Mengenal Flu Babi Afrika yang Merebak di Batam, Menular ke Manusia Enggak Ya?
15 May 2023 |
00:12 WIB
African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika tengah merebak di Pulau Bulan, Kota Batam, Kepulauan Riau. Kebangkitan virus ini diketahui setelah Singapura menyetop impor hewan ternak itu dari Indonesia. Sejauh ini, Kementerian Kesehatan sudah mengisolasi dan melakukan vaksinasi terhadap babi di wilayah tersebut.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Nasrullah dalam pernyataannya beberapa waktu lalu menyatakan sejak ditemukan kasus ini, pihaknya telah menurunkan tim investigasi ke Pulau Bulan mulai 24 April hingga 28 April 2023. Mereka melakukan koordinasi dengan perusahaan yang diikuti dengan investigasi dan pengambilan sampel.
Baca juga: Muncul Virus Demam Babi Afrika, Apakah Berbahaya Bagi Manusia?
“Dari hasil Laboratorium Veteriner Kementan di Bukittinggi mengonfirmasi memang ditemukan adanya kasus ASF di salah satu perusahaan peternakan yang berdampak terhadap penutupan impor babi hidup dari Pulau Bulan ke Singapura,” ujar Nasrullah.
Pihaknya juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan depopulasi, disposal, dan disinfeksi. Sebagai pencegahan penyebaran skala luas, Kementan juga menetapkan peternakan menjadi Kompartemen Bebas ASF. Sebanyak 22 unit di dalam peternakan di Pulau Bulan juga ditunjuk sebagai sub-kompartemen bebas ASF.
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat ditemui awak media di bilangan Senayan, Jakarta, berharap ASF tidak menyebar ke wilayah lainnya. Dia menyebut beberapa virus, bakteri, dan penyakit lama terdeteksi bangkit kembali. Tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia dr. Dicky Budiman mengatakan Flu Babi Afrika sejatinya bukan penyakit hewan baru di Indonesia. Meski demikian, virus ini sempat terdeteksi pula di Nusa Tenggara Timur.
Walaupun sudah cukup lama menginfeksi babi, sejauh ini belum ada tanda atau pun kecenderungan ASF berkembang menjadi zoonotik atau penyakit yang ditularkan hewan ke manusia.
“Sejauh ini 100 persen, dia [ASF] sifatnya penyakit hewan saja. Jadi tidak ada potensi atau pun tanda menginveksi manusia,” ujarnya dalam pesan singkat, Minggu (14/5/2023).
Kendati demikian, dia meminta masyarakat tetap waspada mengingat ada banyak jenis virus di dunia. Mayoritas virus yanf ada di alam liar, termasuk yang berkembang di babi, bisa sewaktu-waku memiliki kemampuan untuk zoonotik.
“Artinya kita tahu, babi ini hewan yang secara kondisi beberapa memiliki banyak penyakit bisa ditularkan ke manusia. Ini harus diwaspadai,” tegasnya.
Akhir tahun 2019, kasus ASF dilaporkan di Indonesia tepatnya di Sumatera Utara. Kementan terus memantau perkembangan kasusnya, dan berdasarkan data yang ada, tidak pernah ada laporan kejadian ASF pada manusia di seluruh negara tertular.
Penyakit ini merupakan endemik di Afrika dan Pulau Sardinia di Italia. Namun, pada 2017 penyakit ini juga telah dilaporkan di Eropa Tengah dan Timur (Rumania dan Republik Ceko).
African Swine Fever (ASF) sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Mimika, drh. Sabelina Fitriani mengatakan, penularan virusini bisa melalui makanan atau manusia yang memiliki kontak dengan babi yang terjangkit virus ASF.
“Virus bisa menempel di sepatu, baju atau benda yang lain,” kata Sabelina, dikutip dari laman resmi pemerintah Kabupaten Mimika.
Babi yang terserang ASF biasanya mengalami gejala seperti muntah, diare, kemerahan atau penggelapan kulit terutama di telinga dan moncong. Kemudian mata lengket, sesak napas dan batuk, kelahiran mati, serta lemas pada babi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Nasrullah dalam pernyataannya beberapa waktu lalu menyatakan sejak ditemukan kasus ini, pihaknya telah menurunkan tim investigasi ke Pulau Bulan mulai 24 April hingga 28 April 2023. Mereka melakukan koordinasi dengan perusahaan yang diikuti dengan investigasi dan pengambilan sampel.
Baca juga: Muncul Virus Demam Babi Afrika, Apakah Berbahaya Bagi Manusia?
“Dari hasil Laboratorium Veteriner Kementan di Bukittinggi mengonfirmasi memang ditemukan adanya kasus ASF di salah satu perusahaan peternakan yang berdampak terhadap penutupan impor babi hidup dari Pulau Bulan ke Singapura,” ujar Nasrullah.
Pihaknya juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan depopulasi, disposal, dan disinfeksi. Sebagai pencegahan penyebaran skala luas, Kementan juga menetapkan peternakan menjadi Kompartemen Bebas ASF. Sebanyak 22 unit di dalam peternakan di Pulau Bulan juga ditunjuk sebagai sub-kompartemen bebas ASF.
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat ditemui awak media di bilangan Senayan, Jakarta, berharap ASF tidak menyebar ke wilayah lainnya. Dia menyebut beberapa virus, bakteri, dan penyakit lama terdeteksi bangkit kembali. Tidak hanya di Indonesia tapi juga dunia.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia dr. Dicky Budiman mengatakan Flu Babi Afrika sejatinya bukan penyakit hewan baru di Indonesia. Meski demikian, virus ini sempat terdeteksi pula di Nusa Tenggara Timur.
Walaupun sudah cukup lama menginfeksi babi, sejauh ini belum ada tanda atau pun kecenderungan ASF berkembang menjadi zoonotik atau penyakit yang ditularkan hewan ke manusia.
“Sejauh ini 100 persen, dia [ASF] sifatnya penyakit hewan saja. Jadi tidak ada potensi atau pun tanda menginveksi manusia,” ujarnya dalam pesan singkat, Minggu (14/5/2023).
Kendati demikian, dia meminta masyarakat tetap waspada mengingat ada banyak jenis virus di dunia. Mayoritas virus yanf ada di alam liar, termasuk yang berkembang di babi, bisa sewaktu-waku memiliki kemampuan untuk zoonotik.
“Artinya kita tahu, babi ini hewan yang secara kondisi beberapa memiliki banyak penyakit bisa ditularkan ke manusia. Ini harus diwaspadai,” tegasnya.
Akhir tahun 2019, kasus ASF dilaporkan di Indonesia tepatnya di Sumatera Utara. Kementan terus memantau perkembangan kasusnya, dan berdasarkan data yang ada, tidak pernah ada laporan kejadian ASF pada manusia di seluruh negara tertular.
Penyakit ini merupakan endemik di Afrika dan Pulau Sardinia di Italia. Namun, pada 2017 penyakit ini juga telah dilaporkan di Eropa Tengah dan Timur (Rumania dan Republik Ceko).
African Swine Fever (ASF) sangat menular dan dapat menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Mimika, drh. Sabelina Fitriani mengatakan, penularan virusini bisa melalui makanan atau manusia yang memiliki kontak dengan babi yang terjangkit virus ASF.
“Virus bisa menempel di sepatu, baju atau benda yang lain,” kata Sabelina, dikutip dari laman resmi pemerintah Kabupaten Mimika.
Babi yang terserang ASF biasanya mengalami gejala seperti muntah, diare, kemerahan atau penggelapan kulit terutama di telinga dan moncong. Kemudian mata lengket, sesak napas dan batuk, kelahiran mati, serta lemas pada babi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.