Semangat Desainer Agnes Budhisurya Tetap Berkarya Pada Usia Senja
04 May 2023 |
17:24 WIB
Usianya sudah tak lagi muda bahkan mulai memasuki masa senja, tetapi semangat Agnes Linggar Budhisurya untuk berkarya masih terus menyala. Perancang busana pertama yang melukis bebas pada kain atau free hand-painting designer itu hingga kini masih terus konsisten menghasilkan desain fesyen yang kaya akan nilai seni.
"Saya tidak akan berhenti sampai saya betul-betul tidak mampu lagi karena saya sangat menikmati dan melakukan semua ini dengan cinta," ujar wanita yang sudah lebih dari 60 tahun berkecimpung dalam dunia fesyen tersebut.
Hasil karya Agnes telah digunakan oleh berbagai kalangan, baik di tingkat nasional maupun dunia. Bahkan desain karya Agnes Budhisurya dipercaya sebagai pendukung busana ibu-ibu tamu negara di acara presidensi G20.
Wanita kelahiran 1945 ini berkisah bahwa dirinya telah mulai mendesain sejak belia, tepatnya pada usia 13 tahun ketika masih duduk di bangku SMP. Dia berkarya di bawah arahan sang bunda yang merupakan seorang pembuat gaun pengantin.
Seiring berjalannya waktu, kecintaan Agnes terhadap desain busana terus bertambah. Hasil karya rancangan busananya pun acap kali ditampilkan dalam pagelaran dan pentas seni di sekolah. Bahkan saat menjadi mahasiswa Arsitektur di Universitas Gadjah Mada, banyak temannya yang meminta untuk dibuatkan busana dari hasil rancangan Agnes.
Menjadi perancang busana membuatnya harus menghadapi dan mengantisipasi tantangan-tantangan yang dia lalui dalam dunia fesyen. Duplikasi dan persaingan industri fesyen membuatnya kemudian memutuskan untuk memberikan sentuhan personal dengan mengaplikasikan lukisan pada setiap rancangannya.
Namun saat awal melukis di atas kain, Agnes salah memilih medium, dia menggunakan cat minyak yang biasanya untuk melukis di atas kanvas sehingga bahannya justru menjadi kaku dan lukisan menjadi mudah retak.
Hal tersebut tidak membuatnya gentar hingga akhirnya dia menemukan cat lukis yang memang peruntukannya untuk kain. Agnes mulai menekuni proses melukis di atas sehelai kain halus dengan berbagai eksperimen. Dalam proses melukis pada bahan ini, tidak jarang terjadi 'kecelakaan' misalnya saja cat yang meleber kemana-mana.
“Dari situ saya mempelajari bagaimana mengatasi kesulitan tersebut. Namun tidak jarang sentuhan tambahan di luar rencana malah bisa menampilkan efek yang dramatis dan menjadi latar belakang lukisan yang menarik,” terangnya.
Sapuan gradasi warna yang apik serta berbagai lukisan pada lembaran kain tersebut kemudian didesain menjadi gaun, outer, dress, maupun scarft yang tak hanya menarik dan ekslusif tetapi juga mampu membentuk lekukan yang sempurna bagi si pengguna.Keunikan karya-karya Agnes memang terletak pada sapuan cat yang dilukiskan secara bebas pada gaun rancangannya.
Selain menyapukan cat pada gaun rancangannya, Agnes juga menghadirkan karya yang lebih unik dan eksklusif dengan memberi efek warna pada kain tradisional seperti batik dan tenun. Termasuk memperkaya ornamen pendukung pada gaun-gaunnya dengan sentuhan kuas lukisnya.
"Saya selalu konsisten dengan karya saya, yakni ciri khas berupa sapuan kuas dari lembaran kain yang halus dan tetap mengedepankan kain tradisional. Kuncinya harus tetap unik,” ujarnya.
Baca juga: Kala Keindahan Wastra Nusantara Dipadukan dengan Fesyen Berkelanjutan
Karya-karyanya pernah tampil di beberapa ajang fashion bergengsi, antara lain Indonesian Night 2004 di Washington DC, The Masterpiece Show, Pacific Place 2011, Miss World Top Model Show 2013 di Bali, Fashion Tendance Hotel Mulia 2010, Indonesia Fashion Week 2018-2022.
Bahkan pada usianya yang kini telah menginjak 78 tahun, Agnes masih tetap eksis di ajang fashion show bergengsi di negeri ini, baik itu Indonesia Fashion Week, juga berbagai event internasional lainnya.
Editor: M R Purboyo
"Saya tidak akan berhenti sampai saya betul-betul tidak mampu lagi karena saya sangat menikmati dan melakukan semua ini dengan cinta," ujar wanita yang sudah lebih dari 60 tahun berkecimpung dalam dunia fesyen tersebut.
Hasil karya Agnes telah digunakan oleh berbagai kalangan, baik di tingkat nasional maupun dunia. Bahkan desain karya Agnes Budhisurya dipercaya sebagai pendukung busana ibu-ibu tamu negara di acara presidensi G20.
Wanita kelahiran 1945 ini berkisah bahwa dirinya telah mulai mendesain sejak belia, tepatnya pada usia 13 tahun ketika masih duduk di bangku SMP. Dia berkarya di bawah arahan sang bunda yang merupakan seorang pembuat gaun pengantin.
Seiring berjalannya waktu, kecintaan Agnes terhadap desain busana terus bertambah. Hasil karya rancangan busananya pun acap kali ditampilkan dalam pagelaran dan pentas seni di sekolah. Bahkan saat menjadi mahasiswa Arsitektur di Universitas Gadjah Mada, banyak temannya yang meminta untuk dibuatkan busana dari hasil rancangan Agnes.
Menjadi perancang busana membuatnya harus menghadapi dan mengantisipasi tantangan-tantangan yang dia lalui dalam dunia fesyen. Duplikasi dan persaingan industri fesyen membuatnya kemudian memutuskan untuk memberikan sentuhan personal dengan mengaplikasikan lukisan pada setiap rancangannya.
Namun saat awal melukis di atas kain, Agnes salah memilih medium, dia menggunakan cat minyak yang biasanya untuk melukis di atas kanvas sehingga bahannya justru menjadi kaku dan lukisan menjadi mudah retak.
Agnes Budhisurya (sumber foto Indonesia fashion week)
Hal tersebut tidak membuatnya gentar hingga akhirnya dia menemukan cat lukis yang memang peruntukannya untuk kain. Agnes mulai menekuni proses melukis di atas sehelai kain halus dengan berbagai eksperimen. Dalam proses melukis pada bahan ini, tidak jarang terjadi 'kecelakaan' misalnya saja cat yang meleber kemana-mana.
“Dari situ saya mempelajari bagaimana mengatasi kesulitan tersebut. Namun tidak jarang sentuhan tambahan di luar rencana malah bisa menampilkan efek yang dramatis dan menjadi latar belakang lukisan yang menarik,” terangnya.
Sapuan gradasi warna yang apik serta berbagai lukisan pada lembaran kain tersebut kemudian didesain menjadi gaun, outer, dress, maupun scarft yang tak hanya menarik dan ekslusif tetapi juga mampu membentuk lekukan yang sempurna bagi si pengguna.Keunikan karya-karya Agnes memang terletak pada sapuan cat yang dilukiskan secara bebas pada gaun rancangannya.
Selain menyapukan cat pada gaun rancangannya, Agnes juga menghadirkan karya yang lebih unik dan eksklusif dengan memberi efek warna pada kain tradisional seperti batik dan tenun. Termasuk memperkaya ornamen pendukung pada gaun-gaunnya dengan sentuhan kuas lukisnya.
"Saya selalu konsisten dengan karya saya, yakni ciri khas berupa sapuan kuas dari lembaran kain yang halus dan tetap mengedepankan kain tradisional. Kuncinya harus tetap unik,” ujarnya.
Baca juga: Kala Keindahan Wastra Nusantara Dipadukan dengan Fesyen Berkelanjutan
Karya-karyanya pernah tampil di beberapa ajang fashion bergengsi, antara lain Indonesian Night 2004 di Washington DC, The Masterpiece Show, Pacific Place 2011, Miss World Top Model Show 2013 di Bali, Fashion Tendance Hotel Mulia 2010, Indonesia Fashion Week 2018-2022.
Bahkan pada usianya yang kini telah menginjak 78 tahun, Agnes masih tetap eksis di ajang fashion show bergengsi di negeri ini, baik itu Indonesia Fashion Week, juga berbagai event internasional lainnya.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.