Apa Itu Fenomena Ekuinoks dan Efeknya Pada Bumi?
21 March 2023 |
13:14 WIB
Hanya terjadi dua kali dalam setahun, ketika poros bumi tidak miring ke arah atau menjauh dari matahari. Hal ini menghasilkan terang dan gelap yang "hampir" sama di semua garis lintang. Fenomena yang disebut dengan ekuinoks ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi planet bumi.
Peristiwa astronomi ini merupakan imbas dari revolusi bumi terhadap matahari, dan terlihat bahwa matahari akan terbit di timur dan tenggelam di barat. Namun, bila diamati dengan seksama, matahari tidak tepat terbit dari timur dan tenggelam ke barat. Ada kalanya pusat tata surya itu condong ke selatan atau utara. Kedua peristiwa astronomi inilah yang disebut dengan fenomena ekuinoks.
Baca juga: Daftar Fenomena Astronomi 2023, Ada Gerhana Bulan Penumbra & Hujan Meteor Geminid
Adapun, fenomena kulminasi matahari dan ekuinoks vernal juga terjadi pada hari ini, Selasa (21/3/23) saat pusat tata surya melintas tepat di atas ekuator bumi. Mengutip akun Twitter Lapan, fenomena dari sekian penanda matahari ini terjadi pada pukul 04.24 WIB.
Adapun, istilah ekuinoks atau equinox berasal dari bahasa latin, yakni aequus yang berarti ‘sama’ dan nox yang berarti ‘malam’. Secara harfiah, artinya adalah malam yang panjangnya sama.
Kendati begitu, ekuinoks sebenarnya bukan peristiwa yang terjadi sehari penuh. Akan tetapi, terjadi hanya saat matahari tepat pada titik ekuinoks dan melintas tepat di atas garis khatulistiwa.
Jadi, waktu malam dan siang tidak benar-benar tepat terbagi dalam 12 jam. Pada saat terjadi ekuinoks, panjang hari sekitar 12 jam 6,5 menit di ekuator, 12 jam 8 menit di lintang 30 derajat, dan 12 jam 16 menit di lintang 60 derajat.
Uniknya, ekuinoks hanya terjadi dua kali dalam satu tahun. Pertama sering disebut vernal equinox atau ekuinoks yang terjadi pada musim semi. Fenomena ini terjadi saat matahari bergerak dari selatan ke langit utara.
Adapun fenomena kedua sering dinamakan autumnal equinox atau ekuinoks pada musim gugur. Peristiwa ini biasanya menandakan musim gugur di belahan bumi utara dan musim semi di belahan bumi selatan.
Saat Matahari tepat berada di garis khatulistiwa biasanya akan muncul pesan berantai mengenai serangan gelombang panas dan mengakibatkan dehidrasi. Namun, laman Boscha menuliskan fenomena ekuinoks sebenarnya tidak berbahaya.
Kendati begitu, BMKG biasanya selalu mengingatkan fase-fase tersebut untuk selalu menjaga kesehatan. Sebab, umumnya ekuinoks juga berbarengan dengan perubahan musim yang terjadi di bagian negara-negara sub tropis dan berlintang tinggi.
Selain peningkatan suhu di negara khatulistiwa, fenomena ekuinoks juga menyebabkan efek lain. Yaitu kemunculan aurora yang paling berwarna sepanjang tahun di wilayah kutub. Laman Space menuliskan, aurora akan mengalami fase puncak di sekitar dua ekuinoks dan menurun pada periode Juni dan Desember.
Adapun penyebab hal itu karena penyelarasan medan magnet bumi. Pasalnya, meski kutub-kutub magnet bumi tidak cocok dengan wilayah kutub secara geografis, keduanya tetap miring terhadap Matahari. Sehingga akan mengakibatkan munculnya aurora yang lebih terang dari biasanya.
Tak hanya itu, bagi sebagian negara fenomena ekuinoks juga sering diperingati sebagai sebuah perayaan. Pasalnya, banyak kebudayaan kuno yang menganggap ekuinoks sebagai simbol titik balik dan dimulainya hari baru. Di Jepang, misalnya, efek ekuinoks yang melahirkan musim semi dirayakan dengan hari libur nasional.
Sementara itu, warga Iran juga menganggap ekuinoks sebagai awal tahun baru dan dirayakan dalam festival. Sedangkan, di India, Nepal, dan Bangladesh, ekuinoks juga dirayakan dengan Festival Holi yang identik dengan bubuk warna-warni.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Peristiwa astronomi ini merupakan imbas dari revolusi bumi terhadap matahari, dan terlihat bahwa matahari akan terbit di timur dan tenggelam di barat. Namun, bila diamati dengan seksama, matahari tidak tepat terbit dari timur dan tenggelam ke barat. Ada kalanya pusat tata surya itu condong ke selatan atau utara. Kedua peristiwa astronomi inilah yang disebut dengan fenomena ekuinoks.
Baca juga: Daftar Fenomena Astronomi 2023, Ada Gerhana Bulan Penumbra & Hujan Meteor Geminid
Adapun, fenomena kulminasi matahari dan ekuinoks vernal juga terjadi pada hari ini, Selasa (21/3/23) saat pusat tata surya melintas tepat di atas ekuator bumi. Mengutip akun Twitter Lapan, fenomena dari sekian penanda matahari ini terjadi pada pukul 04.24 WIB.
Adapun, istilah ekuinoks atau equinox berasal dari bahasa latin, yakni aequus yang berarti ‘sama’ dan nox yang berarti ‘malam’. Secara harfiah, artinya adalah malam yang panjangnya sama.
Kendati begitu, ekuinoks sebenarnya bukan peristiwa yang terjadi sehari penuh. Akan tetapi, terjadi hanya saat matahari tepat pada titik ekuinoks dan melintas tepat di atas garis khatulistiwa.
Fenomena Kulminasi Matahari dan Ekuinoks Vernal/Maret menyambut Hari Raya Nyepi dan Awal Bulan Ramadhan#BRIN #ORPA #Ekuinoks #Kulminasi #Matahari #Nyepi #Ramadhan #Puasa pic.twitter.com/gDBRdj2Sfj
— Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (OR PA) (@LAPAN_RI) March 20, 2023
Jadi, waktu malam dan siang tidak benar-benar tepat terbagi dalam 12 jam. Pada saat terjadi ekuinoks, panjang hari sekitar 12 jam 6,5 menit di ekuator, 12 jam 8 menit di lintang 30 derajat, dan 12 jam 16 menit di lintang 60 derajat.
Uniknya, ekuinoks hanya terjadi dua kali dalam satu tahun. Pertama sering disebut vernal equinox atau ekuinoks yang terjadi pada musim semi. Fenomena ini terjadi saat matahari bergerak dari selatan ke langit utara.
Adapun fenomena kedua sering dinamakan autumnal equinox atau ekuinoks pada musim gugur. Peristiwa ini biasanya menandakan musim gugur di belahan bumi utara dan musim semi di belahan bumi selatan.
Efek Ekuinoks Pada Bumi
Saat Matahari tepat berada di garis khatulistiwa biasanya akan muncul pesan berantai mengenai serangan gelombang panas dan mengakibatkan dehidrasi. Namun, laman Boscha menuliskan fenomena ekuinoks sebenarnya tidak berbahaya.Kendati begitu, BMKG biasanya selalu mengingatkan fase-fase tersebut untuk selalu menjaga kesehatan. Sebab, umumnya ekuinoks juga berbarengan dengan perubahan musim yang terjadi di bagian negara-negara sub tropis dan berlintang tinggi.
Selain peningkatan suhu di negara khatulistiwa, fenomena ekuinoks juga menyebabkan efek lain. Yaitu kemunculan aurora yang paling berwarna sepanjang tahun di wilayah kutub. Laman Space menuliskan, aurora akan mengalami fase puncak di sekitar dua ekuinoks dan menurun pada periode Juni dan Desember.
Adapun penyebab hal itu karena penyelarasan medan magnet bumi. Pasalnya, meski kutub-kutub magnet bumi tidak cocok dengan wilayah kutub secara geografis, keduanya tetap miring terhadap Matahari. Sehingga akan mengakibatkan munculnya aurora yang lebih terang dari biasanya.
Tak hanya itu, bagi sebagian negara fenomena ekuinoks juga sering diperingati sebagai sebuah perayaan. Pasalnya, banyak kebudayaan kuno yang menganggap ekuinoks sebagai simbol titik balik dan dimulainya hari baru. Di Jepang, misalnya, efek ekuinoks yang melahirkan musim semi dirayakan dengan hari libur nasional.
Sementara itu, warga Iran juga menganggap ekuinoks sebagai awal tahun baru dan dirayakan dalam festival. Sedangkan, di India, Nepal, dan Bangladesh, ekuinoks juga dirayakan dengan Festival Holi yang identik dengan bubuk warna-warni.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.