Penelitian Ungkap Kemampuan Bilingual dapat Melindungi Seseorang dari Demensia
03 May 2023 |
10:30 WIB
1
Like
Like
Like
Sudah jamak diketahui bahwa kemampuan bilingual atau berbicara dalam dua bahasa memiliki segudang manfaat. Mulai dari meningkatkan kehidupan sosial, peningkatan multitasking, hingga membuka lebih banyak kesempatan pertemanan dan kerja saat beranjak dewasa.
Namun, sebuah studi baru di Jerman baru-baru ini menemukan bahwa berbicara bilingual setiap hari sejak usia muda juga dapat melindungi seseorang dari perkembangan demensia. Diketahui, penderita demensia atau alzheimer terus meningkat setiap tahunnya, yang saat ini mencapai 50 juta pasien di seluruh dunia.
Tak hanya itu, para peneliti juga menentukan bahwa orang yang berbicara dwibahasa setiap hari sejak muda juga mendapat nilai lebih baik dalam tes belajar, memori, bahasa hingga kontrol terhadap diri pasien dibanding orang yang berbicara satu bahasa.
Baca juga: Minat Belajar Bahasa Asing Meningkat, dengan Catatan
Melansir Medical Daily, mereka sebelumnya telah menemukan hubungan antara bilingualisme dan demensia. Namun, studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal Neurobiology of Aging, mengevaluasi bagaimana bilingual pada tahap kehidupan yang berbeda berdampak pada kognisi dan struktur otak pada usia dewasa.
Para peneliti menyebut bahasa bilingualisme dapat bertindak sebagai faktor pelindung terhadap penurunan kognitif dan demensia. Hal itu terungkap saat mereka menguji 746 orang berusia 59 hingga 76 tahun dalam kurun beberapa waktu secara bertahap.
Dalam jurnal itu disebut bahwa sebanyak 40 persen dari mereka tidak memiliki masalah ingatan, sedangkan sisanya adalah pasien di klinik ingatan atau orang dengan keluhan kebingungan atau kehilangan ingatan yang dipicu oleh demensia.
Baca juga: Sering Tertukar, Ini 5 Jenis Demensia yang Perlu Diketahui
"Dari hasil penelitian, secara khusus kami mengamati bahwa berbicara 2 bahasa setiap hari, terutama pada tahap awal dan pertengahan kehidupan mungkin memiliki efek jangka panjang pada kognisi dan korelasi sarafnya," kata para peneliti.
Secara berlapis mereka juga meneliti para peserta dengan dievaluasi berdasarkan berbagai tes kosakata, memori, perhatian dan perhitungan. Tugasnya termasuk mengingat objek yang sebelumnya bernama, mengeja kata ke belakang dan menyalin desain yang disajikan kepada mereka.
Hasilnya, para peserta yang dilaporkan menggunakan bahasa kedua setiap hari ketika mereka berusia antara 13 dan 30 atau antara 30 dan 65 menunjukkan skor yang lebih tinggi pada kemampuan bahasa memori, fokus, perhatian dan pengambilan keputusan dibandingkan dengan mereka yang tidak bilingual.
Para ilmuwan pun percaya kemampuan bilingual untuk beralih di antara dua bahasa (code switching) adalah faktor kunci yang membuat mereka lebih baik dalam keterampilan kognitif seperti multitasking, mengelola emosi dan pengendalian diri, yang pada akhirnya melindungi mereka dari demensia.
“Keuntungan menjadi bilingual tidak hanya berasal dari pengetahuan kosa kata dan aturan L2, melainkan dari peralihan antar bahasa yang tepat dan sering, yang menuntut kontrol kognitif yang tinggi untuk menghambat potensi interferensi antar bahasa,” imbuh para peneliti.
Kendati begitu para peneliti memperingatkan dampak positif pada kemampuan kognitif mungkin juga karena faktor lain. Beberapa di antaranya seperti usia di mana bahasa dikodekan ke dalam memori, atau demografi atau pengalaman hidup orang-orang yang bilingual. Pasalnya, sejauh ini penelitian itu hanya mengevaluasi aspek penggunaan dua bahasa setiap hari dalam jangka waktu yang lama.
Baca juga: Riset: Belajar Bahasa Asing Pengaruhi Kemampuan Memproses Musik
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Namun, sebuah studi baru di Jerman baru-baru ini menemukan bahwa berbicara bilingual setiap hari sejak usia muda juga dapat melindungi seseorang dari perkembangan demensia. Diketahui, penderita demensia atau alzheimer terus meningkat setiap tahunnya, yang saat ini mencapai 50 juta pasien di seluruh dunia.
Tak hanya itu, para peneliti juga menentukan bahwa orang yang berbicara dwibahasa setiap hari sejak muda juga mendapat nilai lebih baik dalam tes belajar, memori, bahasa hingga kontrol terhadap diri pasien dibanding orang yang berbicara satu bahasa.
Baca juga: Minat Belajar Bahasa Asing Meningkat, dengan Catatan
Melansir Medical Daily, mereka sebelumnya telah menemukan hubungan antara bilingualisme dan demensia. Namun, studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal Neurobiology of Aging, mengevaluasi bagaimana bilingual pada tahap kehidupan yang berbeda berdampak pada kognisi dan struktur otak pada usia dewasa.
Research shows being bilingual, or speaking two languages has cognitive benefits & could help slow brain aging & prevent #dementia. Learning a new language helps your brain form novel pathways that enhance brain function. Plus, it could help you in your travels. #brainhealth pic.twitter.com/jR9UWG1Z6S
— Kristie Leong M.D. (@DrKristieLeong) April 29, 2023
Dalam jurnal itu disebut bahwa sebanyak 40 persen dari mereka tidak memiliki masalah ingatan, sedangkan sisanya adalah pasien di klinik ingatan atau orang dengan keluhan kebingungan atau kehilangan ingatan yang dipicu oleh demensia.
Baca juga: Sering Tertukar, Ini 5 Jenis Demensia yang Perlu Diketahui
"Dari hasil penelitian, secara khusus kami mengamati bahwa berbicara 2 bahasa setiap hari, terutama pada tahap awal dan pertengahan kehidupan mungkin memiliki efek jangka panjang pada kognisi dan korelasi sarafnya," kata para peneliti.
Secara berlapis mereka juga meneliti para peserta dengan dievaluasi berdasarkan berbagai tes kosakata, memori, perhatian dan perhitungan. Tugasnya termasuk mengingat objek yang sebelumnya bernama, mengeja kata ke belakang dan menyalin desain yang disajikan kepada mereka.
Hasilnya, para peserta yang dilaporkan menggunakan bahasa kedua setiap hari ketika mereka berusia antara 13 dan 30 atau antara 30 dan 65 menunjukkan skor yang lebih tinggi pada kemampuan bahasa memori, fokus, perhatian dan pengambilan keputusan dibandingkan dengan mereka yang tidak bilingual.
Para ilmuwan pun percaya kemampuan bilingual untuk beralih di antara dua bahasa (code switching) adalah faktor kunci yang membuat mereka lebih baik dalam keterampilan kognitif seperti multitasking, mengelola emosi dan pengendalian diri, yang pada akhirnya melindungi mereka dari demensia.
“Keuntungan menjadi bilingual tidak hanya berasal dari pengetahuan kosa kata dan aturan L2, melainkan dari peralihan antar bahasa yang tepat dan sering, yang menuntut kontrol kognitif yang tinggi untuk menghambat potensi interferensi antar bahasa,” imbuh para peneliti.
Kendati begitu para peneliti memperingatkan dampak positif pada kemampuan kognitif mungkin juga karena faktor lain. Beberapa di antaranya seperti usia di mana bahasa dikodekan ke dalam memori, atau demografi atau pengalaman hidup orang-orang yang bilingual. Pasalnya, sejauh ini penelitian itu hanya mengevaluasi aspek penggunaan dua bahasa setiap hari dalam jangka waktu yang lama.
Baca juga: Riset: Belajar Bahasa Asing Pengaruhi Kemampuan Memproses Musik
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.