Sejarah & Makna Halalbihalal yang Sering Dilakukan saat Lebaran, Ternyata Ini Asal Usulnya
25 April 2023 |
14:00 WIB
Suasana Lebaran masih terasa di sekitar kita. Salah satu tradisinya yang tak pernah ketinggalan adalah halalbihalal. Biasanya hal ini dilakukan dengan bersilaturahmi ke rumah tetangga, sanak saudara, dan kerabat lainnya. Pada momen tersebut, orang-orang akan saling bersalam-salaman dan memaafkan.
Halalbihalal sendiri memiliki makna dan sejarahnya tersendiri di Indonesia. Sekilas dilihat dari kata-katanya memang terdengar seperti bahasa Arab, tapi sebetulnya istilah merupakan kata serapan dari 'halal' dengan tambahan 'bi' yang artinya 'dengan' dalam bahasa Arab.
Baca juga: Intip 5 Tradisi Unik Lebaran di Berbagai Negara, Turki hingga Mesir
Halalbihalal tidak dapat diartikan secara harfiah dan satu persatu antara halal, bi, dan halal. Istilah 'halal' berasal dari kata 'halla' dalam bahasa Arab, yang mengandung tiga makna, yaitu halal al-habi (benang kusut terurai kembali); halla al-maa (air keruh diendapkan); serta halla as-syai (halal sesuatu).
Dari ketiga makna tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa makna halalbihalal adalah kekusutan, kekeruhan, atau kesalahan yang selama ini dilakukan dapat dihalalkan kembali. Artinya, semua kesalahan melebur, hilang, dan kembali seperti sedia kala.
Kata halalbihalal bahkan sudah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang artinya maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Kegiatan ini juga diartikan sebagai bentuk silaturahmi, biasanya diadakan di sebuah tempat seperti auditorium, aula, dan sebagainya oleh sekelompok orang.
Namun, tak sedikit juga yang menjadikan halalbihalal sebagai ajang 'open house', di mana sebuah rumah mengundang orang-orang untuk datang bersilaturahmi. Halalbihalal sendiri memiliki sejarah yang panjang di Indonesia dan banyak juga versi mengenai asal usul istilah tersebut.
Tradisi yang serupa dengan Halalbihalal diyakini sudah ada sejak masa Mangkunegara I atau yang dikenal dengan masa Pangeran Sambernyawa. Setelah salat Idulfitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para penggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.
Pada pertemuan ini diadakan tradisi sungkem atau saling memaafkan. Semua penggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah Halalbihalal.
Dalam kamus Jawa-Belanda karya Dr. Th. Pigeaud (1938), disebutkan bahwa istilah Halalbihalal berasal dari kata 'alal behalal' dan 'halal behalal'. Alal behalal memiliki arti salam (datang, pergi) untuk (memohon maaf atas kesalahan kepada orang lebih tua atau orang lainnya setelah puasa (Lebaran, Tahun Baru Jawa). Sementara halal behalal diartikan sebagai dengan salam (datang, pergi) untuk (saling memaafkan di waktu Lebaran).
Ada juga yang menyebutkan bahwa asal usul istilah Halal Bihalal bermula dari pedagang martabak asal India di Taman Sriwedari Solo sekitar tahun 1935-1936. Zaman dulu martabak tergolong makanan baru bagi masyarakat Indonesia. Pedagang martabak tersebut kemudian dibantu oleh pembantu primbuminya untuk mempromosikan dagangannya dengan kata-kata ‘martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal’.
Sejak saat itu, istilah halal behalal mulai populer di masyarakat Solo. Mereka kemudian menggunakan istilah ini untuk sebutan seperti pergi ke Sriwedari di hari Lebaran atau silaturahmi pada hari Lebaran. Kegiatan Halalbihalal tersebut kemudian berkembang menjadi acara silaturahmi saling bermaafan saat Lebaran.
Atas saran KH Wahab, pada Hari Raya Idulfitri pada tahun 1948, presiden Soekarno mengundang seluruh tokoh politik datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahmi yang diberi judul 'Halal Bihalal'. Sejak saat itu, berbagai instansi pemerintah di masa pemerintahan Soekarno menyelenggarakan Halalbihalal yang kemudian diikuti masyarakat Indonesia secara luas.
Baca juga: Awal Mula Tradisi Beli Baju Lebaran, Ternyata Ada Pengaruh Kolonial Belanda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Halalbihalal sendiri memiliki makna dan sejarahnya tersendiri di Indonesia. Sekilas dilihat dari kata-katanya memang terdengar seperti bahasa Arab, tapi sebetulnya istilah merupakan kata serapan dari 'halal' dengan tambahan 'bi' yang artinya 'dengan' dalam bahasa Arab.
Baca juga: Intip 5 Tradisi Unik Lebaran di Berbagai Negara, Turki hingga Mesir
Halalbihalal tidak dapat diartikan secara harfiah dan satu persatu antara halal, bi, dan halal. Istilah 'halal' berasal dari kata 'halla' dalam bahasa Arab, yang mengandung tiga makna, yaitu halal al-habi (benang kusut terurai kembali); halla al-maa (air keruh diendapkan); serta halla as-syai (halal sesuatu).
Dari ketiga makna tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa makna halalbihalal adalah kekusutan, kekeruhan, atau kesalahan yang selama ini dilakukan dapat dihalalkan kembali. Artinya, semua kesalahan melebur, hilang, dan kembali seperti sedia kala.
Kata halalbihalal bahkan sudah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang artinya maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Kegiatan ini juga diartikan sebagai bentuk silaturahmi, biasanya diadakan di sebuah tempat seperti auditorium, aula, dan sebagainya oleh sekelompok orang.
Namun, tak sedikit juga yang menjadikan halalbihalal sebagai ajang 'open house', di mana sebuah rumah mengundang orang-orang untuk datang bersilaturahmi. Halalbihalal sendiri memiliki sejarah yang panjang di Indonesia dan banyak juga versi mengenai asal usul istilah tersebut.
1. Masa Mangkunegara I
Tradisi yang serupa dengan Halalbihalal diyakini sudah ada sejak masa Mangkunegara I atau yang dikenal dengan masa Pangeran Sambernyawa. Setelah salat Idulfitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para penggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.Pada pertemuan ini diadakan tradisi sungkem atau saling memaafkan. Semua penggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah Halalbihalal.
2. Dibawa oleh Pedagang India ke Jawa
Dalam kamus Jawa-Belanda karya Dr. Th. Pigeaud (1938), disebutkan bahwa istilah Halalbihalal berasal dari kata 'alal behalal' dan 'halal behalal'. Alal behalal memiliki arti salam (datang, pergi) untuk (memohon maaf atas kesalahan kepada orang lebih tua atau orang lainnya setelah puasa (Lebaran, Tahun Baru Jawa). Sementara halal behalal diartikan sebagai dengan salam (datang, pergi) untuk (saling memaafkan di waktu Lebaran).Ada juga yang menyebutkan bahwa asal usul istilah Halal Bihalal bermula dari pedagang martabak asal India di Taman Sriwedari Solo sekitar tahun 1935-1936. Zaman dulu martabak tergolong makanan baru bagi masyarakat Indonesia. Pedagang martabak tersebut kemudian dibantu oleh pembantu primbuminya untuk mempromosikan dagangannya dengan kata-kata ‘martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal’.
Sejak saat itu, istilah halal behalal mulai populer di masyarakat Solo. Mereka kemudian menggunakan istilah ini untuk sebutan seperti pergi ke Sriwedari di hari Lebaran atau silaturahmi pada hari Lebaran. Kegiatan Halalbihalal tersebut kemudian berkembang menjadi acara silaturahmi saling bermaafan saat Lebaran.
3. Pemerintahan Presiden Soekarno
Istilah Halalbihalal juga kembali populer pada masa pemerintahan presiden Soekarno. Berawal dari dari KH Abdul Wahab Hasbullah seorang ulama pendiri Nahdlatul Ulama yang memperkenalkan istilah Halalbihalal pada presiden Soekarno sebagai bentuk cara silaturahmi antar-pemimpin politik yang pada saat itu kerap berkonflik.Atas saran KH Wahab, pada Hari Raya Idulfitri pada tahun 1948, presiden Soekarno mengundang seluruh tokoh politik datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahmi yang diberi judul 'Halal Bihalal'. Sejak saat itu, berbagai instansi pemerintah di masa pemerintahan Soekarno menyelenggarakan Halalbihalal yang kemudian diikuti masyarakat Indonesia secara luas.
Baca juga: Awal Mula Tradisi Beli Baju Lebaran, Ternyata Ada Pengaruh Kolonial Belanda
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.