Rumah Pengasingan Soekarno, Destinasi Wajib saat ke Bengkulu
04 May 2023 |
09:30 WIB
Presiden pertama Indonesia, Soekarno, kerap diasingkan ke sejumlah daerah oleh para penjajah guna mematahkan perlawanan rakyat. Bengkulu adalah salah satu wilayah yang pernah menjadi tempat pengasingan Bapak Proklamator kita ini. Rumah pengasingannya menjadi destinasi wisata yang tidak boleh dilewatkan oleh para wisatawan.
Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Soekarno diasingkan ke Bengkulu setelah para tokoh di Batavia, termasuk Mohammad Husni Thamrin menekan pemerintah Belanda.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Bahari Indonesia Timur dengan Lanskap Super Cantik
Mohammad Husni Thamrin yang seorang anggota Dewan Rakyat melayangkan protes karena sang proklamator sakit parah dalam pengasingannya di Ende, Nusa Tenggara Timur akibat wabah malaria. Aksi protes itu membuahkan hasil, sehingga pria yang juga disebut Bung Karno itu dipindahkan ke Bengkulu.
Soekarno diasingkan oleh Belanda pada 1938 sendirian. Namun, beberapa minggu kemudian, sang istri yang bernama Inggit Garnasih dan sang anak yang diangkatnya, yakni Ratna Djuami menyusul ke Bengkulu.
Di Bengkulu, sang proklamator ditempatkan di sebuah rumah yang pada awalnya milik seorang pengusaha bernama Tan Eng Cian. Hunian ini terletak di jantung kota Bengkulu, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka. Dia menempati rumah itu sampai 1942.
Total luas tanah rumah ini mencapai 4 hektare pada zaman dahulu. Namun, beberapa luas tanah dibagi-bagi untuk rumah penduduk, gedung instansi pemerintah daerah setempat, dan pemerintah Provinsi Bengkulu seiring berjalannya waktu.
Bangunan utama tempat pengasingan Bung Karno itu didirikan pada awal abad XX dengan memiliki atap limas, tidak berkaki, dan dinding polos. Pintu masuk utama dan jendelanya berdaun ganda serta berbentuk persegi panjang.
Setelah kemerdekaan, bangunan klasik beroramen Eropa dan Cina paska kemerdekaan itu digunakan sebagai markas PRI, rumah tinggal AURI, stasiun RRI, kantor pengurus KNIP, dan sekarang sepenuhnya dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2017 silam menetapkan hunian bersejarah ini sebagai cagar budaya nasional melalui Surat Keputusan Nomor 370/M/2017 lantaran perannya dalam perjuangan Soekarno selama di pengasingan.
Dalam laman Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, rumah itu menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bengkulu.
Di dalam hunian itu, para wisatawan dapat menyaksikan berbagai benda bersejarah Bung Karno. Benda-benda itu seperti sepeda ontel, buku bacaan, kostum Monte Carlo, Naskah Sandiwara, dan sebagainya. Tidak hanya itu, koleksi buku dengan bahasa Belanda juga dapat ditemukan oleh para pengunjung ketika memasukinya.
Jumlah buku yang terdapat di dalam rumah mencapai ratusan dan telah menemani sang proklamator dalam pengasingannya.
Kemudian, wisatawan juga dapat menjumpai foto-foto dan informasi tentang sejarah yang pernah terjadi di tempat itu atau jejak Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan di dalam negeri.
Baca juga: 5 Rekomendasi Wisata Yogyakarta dengan Spot Foto Instagramable
Dikutip dari laman Pemerintah Provinsi Bengkulu, Keluarga Alm. Ki Agus Husin merupakan pemilik hunian tersebut pada saat ini. Namun, Dinas Pariwisata Bengkulu merupakan pengelolanya. Arsitektur rumah itu juga masih sama dengan ketika Bung Karno tinggal.
Rumah sederhana ini menjadi saksi bisu Soekarno semasa menjalani masa pengasingannya. Terdapat banyak cerita sejarah yang akan didapatkan oleh wisatawan yang berkunjung.
Dikutip dari laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Soekarno diasingkan ke Bengkulu setelah para tokoh di Batavia, termasuk Mohammad Husni Thamrin menekan pemerintah Belanda.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Bahari Indonesia Timur dengan Lanskap Super Cantik
Mohammad Husni Thamrin yang seorang anggota Dewan Rakyat melayangkan protes karena sang proklamator sakit parah dalam pengasingannya di Ende, Nusa Tenggara Timur akibat wabah malaria. Aksi protes itu membuahkan hasil, sehingga pria yang juga disebut Bung Karno itu dipindahkan ke Bengkulu.
Soekarno diasingkan oleh Belanda pada 1938 sendirian. Namun, beberapa minggu kemudian, sang istri yang bernama Inggit Garnasih dan sang anak yang diangkatnya, yakni Ratna Djuami menyusul ke Bengkulu.
Di Bengkulu, sang proklamator ditempatkan di sebuah rumah yang pada awalnya milik seorang pengusaha bernama Tan Eng Cian. Hunian ini terletak di jantung kota Bengkulu, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka. Dia menempati rumah itu sampai 1942.
Total luas tanah rumah ini mencapai 4 hektare pada zaman dahulu. Namun, beberapa luas tanah dibagi-bagi untuk rumah penduduk, gedung instansi pemerintah daerah setempat, dan pemerintah Provinsi Bengkulu seiring berjalannya waktu.
Bangunan utama tempat pengasingan Bung Karno itu didirikan pada awal abad XX dengan memiliki atap limas, tidak berkaki, dan dinding polos. Pintu masuk utama dan jendelanya berdaun ganda serta berbentuk persegi panjang.
Setelah kemerdekaan, bangunan klasik beroramen Eropa dan Cina paska kemerdekaan itu digunakan sebagai markas PRI, rumah tinggal AURI, stasiun RRI, kantor pengurus KNIP, dan sekarang sepenuhnya dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 2017 silam menetapkan hunian bersejarah ini sebagai cagar budaya nasional melalui Surat Keputusan Nomor 370/M/2017 lantaran perannya dalam perjuangan Soekarno selama di pengasingan.
Dalam laman Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, rumah itu menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bengkulu.
Di dalam hunian itu, para wisatawan dapat menyaksikan berbagai benda bersejarah Bung Karno. Benda-benda itu seperti sepeda ontel, buku bacaan, kostum Monte Carlo, Naskah Sandiwara, dan sebagainya. Tidak hanya itu, koleksi buku dengan bahasa Belanda juga dapat ditemukan oleh para pengunjung ketika memasukinya.
Jumlah buku yang terdapat di dalam rumah mencapai ratusan dan telah menemani sang proklamator dalam pengasingannya.
Kemudian, wisatawan juga dapat menjumpai foto-foto dan informasi tentang sejarah yang pernah terjadi di tempat itu atau jejak Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan di dalam negeri.
Baca juga: 5 Rekomendasi Wisata Yogyakarta dengan Spot Foto Instagramable
Dikutip dari laman Pemerintah Provinsi Bengkulu, Keluarga Alm. Ki Agus Husin merupakan pemilik hunian tersebut pada saat ini. Namun, Dinas Pariwisata Bengkulu merupakan pengelolanya. Arsitektur rumah itu juga masih sama dengan ketika Bung Karno tinggal.
Rumah sederhana ini menjadi saksi bisu Soekarno semasa menjalani masa pengasingannya. Terdapat banyak cerita sejarah yang akan didapatkan oleh wisatawan yang berkunjung.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.