Kiat Awal Berinvestasi, Seimbangkan Risiko dan Imbal Hasil dengan Metode Risk-First
03 April 2023 |
13:44 WIB
Apa pun tujuan seseorang berinvestasi, sangat penting untuk memastikan bahwa hasil jerih payahnya dalam investasi tersebut bisa mendapatkan hasil yang positif. Namun, nilai instrumen investasi kerap tidak bisa ditebak dan sering kali sangat dinamis.
Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret mengatakan kedinamisan memang hal yang wajar dalam investasi. Investor hanya perlu mengenali risikonya, kemudian menerapkan strategi yang baik dalam menghadapi sifat dinamis tersebut.
Baca juga: Alasan Emas Masih Jadi Instrumen Investasi yang Diminati
Sayangnya, bagi investor pemula, dua hal ini kerap dilupakan. Mereka sering kali langsung terjun ke dunia investasi tanpa persiapan apa pun. Bahkan, untuk sekadar tahu akan risiko pun tidak. Hal ini terjadi karena masih minimnya literasi investasi di masyarakat.
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan tingkat inklusi di pasar modal meningkat pesat, dari 1,55% pada 2019 menjadi 5,19% pada 2022.
Namun, peningkatan inklusi tidak diiringi dengan tingkat literasinya. Pada 2022, tingkat literasi keuangan di sektor pasar modal justru turun menjadi 4,11 pada 2022, dari sebelumnya 4,97 pada 2019.
Vera menekankan bahwa sebelum memulai berinvestasi, seseorang perlu mengenali risikonya terlebih dahulu. Risiko dalam investasi ini bisa datang dari dua hal.
Pertama adalah risiko terhadap diri sendiri. Menurut Vera, selain bisa mendapatkan profit, investasi juga dapat menyebabkan kerugian. Jika salah dalam melakukan strategi, alih-alih untung, seseorang justru bisa mengalami kerugian.
Kedua adalah risiko dari produk yang akan diinvestasikan. Dengan adanya demam investasi yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini, investor harus lebih jeli memilih produk investasi yang aman. Jangan sampai salah memilih sehingga terjebak di dalam investasi bodong.
Dalam berinvestasi, setiap orang pasti menginginkan nilai investasinya terus bertambah. Namun, sebaiknya jangan terlena dengan godaan penambahan nilai yang terlalu bombastis.
Dirinya lebih menyarankan untuk melakukan pendekatan Risk-First Approach. Dengan pendekatan ini, seseorang dapat menyeimbangkan antara risiko dan imbal hasil yang akan diperolehnya. Seseorang juga akan lebih memahami tingkat risiko dalam berinvestasi yang akan menjadi pondasi awal sebelum melakukan perjalanan pengelolaan keuangan.
“Pendekatan ini bisa membantu mengidentifikasi risiko serta mengelola portofolio investasinya sebelum mempertimbangkan imbal hasil yang ingin dicapai. Harapannya bisa terhindar dari risiko berlebihan dalam mencapai tujuan keuangan,” ujar Vera dalam acara Preserve and Grow Your Wealth Through Risk-First Approach di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Namun, sebenarnya tidak cukup hanya tahu risiko saja, seseorang juga perlu menentukan tujuan dalam berinvestasi. Mulai dari tujuan jangka pendek, tujuan jangka panjang, hingga tujuan praktikal, seperti untuk sekolah anak, dana pensiun, dan sebagainya.
Tujuan investasi ini penting karena akan membuat investor paham akan arah investasinya. Hal ini juga bisa membantu investor tidak gampang goyah jika menemui sejumlah kendala tertentu saat berinvestasi. Tujuan investasi, kata Vera, juga menentukan produk investasi apa yang paling tepat dipilih.
Dalam pendekatan risiko ini, ada tiga pilar utama yang perlu dipahami. Pertama adalah protect, yakni usaha untuk melindungi diri sendiri, harta sendiri, dan orang yang dicintai dengan alokasi dana yang sesuai kebutuhan, solusi asuransi yang tepat, dan aset berisiko rendah.
Kedua adalah build, yakni membangun portofolio investasi yang lebih kuat. Skema ini dirancang untuk membantu mencari imbal hasil yang stabil guna mencapai tujuan dasar jangka panjang.
Ketiga adalah enhance, yakni meningkatkan nilai investasi dengan taktis. Investor mulai mencoba menangkap peluang yang ada dengan cepat dan tepat. Namun, jenis ini memiliki risiko tersendiri. Sebab, imbal hasil yang tinggi sama dengan risiko yang tinggi pula.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret mengatakan kedinamisan memang hal yang wajar dalam investasi. Investor hanya perlu mengenali risikonya, kemudian menerapkan strategi yang baik dalam menghadapi sifat dinamis tersebut.
Baca juga: Alasan Emas Masih Jadi Instrumen Investasi yang Diminati
Sayangnya, bagi investor pemula, dua hal ini kerap dilupakan. Mereka sering kali langsung terjun ke dunia investasi tanpa persiapan apa pun. Bahkan, untuk sekadar tahu akan risiko pun tidak. Hal ini terjadi karena masih minimnya literasi investasi di masyarakat.
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan tingkat inklusi di pasar modal meningkat pesat, dari 1,55% pada 2019 menjadi 5,19% pada 2022.
Namun, peningkatan inklusi tidak diiringi dengan tingkat literasinya. Pada 2022, tingkat literasi keuangan di sektor pasar modal justru turun menjadi 4,11 pada 2022, dari sebelumnya 4,97 pada 2019.
Risiko Investasi
Vera menekankan bahwa sebelum memulai berinvestasi, seseorang perlu mengenali risikonya terlebih dahulu. Risiko dalam investasi ini bisa datang dari dua hal.Pertama adalah risiko terhadap diri sendiri. Menurut Vera, selain bisa mendapatkan profit, investasi juga dapat menyebabkan kerugian. Jika salah dalam melakukan strategi, alih-alih untung, seseorang justru bisa mengalami kerugian.
Kedua adalah risiko dari produk yang akan diinvestasikan. Dengan adanya demam investasi yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini, investor harus lebih jeli memilih produk investasi yang aman. Jangan sampai salah memilih sehingga terjebak di dalam investasi bodong.
Dalam berinvestasi, setiap orang pasti menginginkan nilai investasinya terus bertambah. Namun, sebaiknya jangan terlena dengan godaan penambahan nilai yang terlalu bombastis.
Dirinya lebih menyarankan untuk melakukan pendekatan Risk-First Approach. Dengan pendekatan ini, seseorang dapat menyeimbangkan antara risiko dan imbal hasil yang akan diperolehnya. Seseorang juga akan lebih memahami tingkat risiko dalam berinvestasi yang akan menjadi pondasi awal sebelum melakukan perjalanan pengelolaan keuangan.
“Pendekatan ini bisa membantu mengidentifikasi risiko serta mengelola portofolio investasinya sebelum mempertimbangkan imbal hasil yang ingin dicapai. Harapannya bisa terhindar dari risiko berlebihan dalam mencapai tujuan keuangan,” ujar Vera dalam acara Preserve and Grow Your Wealth Through Risk-First Approach di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Namun, sebenarnya tidak cukup hanya tahu risiko saja, seseorang juga perlu menentukan tujuan dalam berinvestasi. Mulai dari tujuan jangka pendek, tujuan jangka panjang, hingga tujuan praktikal, seperti untuk sekolah anak, dana pensiun, dan sebagainya.
Tujuan Investasi
Tujuan investasi ini penting karena akan membuat investor paham akan arah investasinya. Hal ini juga bisa membantu investor tidak gampang goyah jika menemui sejumlah kendala tertentu saat berinvestasi. Tujuan investasi, kata Vera, juga menentukan produk investasi apa yang paling tepat dipilih.Dalam pendekatan risiko ini, ada tiga pilar utama yang perlu dipahami. Pertama adalah protect, yakni usaha untuk melindungi diri sendiri, harta sendiri, dan orang yang dicintai dengan alokasi dana yang sesuai kebutuhan, solusi asuransi yang tepat, dan aset berisiko rendah.
Kedua adalah build, yakni membangun portofolio investasi yang lebih kuat. Skema ini dirancang untuk membantu mencari imbal hasil yang stabil guna mencapai tujuan dasar jangka panjang.
Ketiga adalah enhance, yakni meningkatkan nilai investasi dengan taktis. Investor mulai mencoba menangkap peluang yang ada dengan cepat dan tepat. Namun, jenis ini memiliki risiko tersendiri. Sebab, imbal hasil yang tinggi sama dengan risiko yang tinggi pula.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.