Instalasi karya seni yang ditampilkan di pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants (Sumber gambar: Museum MACAN)

Menengok Karya Seni dari Jaring Hantu di Pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants

20 May 2023   |   20:07 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Jaring hantu (ghost nets) merupakan jaring buangan yang berasal dari pukat, perahu, dan praktik penangkapan ikan ilegal di laut. Benda ini biasanya hanyut selama bertahun-tahun, menjerat ikan laut dan mengancam ekosistem kehidupan bahari, ketahanan pangan, dan budaya masyarakat pesisir di seluruh penjuru dunia.

Hal itu membuat praktik penangkapan ikan dengan ghost nets dilarang di sejumlah negara karena bisa mengancam ekosistem kehidupan laut. Selain itu, kini banyak komunitas dan aktivis yang berupaya membangun kesadaran publik terhadap persoalan tersebut, salah satunya kelompok seniman Erub Arts yang berbasis di Selat Torres, pulau yang memisahkan antara Australia dengan Papua. 

Baca juga: Ekspresi Lokal & Wacana Sejarah di Pameran Bakar Manyala #2 Kepulauan Sangihe

Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) bekerja samadengan Kedutaan Besar Australia Jakarta menggelar pameran bertajuk Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants. Eksibisi ini menampilkan 18 karya seni tenun tangan yang terbuat dari limbah pukat ikan (jaring hantu/ghost nets) yang dirangkai oleh Erub Arts.

Terinspirasi oleh lautan yang menghubungkan Australia dan Indonesia, pameran unik ini memamerkan seni kontemporer penduduk Selat Torres dan menciptakan platform untuk mengeksplorasi bersama berbagai tantangan lingkungan hidup, termasuk pengurangan limbah plastik dan konservasi laut.
 

Pembukaan pameran

Pembukaan pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants di Museum MACAN, Jakarta. Jumat (19/5/2023)-Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta

Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM, mengatakan pameran yang menampilkan instalasi seni kawanan ikan, penyu laut, dan keluarga pari manta raksasa ini merupakan koleksi karya seni hasil menggabungkan budaya penduduk Selat Torres, seni kontemporer, dan advokasi lingkungan.

"Penggunaan kembali pukat ikan ini tidak hanya memberdayakan sampah plastik, tetapi juga mendorong diskusi tentang bagaimana kita semua dapat berkontribusi bagi pengurangan sampah plastik dan menjadi pelindung lautan yang lebih baik,” katanya saat acara pembukaan pameran di Museum MACAN Jakarta, Jumat (19/5/2023). 
 

Gerakan Sosial Berkelanjutan

Pemeran karya seni Ghost Nets sejatinya bukanlah acara eksibisi semata, melainkan suatu gerakan sosial berkelanjutan yang dilakukan oleh Erub Arts. Tujuannya adalah untuk membangun kesadaran publik akan pentingnya menyelamatkan ekosistem laut khususnya dari jaring hantu di seluruh penjuru dunia.

Jimmy John Thaiday, salah satu seniman Erub Arts, menjelaskan bahwa eksplorasi karya seni dari ghost nets telah dimulai sejak 2010. Awalnya, jaring-jaring itu hanya dibuat menjadi benda-benda keseharian seperti tas. Namun, seiring waktu, mereka pun akhirnya memutuskan untuk membuat karya seni dan instalasi dari ghost nets sebagai media untuk berkampanye sosial terkait isu penting ini.
 

Instalasi karya seni yang ditampilkan di pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants (Sumber gambar: Museum MACAN)

Instalasi karya seni yang ditampilkan di pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants (Sumber gambar: Museum MACAN)

Untuk diketahui, sebanyak 90 persen sampah laut yang disebabkan dari praktik memancing dengan ghost nets memasuki wilayah pesisir utara Australia. Jaring hantu yang hanyut berpotensi membunuh hewan dan tumbuhan di laut, dimana 80 persennya terjadi pada penyu laut.

"Saat dunia menaruh perhatian untuk masalah ini, Erub Arts mengambil bagian dengan kelompok konservasi, museum, dan kolektor di seluruh dunia," kata Jimmy.

Sampai saat ini, Erub Arts telah mengadakan tur pameran karya seni Ghost Nets di sejumlah negara yang berkolaborasi dengan museum setempat, seperti di Singapura, Inggris, dan Swiss. Adapun, setelah perdana hadir di Museum Macan Jakarta hingga 4 Juni 2023, pameran ini akan berlanjut digelar di Bali.

Sementara itu, Direktur Museum MACAN, Aaron Seeto, menilai isu-isu seputar keberlanjutan dan konservasi lingkungan telah banyak terintegrasi dengan sejumlah hasil karya seni dari para seniman tak terkecuali di Indonesia. Menurutnya, pameran ini bisa menjadi pemantik diskusi terkait konservasi laut di kalangan masyarakat.

"Kami sangat senang bekerja sama dengan Kedutaan Besar Australia untuk membawa inisiatif penting ini ke Indonesia, untuk berbagi karya kreatif Seni Erub dan budaya kelompok seniman Erubam Kepulauan Selat Torres kepada audiens kami,” katanya.

Baca juga: ArtMoments Bali Digelar Perdana Juni 2023, Sulap Kamar Hotel Jadi Ruang Pameran Seni

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Kopi Kenangan Siap Ekspansi ke 5 Negara Asean

BERIKUTNYA

5 Kiat Tetap Bugar Buat Para Pecandu Gim

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: