Ajak Penonton Nostalgia, Promotor Buat Festival Musik dengan Musisi Era 2000-an
21 March 2023 |
15:34 WIB
1
Like
Like
Like
Animo masyarakat Indonesia terhadap gelaran festival dan konser musik saat ini boleh dibilang besar seiring dengan semakin meredanya pandemi. Setiap festival dan konser musik dari berbagai skala di Tanah Air nyaris selalu dipadati pengunjung. Banyak orang bersedia merogoh kocek untuk memenuhi kebutuhan hiburan mereka.
Kondisi ini pun menjadi angin segar bagi para promotor untuk berlomba-lomba menyajikan festival dan konser musik dengan berbagai konsep dan tema untuk menarik minat masyarakat. Salah satunya menyajikan festival dengan mengusung lagu-lagu hits Indonesia era 2000-an seperti yang dibuat oleh Sabiphoria.
Festival yang dibuat oleh promotor Sabi Project itu akan diramaikan oleh sekitar 55 band dan musisi yang populer pada era 2000-an hingga kini diantaranya Gigi, Dmasiv, Nidji, Element, Angkasa, rif, Kotak, Ada Band, Ten2Five, Vagetoz, Geisha, Kuburan Band, The Potters, Kangen Band, Last Child, Letto, Hijau Daun, PwG, Tipe X, dan J-rocks.
Baca juga: Bawa 55 Musisi Tenar pada Masanya, Sabiphoria Siap Ajak Nostalgia Musik 2000-an
Sabiphoria akan dihelat selama tiga hari yakni 12-14 Mei 2023 di Gambir Expo Kemayoran Jakarta. Selain pertunjukan musik, festival ini juga akan menyediakan beragam hiburan dan permainan khas tahun 2000-an seperti layang-layang dan tamiya, yang semakin membuat suasana penuh nostalgia khususnya bagi generasi masa itu.
Rahmat Rangga Riantho selaku Ketua Pelaksana Sabiphoria mengatakan saat ini animo masyarakat terhadap musik-musik era 2000-an kembali besar. Meski perkembangan musik dari masa ke masa sangat dinamis, lagu-lagu Indonesia era 2000-an yang kala itu didominasi oleh grup band masih mendapatkan tempat khusus di kalangan penikmat musik.
"Kami sempat buat survei di media sosial, dan emang [hasilnya] lagi besar banget minat orang-orang dengan festival bertema era 2000-an. Mereka pada kangen mengenang masa-masa mudanya," kata pria yang akrab disapa Ranggo itu kepada Hypeabis.id.
Untuk menciptakan suasana festival musik pada era tersebut, Ranggo mengatakan Sabiphoria bahkan berniat untuk tidak menyediakan akses wifi di area festival. Hal ini dilakukan untuk menjadikan Sabiphoria memang betul-betul sebagai ajang bagi audiens untuk menikmati musik alih-alih sibuk berkutat dengan gawai.
"Kami sempat diskusi dengan band-band, mereka itu ternyata lebih merasa dihargai ketika penonton bisa menikmati konser dan simpan handphone-nya. Dengan begitu, kami juga ingin orang-orang yang datang ke Sabiphoria bisa merasa balik ke era 2000 awal," katanya.
Menurutnya, di tengah perkembangan industri musik Tanah Air yang dinamis dengan kemunculan banyak talenta baru, para band dan musisi era 2000-an yang merupakan salah satu masa gemilang belantika musik dalam negeri, masih perlu mendapatkan tempat untuk bisa menampilkan karya-karya mereka.
Hal itu pula yang membuat harga tiket Sabiphoria relatif terjangkau agar bisa diakses oleh banyak audiens dari berbagai kalangan. "Harapan kami, event ini bisa membagikan banyak kegembiraan, baik untuk penikmat musik maupun para musisi atau pelaku industri kreatif lainnya yang terlibat," ucapnya.
Sabiphoria bukan satu-satunya festival musik yang mengangkat band dan musisi era 2000-an. Promotor Djokokarsono Group telah lebih dulu membuat festival dengan konsep serupa yakni Playlist Live Festival yang telah dua kali dihelat di Kota Bandung, Jawa Barat.
Pada gelarannya baru-baru ini, festival musik itu mampu mendatangkan sebanyak 35.000 penonton. Digelar selama 2 hari berturut-turut, Playlist Live Festival diramaikan oleh sebanyak 29 band dan musisi dari dalam maupun luar negeri yang hits pada era 2000-an, seperti Krisdayanti, Tipe X, Mocca, Ten2Five, Dygta, Sherina, hingga Westlife.
Ketua Umum Asosiasi Promotor Musik Indonesia Dino Hamid mengatakan di era media sosial seperti sekarang ini, orang-orang cenderung akan berkomunitas secara digital sesuai dengan minatnya masing-masing. Hal inilah yang menjadi peluang bagi promotor untuk menawarkan konsep festival musik yang menyasar segmentasi yang jelas.
"Ada orang yang rutin dengerin lagu-lagu era 2000-an di berbagai platform media sosialnya. Secara algoritma, mereka akan terkoneksi dengan orang-orang dengan minat yang sama. Ini kan menjadi sebuah market," kata pria yang juga menjabat sebagai Founder & Creative Director New Live Entertainment itu.
Di tengah menjamurnya kehadiran promotor saat ini, penting bagi pihak penyelenggara konser untuk bisa menawarkan acara festival yang konseptual agar menarik minat dan perhatian audiens.
Sebab, menurut Dino setiap konser musik cenderung akan menawarkan hiburan yang sama terutama dalam menyuguhkan deretan lineup atau para musisi yang tampil. Namun, konsep dan eksperimen penonton menjadi celah bagi para promotor untuk menawarkan sesuatu yang baru. "Jadi orang punya opsi untuk mendapatkan hal baru," ucapnya.
Baca juga: Ini Line-Up Penyanyi di Konser Musik Ajang We Bridge 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Kondisi ini pun menjadi angin segar bagi para promotor untuk berlomba-lomba menyajikan festival dan konser musik dengan berbagai konsep dan tema untuk menarik minat masyarakat. Salah satunya menyajikan festival dengan mengusung lagu-lagu hits Indonesia era 2000-an seperti yang dibuat oleh Sabiphoria.
Festival yang dibuat oleh promotor Sabi Project itu akan diramaikan oleh sekitar 55 band dan musisi yang populer pada era 2000-an hingga kini diantaranya Gigi, Dmasiv, Nidji, Element, Angkasa, rif, Kotak, Ada Band, Ten2Five, Vagetoz, Geisha, Kuburan Band, The Potters, Kangen Band, Last Child, Letto, Hijau Daun, PwG, Tipe X, dan J-rocks.
Baca juga: Bawa 55 Musisi Tenar pada Masanya, Sabiphoria Siap Ajak Nostalgia Musik 2000-an
Sabiphoria akan dihelat selama tiga hari yakni 12-14 Mei 2023 di Gambir Expo Kemayoran Jakarta. Selain pertunjukan musik, festival ini juga akan menyediakan beragam hiburan dan permainan khas tahun 2000-an seperti layang-layang dan tamiya, yang semakin membuat suasana penuh nostalgia khususnya bagi generasi masa itu.
Rahmat Rangga Riantho selaku Ketua Pelaksana Sabiphoria mengatakan saat ini animo masyarakat terhadap musik-musik era 2000-an kembali besar. Meski perkembangan musik dari masa ke masa sangat dinamis, lagu-lagu Indonesia era 2000-an yang kala itu didominasi oleh grup band masih mendapatkan tempat khusus di kalangan penikmat musik.
"Kami sempat buat survei di media sosial, dan emang [hasilnya] lagi besar banget minat orang-orang dengan festival bertema era 2000-an. Mereka pada kangen mengenang masa-masa mudanya," kata pria yang akrab disapa Ranggo itu kepada Hypeabis.id.
D'Masiv adalah salah satu band yang lahir era 2000-an dan masih eksis hingga kini (Sumber gambar: D'Masiv Official Instagram)
Nuansa Nostalgia
Untuk menciptakan suasana festival musik pada era tersebut, Ranggo mengatakan Sabiphoria bahkan berniat untuk tidak menyediakan akses wifi di area festival. Hal ini dilakukan untuk menjadikan Sabiphoria memang betul-betul sebagai ajang bagi audiens untuk menikmati musik alih-alih sibuk berkutat dengan gawai."Kami sempat diskusi dengan band-band, mereka itu ternyata lebih merasa dihargai ketika penonton bisa menikmati konser dan simpan handphone-nya. Dengan begitu, kami juga ingin orang-orang yang datang ke Sabiphoria bisa merasa balik ke era 2000 awal," katanya.
Menurutnya, di tengah perkembangan industri musik Tanah Air yang dinamis dengan kemunculan banyak talenta baru, para band dan musisi era 2000-an yang merupakan salah satu masa gemilang belantika musik dalam negeri, masih perlu mendapatkan tempat untuk bisa menampilkan karya-karya mereka.
Hal itu pula yang membuat harga tiket Sabiphoria relatif terjangkau agar bisa diakses oleh banyak audiens dari berbagai kalangan. "Harapan kami, event ini bisa membagikan banyak kegembiraan, baik untuk penikmat musik maupun para musisi atau pelaku industri kreatif lainnya yang terlibat," ucapnya.
Sabiphoria bukan satu-satunya festival musik yang mengangkat band dan musisi era 2000-an. Promotor Djokokarsono Group telah lebih dulu membuat festival dengan konsep serupa yakni Playlist Live Festival yang telah dua kali dihelat di Kota Bandung, Jawa Barat.
Pada gelarannya baru-baru ini, festival musik itu mampu mendatangkan sebanyak 35.000 penonton. Digelar selama 2 hari berturut-turut, Playlist Live Festival diramaikan oleh sebanyak 29 band dan musisi dari dalam maupun luar negeri yang hits pada era 2000-an, seperti Krisdayanti, Tipe X, Mocca, Ten2Five, Dygta, Sherina, hingga Westlife.
Ketua Umum Asosiasi Promotor Musik Indonesia Dino Hamid mengatakan di era media sosial seperti sekarang ini, orang-orang cenderung akan berkomunitas secara digital sesuai dengan minatnya masing-masing. Hal inilah yang menjadi peluang bagi promotor untuk menawarkan konsep festival musik yang menyasar segmentasi yang jelas.
"Ada orang yang rutin dengerin lagu-lagu era 2000-an di berbagai platform media sosialnya. Secara algoritma, mereka akan terkoneksi dengan orang-orang dengan minat yang sama. Ini kan menjadi sebuah market," kata pria yang juga menjabat sebagai Founder & Creative Director New Live Entertainment itu.
Di tengah menjamurnya kehadiran promotor saat ini, penting bagi pihak penyelenggara konser untuk bisa menawarkan acara festival yang konseptual agar menarik minat dan perhatian audiens.
Sebab, menurut Dino setiap konser musik cenderung akan menawarkan hiburan yang sama terutama dalam menyuguhkan deretan lineup atau para musisi yang tampil. Namun, konsep dan eksperimen penonton menjadi celah bagi para promotor untuk menawarkan sesuatu yang baru. "Jadi orang punya opsi untuk mendapatkan hal baru," ucapnya.
Baca juga: Ini Line-Up Penyanyi di Konser Musik Ajang We Bridge 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.