Jawara Farm, Berdayakan Masyarakat Desa lewat Peternakan
20 March 2023 |
22:59 WIB
Menjalankan bisnis tak melulu soal mengejar keuntungan. Bagi social enterprise atau wirausaha sosial, bisnis juga harus bisa memberikan manfaat untuk kesejahteraan lingkungan sekitarnya baik secara finansial maupun sosial. Namun, bukan berarti social enterprise tidak memiliki target bisnis yang ingin dicapai.
Selain memahami kebutuhan masyarakat, social enterprise juga perlu menyusun sejumlah strategi guna semakin meningkatkan usahanya sekaligus mencapai misi sosial yang ditujunya. Salah satu bisnis sosial yang terkenal di Indonesia adalah Jawara Farm.
Baca juga: 5 Film yang Wajib Ditonton Buat Calon Entrepreneur, Salah Satunya tentang Mafia
Bisnis Jawara Farm memiliki misi mengoptimalkan potensi terbesar yang ada di desa yaitu agro tani ternak untuk kesejahteraan petani dan peternak yang ada di desa.
Pendiri sekaligus pemilik Jawara Farm, Nur Agis Aulia, menjelaskan model bisnis yang dijalankan oleh Jawara Farm adalah kemitraan yang melibatkan petani, peternak, dan masyarakat. Untuk usaha ternak, para peternak menyediakan kandang, lantas Jawara Farm yang akan menyediakan bakalan, pakan, sekaligus pendampingan dan pemeliharaannya.
"Jadi peternak memastikan perkembangan domba atau kambingnya, lalu kami yang memasarkan," katanya kepada Hypeabis.id.
Pria yang akrab disapa Agis itu menjelaskan kini sudah ada ratusan peternak kambing yang bergabung dengan Jawara Farm. Model sociopreneur yang dijalankannya terbukti telah mampu membawa peternak meningkatkan skala bisnisnya.
Selain itu, pihaknya juga menjalin kemitraan dengan investor untuk pengembangan ternak dan kandang. Hal ini sejalan dengan misi Agis saat menggagas Jawara Farm, yakni ingin berkontribusi dalam menggerakkan sekaligus mengembangkan perekonomian di pedesaan khususnya di bidang pertanian dan peternakan.
"Para peternak tidak dibebankan lagi cara pemasarannya termasuk menentukan harga pasar, sehingga mereka sudah bisa memperkirakan jumlah penghasilan yang akan didapatkan dalam setiap musim panen," jelasnya.
Keterlibatan masyarakat dalam bisnis sosial yang dijalankan Jawara Farm juga meluas dengan membuat sistem keagenan yang menjadi reseller menjual hewan-hewan ternak, sehingga bisa menjadi sumber penghasilan mereka.
Dia memaparkan dalam sebulan rata-rata Jawara Farm bisa menjual sebanyak 200-400 ekor kambing. Namun, jika permintaan sedang tinggi seperti misalnya pada saat momen Iduladha, bisa menembus hingga 1.000-5.000 ekor dalam sebulan. "Jadi per tahunnya kami bisa menjual hampir 12.000 ekor," paparnya.
Kendati begitu, sebagai bisnis sosial, Jawara Farm berjalan bukan tanpa tantangan. Agis menuturkan tantangan terbesar dalam menjalankan bisnisnya datang dari sisi permodalan, untuk meningkatkan usahanya menuju level industrial.
Selain itu, tantangan juga datang dari sisi pasar yang menurutnya masih dikuasai oleh tengkulak, serta kurangnya sumber daya manusia (SDM) di bidang peternakan yang berintegritas dan benar-benar disiplin dalam menjalankan bisnis.
Dengan kondisi tersebut, dia pun menyusun beberapa strategi untuk dapat meningkatkan usaha Jawara Farm. Dari sisi kebutuhan modal, Agis mengatakan pihaknya membuka suatu proyek investasi bagi hasil dengan rekanan atau jejaring mereka yang tertarik untuk turut mengembangkan usaha peternakan.
Sementara untuk memperluas pasar, Jawara Farm berkolaborasi dengan sejumlah komunitas sebagai mitra reseller untuk menjual produk hewan ternak mereka. "Kami juga mengoptimalisasi digital marketing seperti Facebook dan Instagram Ads," imbuhnya.
Di sisi lain, guna menciptakan SDM yang unggul di bidang bisnis peternakan, Jawara Farm juga membuka kesempatan magang bagi mahasiswa ataupun masyarakat umum selama 1-2 bulan. Nantinya, mereka mendapatkan kesempatan untuk dapat bergabung dengan Jawara Farm.
Menurut Agis, untuk dapat menyelaraskan antara target bisnis dan misi sosial yang ingin dicapai, satu social enterprise harus senantiasa belajar, berinovasi, adaptif dengan segala kondisi dan tantangan yang ada, dan fokus dalam mencapai target yang ingin dicapai.
Selain itu, untuk membawa kebermanfaatan yang lebih luas, penting juga untuk terus melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. "Tiga hal itu yang kita pakai supaya bisnis Jawara Farm ini bisa terus bertahan," terangnya.
Baca juga: Jangan Mudah Nyerah, Ini 3 Kunci Gen z Bisa Menjadi Entrepreneur Sukses
Dia pun menuturkan bahwa pangsa pasar untuk usaha ternak utamanya kambing dan domba di Indonesia masih terbuka lebar. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, permintaan untuk hewan ternak tersebut terus terjaga karena setiap saat ada masyarakat yang melakukan aqiqah.
"Permintaan untuk kurban juga pertumbuhannya semakin besar. Orang dulu kurban sekali seumur hidup tapi sekarang hampir setiap tahun," imbuhnya.
Editor: Fajar Sidik
Selain memahami kebutuhan masyarakat, social enterprise juga perlu menyusun sejumlah strategi guna semakin meningkatkan usahanya sekaligus mencapai misi sosial yang ditujunya. Salah satu bisnis sosial yang terkenal di Indonesia adalah Jawara Farm.
Baca juga: 5 Film yang Wajib Ditonton Buat Calon Entrepreneur, Salah Satunya tentang Mafia
Bisnis Jawara Farm memiliki misi mengoptimalkan potensi terbesar yang ada di desa yaitu agro tani ternak untuk kesejahteraan petani dan peternak yang ada di desa.
Pendiri sekaligus pemilik Jawara Farm, Nur Agis Aulia, menjelaskan model bisnis yang dijalankan oleh Jawara Farm adalah kemitraan yang melibatkan petani, peternak, dan masyarakat. Untuk usaha ternak, para peternak menyediakan kandang, lantas Jawara Farm yang akan menyediakan bakalan, pakan, sekaligus pendampingan dan pemeliharaannya.
"Jadi peternak memastikan perkembangan domba atau kambingnya, lalu kami yang memasarkan," katanya kepada Hypeabis.id.
Pria yang akrab disapa Agis itu menjelaskan kini sudah ada ratusan peternak kambing yang bergabung dengan Jawara Farm. Model sociopreneur yang dijalankannya terbukti telah mampu membawa peternak meningkatkan skala bisnisnya.
Selain itu, pihaknya juga menjalin kemitraan dengan investor untuk pengembangan ternak dan kandang. Hal ini sejalan dengan misi Agis saat menggagas Jawara Farm, yakni ingin berkontribusi dalam menggerakkan sekaligus mengembangkan perekonomian di pedesaan khususnya di bidang pertanian dan peternakan.
"Para peternak tidak dibebankan lagi cara pemasarannya termasuk menentukan harga pasar, sehingga mereka sudah bisa memperkirakan jumlah penghasilan yang akan didapatkan dalam setiap musim panen," jelasnya.
Keterlibatan masyarakat dalam bisnis sosial yang dijalankan Jawara Farm juga meluas dengan membuat sistem keagenan yang menjadi reseller menjual hewan-hewan ternak, sehingga bisa menjadi sumber penghasilan mereka.
Dia memaparkan dalam sebulan rata-rata Jawara Farm bisa menjual sebanyak 200-400 ekor kambing. Namun, jika permintaan sedang tinggi seperti misalnya pada saat momen Iduladha, bisa menembus hingga 1.000-5.000 ekor dalam sebulan. "Jadi per tahunnya kami bisa menjual hampir 12.000 ekor," paparnya.
Pendiri sekaligus pemilik Jawara Farm, Nur Agis Aulia (Sumber gambar: Nur Agis Aulia/Instagram)
Bisnis Berkelanjutan
Kendati begitu, sebagai bisnis sosial, Jawara Farm berjalan bukan tanpa tantangan. Agis menuturkan tantangan terbesar dalam menjalankan bisnisnya datang dari sisi permodalan, untuk meningkatkan usahanya menuju level industrial.Selain itu, tantangan juga datang dari sisi pasar yang menurutnya masih dikuasai oleh tengkulak, serta kurangnya sumber daya manusia (SDM) di bidang peternakan yang berintegritas dan benar-benar disiplin dalam menjalankan bisnis.
Dengan kondisi tersebut, dia pun menyusun beberapa strategi untuk dapat meningkatkan usaha Jawara Farm. Dari sisi kebutuhan modal, Agis mengatakan pihaknya membuka suatu proyek investasi bagi hasil dengan rekanan atau jejaring mereka yang tertarik untuk turut mengembangkan usaha peternakan.
Sementara untuk memperluas pasar, Jawara Farm berkolaborasi dengan sejumlah komunitas sebagai mitra reseller untuk menjual produk hewan ternak mereka. "Kami juga mengoptimalisasi digital marketing seperti Facebook dan Instagram Ads," imbuhnya.
Di sisi lain, guna menciptakan SDM yang unggul di bidang bisnis peternakan, Jawara Farm juga membuka kesempatan magang bagi mahasiswa ataupun masyarakat umum selama 1-2 bulan. Nantinya, mereka mendapatkan kesempatan untuk dapat bergabung dengan Jawara Farm.
Menurut Agis, untuk dapat menyelaraskan antara target bisnis dan misi sosial yang ingin dicapai, satu social enterprise harus senantiasa belajar, berinovasi, adaptif dengan segala kondisi dan tantangan yang ada, dan fokus dalam mencapai target yang ingin dicapai.
Selain itu, untuk membawa kebermanfaatan yang lebih luas, penting juga untuk terus melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak. "Tiga hal itu yang kita pakai supaya bisnis Jawara Farm ini bisa terus bertahan," terangnya.
Baca juga: Jangan Mudah Nyerah, Ini 3 Kunci Gen z Bisa Menjadi Entrepreneur Sukses
Dia pun menuturkan bahwa pangsa pasar untuk usaha ternak utamanya kambing dan domba di Indonesia masih terbuka lebar. Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, permintaan untuk hewan ternak tersebut terus terjaga karena setiap saat ada masyarakat yang melakukan aqiqah.
"Permintaan untuk kurban juga pertumbuhannya semakin besar. Orang dulu kurban sekali seumur hidup tapi sekarang hampir setiap tahun," imbuhnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.