kaligrafi Arab yang mengungkapkan ayat-ayat suci Al-Quran marak menjadi idiom islami dalam seni lukis modern Indonesia (Sumber gambar ilustrasi: pexels/ Hurrah Suhali)

3 Seniman Indonesia yang Kerap Menyematkan Kaligrafi dalam Karya Lukisan

30 March 2023   |   09:00 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Ada banyak objek yang kerap digoreskan oleh para seniman dalam proses berkarya di atas kanvas. Salah satu di antaranya adalah kaligrafi Arab. Umumnya, mereka menampilkan seni khat itu untuk merepresentasikan nilai-nilai dan norma Islam. Oleh karenanya, tak kalimat atau ungkapan yang dipakai bersumber dari Al-Qur'an atau Hadis. 

Dikutip dari tulisan tentang lukisan berjudul Fii Sabiilillaah karya seniman Syaiful Adnan di laman Galeri Nasional Indonesia, kaligrafi Arab yang mengungkapkan ayat-ayat suci Al-Qur'an marak menjadi idiom islami dalam seni lukis modern di Tanah Air. 

“Hal itu sejalan juga perkembangan seni lukis abstrak dan simbolis yang merepresentasikan nilai-nilai dan norma islami,” demikian pernyataan tertulis di laman Galeri Nasional Indonesia. 

Baca juga: Arab Saudi Jadi Tuan Rumah Biennale Seni Islam Pertama di Dunia

Fenomena itu juga makin marak seiring dengan gelombang pasang keimanan umat islam di Indonesia, khususnya pada 1970-an pasca-tumbangnya komunisme. Perkembangan seni lukis kaligrafi dipertegas dengan pameran-pameran berskala nasional yang sangat signifikan di dalam negeri.

Kemudian, sejumlah seniman dengan objek kaligrafi Arab bermunculan di dalam negeri. Mereka membawa nilai-nilai dan norma yang ada di dalam Islam. Berikut sejumlah seniman lukis yang terkenal dengan objek kaligrafi Arabnya yang dirangkum dari laman Galeri Nasional Indonesia.
 

1. Achmad Sadali

Lukisan Gunung Emas karya Achmad Sadali (Sumber: Galeri Nasional)

Lukisan Gunung Emas karya Achmad Sadali (Sumber: Galeri Nasional)

Achmad Sadali adalah salah satu seniman yang juga kerap menyematkan kaligrafi Arab dalam berbagai karya. Dalam proses kreatifnya, dia disebutkan berusaha membebaskan representasi bentuk apa pun dari alam, sehingga memunculkan karakter unsur-unsur visual seperti garis, warna, ruang, dan tekstur untuk mencapai kesadaran spiritual.

Unsur-unsur visual itu diwujudkan menjadi tanda-tanda seperti bentuk segitiga dengan torehan emas, kehancuran bidang-bidang dan ruang kosong, serta guratan kaligrafi Arab. Semua bentuk itu, melambangkan ingatan kolektif sosiokultural masyarakat yang merujuk kepada tanda religiusitas dan kefanaan.

Sadali, yang terkenal sebagai muslim yang taat, selalu menjiwai penghayatannya terhadap surat Al-Qur'an dalam renungan kreativitas yang dilakukan. Dia sadar bahwa manusia mendapatkan anugerah tiga potensi, yaitu kemampuan berzikir, berfikir, dan beriman melalui surat Ali Imron ayat 190-191. 

Salah satu karyanya berjudul Gunung Emas (1980) dengan medium cat minyak, kayu, kanvas berukuran 80 x 80 cm menjadi salah satu ungkapannya yang mewakili pencapaian nilai religiositas. Dalam lukisan ini, dia menggoreskan lelehan emas dan guratan-guratan kaligrafi Al-Qur'an yang memancarkan spiritualitas Islami.
 

2. A.D. Pirous

Lukisan Beratapan Langit dan Bumi Amparan (Sumber: Galeri Nasional)

Lukisan Beratapan Langit dan Bumi Amparan (Sumber: Galeri Nasional)

Sang seniman termasuk salah satu seorang pelukis kaligrafi ternama dalam seni lukis modern Indonesia. Pemilik nama lengkap Abdul Djalil Pirous itu pada awalnya mengikut gaya Ries Mulder dalam berkarya. Namun, pada akhirnya bereksperimen dengan bentuk bebas.

Pada 1970, dia sampai pada pencapaian bentuk-bentuk abstrak dan juga memasukkan kaligrafi Al-Qur’an dan ragam hias etnis Aceh dalam karyanya. Kesadaran untuk menggali khazanah asli daerah tempat kelahiran itu muncul saat melihat koleksi seni Islam Timur Tengah di New York Metropolitan Museum dan Pameran Besar Seni Lukis Amerika Serikat 30 Tahun.

Salah satu karyanya berjudul Beratapan Langit dan Bumi Amparan (1990) dengan media campuran berukuran 100 x 150 cm. Lukisan ini disebut menghadirkan spiritualitas yang menyentuh. Latar belakang biru ultramarin membawa imaji tentang kedalaman kosmos yang tak terhingga.

Di atas, menyembul bagian dari potongan bidang oker yang mencitrakan suatu massa langit. Di bawah, dua bidang putih dengan kaligrafi Al-Qur'an tegak menjadi pondasi yang kokoh untuk citra Bumi. Di antara imaji tentang langit dan bumi itu, suatu garis putih yang serupa cahaya membelah vertikal melewati kedalaman kosmos.

Dengan berbagai karakter yang dapat dibaca lewat fenomena tekstual tersebut, maka garis yang serupa cahaya itu dapat ditafsirkan sebagai cahaya keilahian yang menghubungkan langit dan bumi.
 

3. Syaiful Adnan

Lukisan Fii Sabiililaah karya Syaiful Adnan (Sumber: Galeri Nasional)

Lukisan Fii Sabiilillaah karya Syaiful Adnan (Sumber: Galeri Nasional)

Syaiful Adnan adalah seorang seniman kelahiran Saningbakar, Solok, Sumatra Barat pada 1957. Seniman ini mulai dikenal sebagai pelukis ketika belajar di STSRI -ASRI Yogyakarta. Dia merupakan salah satu sosok yang rajin menggali khazanah seni lukis kaligrafi sejak 1977.

Pria yang aktif mengikuti pameran seni rupa baik di dalam maupun luar negeri itu pernah meraih penghargaan untuk karya seninya. Salah satu karya yang pernah dibuatnya adalah lukisan berjudul Fii Sabiilillaah (1977) dengan medium cat minyak di atas kanvas berukuran 100 x 100 cm. Karya ini mengungkapkan ayat Al-Qur'an. 

Secara visual, kaligrafi itu bisa dilihat dekat dengan bentuk dasar khat Kufi yang memiliki karakter menyiku dan menyudut. Namun, sang seniman menggubah kaligrafinya dengan gaya pribadi yang artistik dan khas dalam bentuk yang menyerupai pedang yang tajam.

Dia menampilkan surat Alhujaraat ayat 15 dengan latar putih, bidang-bidang tekstural, dan garis-garis retak yang memberi kesan arkhaik. Rangkaian simbol visual itu mencitrakan lembaran naskah suci keramat yang diletakkan pada latar belakang warna redup hijau lumut.

Baca juga: 10 Destinasi Situs Peninggalan Kerajaan Islam, Pas untuk Wisata Religi

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah

SEBELUMNYA

Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Erick Thohir: Kita Harus Menerima Keputusan FIFA

BERIKUTNYA

Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah, Begini Sejarah Piala Dunia U-20

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: