Element hingga Angkasa Bagikan Resep Jaga Eksistensi sebagai Band
14 April 2023 |
08:30 WIB
1
Like
Like
Like
Industri musik Indonesia terus di ramaikan dengan kemunculan penyanyi dan grup band baru. Terlebih, dengan perkembangan teknologi dan kian terbukanya akses informasi, para penikmat musik di Tanah Air juga bisa turut menikmati musik-musik dari musisi internasional.
Namun, di tengah perkembangan tersebut, para musisi Indonesia yang melejit era 2000-an yang didominasi oleh grup band pop juga masih mendapatkan tempat di kalangan pencinta musik dalam negeri. Hal ini tidak terlepas dari peran platform musik digital dan media sosial yang menjadi wadah bagi karya-karya musik mereka tetap eksis hingga kini.
Di samping itu, eksistensi para musisi era 2000-an juga turut ditopang dengan sederet upaya mereka untuk tetap menghadirkan musik-musik yang relevan dengan selera pasar hari ini, plus banyaknya festival musik yang masih menggandeng mereka sebagai pengisi acara. Hal inilah yang membuat musik-musik mereka tak hanya dapat dinikmati oleh generasinya, tetapi juga kalangan yang lebih muda.
Baca juga: Profil Coldplay, Band Rock Alternatif Asal Inggris yang Disebut Bakal Konser di Indonesia
Adhitya Pratama, Gitaris grup band Element, mengatakan kebanyakan materi lagu-lagu yang dibuat oleh musisi era 2000-an secara tidak langsung bisa menjadi semacam 'soundtrack' dalam perjalanan hidup pendengarnya. Oleh karena itu, tak heran jika sampai hari ini, lagu-lagu tersebut masih memiliki tempat di kalangan penikmat musik.
Menurutnya, proses bermusik yang tak mudah pada era 1990-an sampai 2000-an turut membentuk mentalitas dan karakter yang kuat pada musisi yang berkembang pada era tersebut. Hal itulah yang membuat lagu-lagu pada era yang disebut masa keemasan grup band itu memiliki karakter yang kuat, terlepas apapun jenis musik yang disajikan.
"Menurut gue itu adalah satu power [kekuatan] yang membuat kami masih eksis sampai hari ini," katanya saat ditemui Hypeabis.id di Jakarta, baru-baru ini.
Untuk tetap terdengar relevan dengan kalangan penikmat musik yang lebih muda, Element pun tak menutup mata dengan minat industri musik saat ini. Band yang terbentuk pada 14 Februari 1999 ini terus berupaya menciptakan karya musik yang lebih relevan dengan zaman namun tetap mempertahankan karakter mereka.
Pria yang akrab disapa Adit itu menilai bahwa saat ini kebanyakan anak muda lebih menyukai lagu-lagu yang easy listening atau mudah untuk didengarkan dan dinikmati, baik dari segi lirik, komposisi, aransemen, hingga manajemen sound atau suaranya.
"Anak sekarang tuh denger musik yang ada distorsinya sedikit sudah dianggap berisik. Tapi kami enggak kaget dengan hal itu karena kami sudah pernah melewati itu dan kami tetap mempertahankan karakter dengan media dan suasana yang baru," ujarnya.
Seiring perkembangan teknologi, industri musik di berbagai belahan dunia telah mengalami evolusi. Jika dahulu seorang musisi mengeluarkan karya musik dalam bentuk album, saat ini hampir seluruhnya meluncurkan karya tiap lagu baru nantinya akan disatukan menjadi album.
Menurut Adit, saat ini sebuah lagu lebih dilihat seperti konten. Bagi siapapun musisi yang rutin dan produktif merilis lagu, maka dia akan terus menjadi perhatian audiens di media sosial. Kondisi inilah yang menurutnya turut mengubah perilaku penikmat musik di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia.
"Zaman dulu, kalau orang suka musik pasti akan beli albumnya dan ngulik band-nya. Saat ini memang ada transisi karena anak muda sekarang sudah stuck dengan digital. Akhirnya kami ini harus belajar dari yang sekarang," imbuhnya.
Ya, seiring perkembangan teknologi, saat ini kebanyakan orang menikmati musik melalui sejumlah platform digital streaming dan media sosial. Perlahan tapi pasti, rilisan musik dalam bentuk fisik seperti kaset, CD, ataupun vinyl, sudah semakin sedikit peminatnya.
Namun, melesatnya perkembangan media sosial juga turut mendongkrak eksistensi musisi era 2000-an seperti yang dialami oleh grup band Angkasa. Vokalis Angkasa, Yanto Hermanto, mengatakan media sosial seperti TikTok memiliki peran yang cukup penting untuk mempopulerkan kembali lagu-lagu yang sempat hit pada tahun 2000-an tak terkecuali dari Angkasa.
Lagu-lagu tersebut biasanya dijadikan semacam musik latar dalam membuat konten video. Semakin banyak yang menggunakan lagu di TikTok, makin terkenal pula musisi yang menciptakan karya musik tersebut. "Itu sangat membantu untuk media promo di musik," kata pria yang akrab disapa Ato itu.
Baca juga: Warna Musik Makin Variatif, Musisi Sayangkan Indonesia Justru Defisit Grup Band
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Namun, di tengah perkembangan tersebut, para musisi Indonesia yang melejit era 2000-an yang didominasi oleh grup band pop juga masih mendapatkan tempat di kalangan pencinta musik dalam negeri. Hal ini tidak terlepas dari peran platform musik digital dan media sosial yang menjadi wadah bagi karya-karya musik mereka tetap eksis hingga kini.
Di samping itu, eksistensi para musisi era 2000-an juga turut ditopang dengan sederet upaya mereka untuk tetap menghadirkan musik-musik yang relevan dengan selera pasar hari ini, plus banyaknya festival musik yang masih menggandeng mereka sebagai pengisi acara. Hal inilah yang membuat musik-musik mereka tak hanya dapat dinikmati oleh generasinya, tetapi juga kalangan yang lebih muda.
Baca juga: Profil Coldplay, Band Rock Alternatif Asal Inggris yang Disebut Bakal Konser di Indonesia
Adhitya Pratama, Gitaris grup band Element, mengatakan kebanyakan materi lagu-lagu yang dibuat oleh musisi era 2000-an secara tidak langsung bisa menjadi semacam 'soundtrack' dalam perjalanan hidup pendengarnya. Oleh karena itu, tak heran jika sampai hari ini, lagu-lagu tersebut masih memiliki tempat di kalangan penikmat musik.
Menurutnya, proses bermusik yang tak mudah pada era 1990-an sampai 2000-an turut membentuk mentalitas dan karakter yang kuat pada musisi yang berkembang pada era tersebut. Hal itulah yang membuat lagu-lagu pada era yang disebut masa keemasan grup band itu memiliki karakter yang kuat, terlepas apapun jenis musik yang disajikan.
"Menurut gue itu adalah satu power [kekuatan] yang membuat kami masih eksis sampai hari ini," katanya saat ditemui Hypeabis.id di Jakarta, baru-baru ini.
Band Angkasa (Sumber gambar: Angkasa Official Instagram)
Musik yang Relevan
Untuk tetap terdengar relevan dengan kalangan penikmat musik yang lebih muda, Element pun tak menutup mata dengan minat industri musik saat ini. Band yang terbentuk pada 14 Februari 1999 ini terus berupaya menciptakan karya musik yang lebih relevan dengan zaman namun tetap mempertahankan karakter mereka.Pria yang akrab disapa Adit itu menilai bahwa saat ini kebanyakan anak muda lebih menyukai lagu-lagu yang easy listening atau mudah untuk didengarkan dan dinikmati, baik dari segi lirik, komposisi, aransemen, hingga manajemen sound atau suaranya.
"Anak sekarang tuh denger musik yang ada distorsinya sedikit sudah dianggap berisik. Tapi kami enggak kaget dengan hal itu karena kami sudah pernah melewati itu dan kami tetap mempertahankan karakter dengan media dan suasana yang baru," ujarnya.
Seiring perkembangan teknologi, industri musik di berbagai belahan dunia telah mengalami evolusi. Jika dahulu seorang musisi mengeluarkan karya musik dalam bentuk album, saat ini hampir seluruhnya meluncurkan karya tiap lagu baru nantinya akan disatukan menjadi album.
Menurut Adit, saat ini sebuah lagu lebih dilihat seperti konten. Bagi siapapun musisi yang rutin dan produktif merilis lagu, maka dia akan terus menjadi perhatian audiens di media sosial. Kondisi inilah yang menurutnya turut mengubah perilaku penikmat musik di seluruh dunia tak terkecuali di Indonesia.
"Zaman dulu, kalau orang suka musik pasti akan beli albumnya dan ngulik band-nya. Saat ini memang ada transisi karena anak muda sekarang sudah stuck dengan digital. Akhirnya kami ini harus belajar dari yang sekarang," imbuhnya.
Ya, seiring perkembangan teknologi, saat ini kebanyakan orang menikmati musik melalui sejumlah platform digital streaming dan media sosial. Perlahan tapi pasti, rilisan musik dalam bentuk fisik seperti kaset, CD, ataupun vinyl, sudah semakin sedikit peminatnya.
Namun, melesatnya perkembangan media sosial juga turut mendongkrak eksistensi musisi era 2000-an seperti yang dialami oleh grup band Angkasa. Vokalis Angkasa, Yanto Hermanto, mengatakan media sosial seperti TikTok memiliki peran yang cukup penting untuk mempopulerkan kembali lagu-lagu yang sempat hit pada tahun 2000-an tak terkecuali dari Angkasa.
Lagu-lagu tersebut biasanya dijadikan semacam musik latar dalam membuat konten video. Semakin banyak yang menggunakan lagu di TikTok, makin terkenal pula musisi yang menciptakan karya musik tersebut. "Itu sangat membantu untuk media promo di musik," kata pria yang akrab disapa Ato itu.
Baca juga: Warna Musik Makin Variatif, Musisi Sayangkan Indonesia Justru Defisit Grup Band
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.