah untuk fokus pada tiga area utama yakni membuka peluang dan potensi ekonomi AI, mendorong tanggung jawab seputar penggunaan AI, dan meningkatkan keamanan terhadap potensi eksploitasi teknologi ini:
Baca juga: 7 Prediksi Tren Kecerdasan Buatan 2023, dari AI Generatif hingga Adaptif
AI juga berpotensi mendorong bisnis kecil dalam memberdayakan produk dan jasa, berinovasi dan berkembang—serta bagi para pekerja sehingga mereka dapat fokus pada elemen pekerjaan yang sifatnya tidak rutin dan lebih menghasilkan.
Adapun untuk membuka peluang ekonomi dan meminimalkan dampak disrupsi tenaga kerja akibat AI, pembuat kebijakan diharapkan berinvestasi dalam aspek inovasi dan daya saing, mengembangkan kerangka kerja hukum yang mendukung inovasi AI yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan tenaga kerja untuk menghadapi transisi alih pekerjaan yang memanfaatkan penggunaan AI.
Google memberi contoh, pemerintah perlu mengeksplorasi riset AI dasar melalui laboratorium dan lembaga riset nasional; mengadopsi kebijakan yang mendukung perkembangan AI yang bertanggung jawab (termasuk undang-undang privasi yang melindungi informasi pribadi.
Hal ini termasuk aliran data yang terpercaya lintas batas nasional; serta mendorong pendidikan berkelanjutan, program peningkatan keterampilan, hingga riset terkait masa depan pekerjaan yang terus berkembang.
AI sudah membantu dunia menghadapi berbagai tantangan mulai dari penyakit hingga perubahan iklim. AI juga bisa menjadi kekuatan yang mendorong kemajuan. Namun, jika tidak dikembangkan dan disebarkan dengan bijak, sistem AI justru dapat memperburuk berbagai permasalahan sosial yang terjadi saat ini, seperti misinformasi, diskriminasi, dan penyalahgunaan alat teknologi.
Terlebih lagi, tanpa kepercayaan dan keyakinan terhadap sistem AI, bisnis dan konsumen akan ragu untuk menggunakan AI—sehingga membatasi peluang mereka untuk meraih manfaat dari AI.
Kemudian, laporan Google juga memaparkan bahwa sejumlah langkah perlu disiapkan untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut melalui pendekatan multi-pemangku kepentingan dalam aspek tata kelola. Belajar dari pengalaman saat munculnya internet, para pemangku kepentingan diyakini memiliki pemahamannya masing-masing terkait dengan potensi manfaat dan tantangan AI.
"Beberapa tantangan tersebut membutuhkan riset mendalam untuk memahami manfaat dan risiko AI, serta cara mengendalikannya, serta mengembangkan dan menyebarkan inovasi teknis baru dalam hal interpretability [sejauh mana sebab dan akibat dapat diamati dalam suatu sistem] dan watermarking [teknik penyembunyian data pada suatu data yang lain]," bunyi laporan tersebut seperti dikutip, Kamis (25/5/2023).
Adapun tantangan lain dari pengembangan standar umum dan best practice serta regulasi berbasis risiko yang proporsional adalah memastikan bahwa teknologi AI dapat dikembangkan dan disebarkan dengan bijak.
Selebihnya, AI akan membutuhkan organisasi dan lembaga baru. Contohnya, perusahaan terdepan bisa berkumpul untuk membentuk Global Forum on AI (GFAI), yang dikembangkan dari contoh sebelumnya seperti Global Internet Forum to Counter Terrorism (GIFCT).
Keselarasan di tataran internasional juga penting untuk mengembangkan kebijakan umum yang mencerminkan nilai-nilai demokratis dan menghindari terjadinya perpecahan.
Baca juga: Mengenal Organoid Intelligence, Teknologi Kecerdasan yang Disebut Lebih Canggih Dari AI
AI berimplikasi penting untuk mewujudkan keamanan dan stabilitas global. AI secara generatif dapat membantu menciptakan (tetapi juga mengidentifikasi dan melacak) misinformasi, disinformasi, dan media yang dimanipulasi.
Riset keamanan berbasis AI, menurut Google, mendorong pertahanan siber generasi baru melalui operasi keamanan yang canggih dan intelijen ancaman (threat intelligence), meskipun eksploitasi yang dihasilkan AI juga dapat menimbulkan lebih banyak serangan siber mutakhir yang dilakukan para penjahat siber.
Google merekomendasikan langkah-langkah antisipatif di antaranya membangun 'pagar pembatas' teknis dan komersial untuk mencegah penggunaan AI untuk tindakan kejahatan. Kemudian, merekomendasikan upaya kolektif untuk menangani pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sembari memaksimalkan potensi manfaat AI.
Sebagai contoh, pemerintah perlu mengeksplorasi kebijakan pengendalian perdagangan termutakhir terkait dengan penggunaan software khusus yang didukung AI dan dianggap mengandung risiko keamanan, serta terhadap entitas-entitas tertentu yang membantu riset dan pengembangan terkait dengan AI dan berpotensi menjadi ancaman keamanan global.
Laporan Google tersebut juga menggarisbawahi pentingnya pemerintah, akademisi, masyarakat sipil, dan perusahaan dalam memahami implikasi sistem AI yang makin kuat, dan langkah menyelaraskan AI yang canggih dan kompleks dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Pada akhirnya, lanjut laporan Google. keamanan hanya akan tercapai dengan upaya bersama, dan perkembangan di bidang ini memerlukan kerja sama dalam bentuk riset bersama, implementasi tata kelola data yang unggul, forum publik-pribadi untuk berbagi informasi terkait dengan kerentanan keamanan AI, dan lainnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Teknologi AI bahkan menghadirkan era baru yang membantu manusia menghadapi berbagai persoalan termasuk perkembangan bisnis agar terus maju. Tak mengherankan bila kemudian AI makin banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, perusahaan, hingga pemerintah.
Meski demikian, penggunaan teknologi AI yang tidak bijak juga bisa membawa risiko dan tantangan tersendiri. Maka dari itu, pemanfaatan teknologi ini membutuhkan praktik dan standar industri, serta kebijakan yang tegas dari pemerintah agar AI tepat sasaran.
Nah, untuk memberikan berbagai rekomendasi kebijakan terkait AI, Google Indonesia merilis laporan resmi dan mengusulkan kepada pemerintah untuk fokus pada tiga area utama yakni membuka peluang dan potensi ekonomi AI, mendorong tanggung jawab seputar penggunaan AI, dan meningkatkan keamanan terhadap potensi eksploitasi teknologi ini:
Baca juga: 7 Prediksi Tren Kecerdasan Buatan 2023, dari AI Generatif hingga Adaptif
Potensi ekonomi AI
Ekonomi yang memanfaatkan AI diklaim akan tumbuh signifikan, berdaya saing daripada mereka yang lambat dalam mengadopsinya. AI akan membantu berbagai industri untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih bernilai, serta membantu meningkatkan produktivitas meskipun tantangan demografis terus meningkat.AI juga berpotensi mendorong bisnis kecil dalam memberdayakan produk dan jasa, berinovasi dan berkembang—serta bagi para pekerja sehingga mereka dapat fokus pada elemen pekerjaan yang sifatnya tidak rutin dan lebih menghasilkan.
Adapun untuk membuka peluang ekonomi dan meminimalkan dampak disrupsi tenaga kerja akibat AI, pembuat kebijakan diharapkan berinvestasi dalam aspek inovasi dan daya saing, mengembangkan kerangka kerja hukum yang mendukung inovasi AI yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan tenaga kerja untuk menghadapi transisi alih pekerjaan yang memanfaatkan penggunaan AI.
Google memberi contoh, pemerintah perlu mengeksplorasi riset AI dasar melalui laboratorium dan lembaga riset nasional; mengadopsi kebijakan yang mendukung perkembangan AI yang bertanggung jawab (termasuk undang-undang privasi yang melindungi informasi pribadi.
Hal ini termasuk aliran data yang terpercaya lintas batas nasional; serta mendorong pendidikan berkelanjutan, program peningkatan keterampilan, hingga riset terkait masa depan pekerjaan yang terus berkembang.
Mengurangi risiko penyalahgunaan
AI sudah membantu dunia menghadapi berbagai tantangan mulai dari penyakit hingga perubahan iklim. AI juga bisa menjadi kekuatan yang mendorong kemajuan. Namun, jika tidak dikembangkan dan disebarkan dengan bijak, sistem AI justru dapat memperburuk berbagai permasalahan sosial yang terjadi saat ini, seperti misinformasi, diskriminasi, dan penyalahgunaan alat teknologi.Terlebih lagi, tanpa kepercayaan dan keyakinan terhadap sistem AI, bisnis dan konsumen akan ragu untuk menggunakan AI—sehingga membatasi peluang mereka untuk meraih manfaat dari AI.
Kemudian, laporan Google juga memaparkan bahwa sejumlah langkah perlu disiapkan untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut melalui pendekatan multi-pemangku kepentingan dalam aspek tata kelola. Belajar dari pengalaman saat munculnya internet, para pemangku kepentingan diyakini memiliki pemahamannya masing-masing terkait dengan potensi manfaat dan tantangan AI.
"Beberapa tantangan tersebut membutuhkan riset mendalam untuk memahami manfaat dan risiko AI, serta cara mengendalikannya, serta mengembangkan dan menyebarkan inovasi teknis baru dalam hal interpretability [sejauh mana sebab dan akibat dapat diamati dalam suatu sistem] dan watermarking [teknik penyembunyian data pada suatu data yang lain]," bunyi laporan tersebut seperti dikutip, Kamis (25/5/2023).
Adapun tantangan lain dari pengembangan standar umum dan best practice serta regulasi berbasis risiko yang proporsional adalah memastikan bahwa teknologi AI dapat dikembangkan dan disebarkan dengan bijak.
Selebihnya, AI akan membutuhkan organisasi dan lembaga baru. Contohnya, perusahaan terdepan bisa berkumpul untuk membentuk Global Forum on AI (GFAI), yang dikembangkan dari contoh sebelumnya seperti Global Internet Forum to Counter Terrorism (GIFCT).
Keselarasan di tataran internasional juga penting untuk mengembangkan kebijakan umum yang mencerminkan nilai-nilai demokratis dan menghindari terjadinya perpecahan.
Baca juga: Mengenal Organoid Intelligence, Teknologi Kecerdasan yang Disebut Lebih Canggih Dari AI
Pencegahan kejahatan siber
AI berimplikasi penting untuk mewujudkan keamanan dan stabilitas global. AI secara generatif dapat membantu menciptakan (tetapi juga mengidentifikasi dan melacak) misinformasi, disinformasi, dan media yang dimanipulasi.Riset keamanan berbasis AI, menurut Google, mendorong pertahanan siber generasi baru melalui operasi keamanan yang canggih dan intelijen ancaman (threat intelligence), meskipun eksploitasi yang dihasilkan AI juga dapat menimbulkan lebih banyak serangan siber mutakhir yang dilakukan para penjahat siber.
Google merekomendasikan langkah-langkah antisipatif di antaranya membangun 'pagar pembatas' teknis dan komersial untuk mencegah penggunaan AI untuk tindakan kejahatan. Kemudian, merekomendasikan upaya kolektif untuk menangani pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, sembari memaksimalkan potensi manfaat AI.
Sebagai contoh, pemerintah perlu mengeksplorasi kebijakan pengendalian perdagangan termutakhir terkait dengan penggunaan software khusus yang didukung AI dan dianggap mengandung risiko keamanan, serta terhadap entitas-entitas tertentu yang membantu riset dan pengembangan terkait dengan AI dan berpotensi menjadi ancaman keamanan global.
Laporan Google tersebut juga menggarisbawahi pentingnya pemerintah, akademisi, masyarakat sipil, dan perusahaan dalam memahami implikasi sistem AI yang makin kuat, dan langkah menyelaraskan AI yang canggih dan kompleks dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Pada akhirnya, lanjut laporan Google. keamanan hanya akan tercapai dengan upaya bersama, dan perkembangan di bidang ini memerlukan kerja sama dalam bentuk riset bersama, implementasi tata kelola data yang unggul, forum publik-pribadi untuk berbagi informasi terkait dengan kerentanan keamanan AI, dan lainnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.